"Ekhem.." Rafael memecah keheningan ditengah tengah keluarga Saka.
Okay begini posisi mereka.
Rafael duduk sendiri tepat didepan kedua orang tua Saka, sedang Saka duduk berdua dengan Welly."Kak, ini gimana ceritanya kakak bisa bawa anggota timnas kerumah?" Bisik Welly
"Panjang dan tak terduga" balas Saka tanpa membuka mulutnya.
"Okay Rafael, I know you, because Im watching football" ucap Papa dengan bahasa Inggris seadanya.
"Yayaya.. thank you sir hehe" balas Rafael kikuk karena agak canggung.
"Lunch?? How about lunch??" Tanya Mama gantian.
"Oh, I did" balas Rafael.
Mama papa saling tatap tatapan bingung untuk bertanya apa lagi, pasalnya mereka tidak terlalu menguasai bahasa inggris.
"Ma, pa. Saka sekarang kerja dibawah naungan pssi. Tugas Saka itu cuma nerjemahin beberapa pemain asing pas lagi jumpa pers gitu. Kebetulan Rafael jugak menjadi tanggung jawab Saka."
Jelas Saka."Berarti bisa jumpa pemain timnas dong?? Semuanya lagi" gumam Welly
"Wah bagus dong, nanti papa bisa bangga banggain kamu didepan semua teman teman papa" ucap papa
"Mama jugak, pasti kalau mama cerita ke ibu ibu komplek mereka bakal iri lahir batin" timpal mama
"Jangan ma, pa. Jangan disebar gitu dong, aku belom siap jadi seleb komplek" balas Saka.
Rafael hanya menatap Saka kemudian menaikkan sebelah alisnya seakan bertanya tentang apa yang sedang mereka bicarakan.
"Nah, its okay" ucap bibir Saka tanpa bersuara.
"Yaudah. Mama sama Papa mau lanjut keluar dulu yaa, biasalah nanti malam mau ada debat presiden, jadi mama sama papa mau ngumpulin massa buat nobar nanti malam" ucap Mama, kemudian bangkit dan disusul oleh Papa.
"Rafael, enjoy ya disini" ucap Papa tersenyum lalu menepuk pelan pundak Rafael.
"Oh ya," balas Rafael.
..
Sekarang disinilah mereka bertiga.
Dihalaman depan rumah.
Saka duduk diayunan.
Welly bermain basket bersama Rafael.
Tampaknya Rafael dan Welly cepat sekali akrab. Sedari tadi mereka bermain basket tanpa menghiraukan keberadaan Saka yang menyantap biskuit Ro**ma."Its good?" Tanya Rafael yang tiba tiba tiba menghampiri Saka.
"Hmm!! You can try it" balas Saka.
Rafael mencoba biskuit itu diikuti oleh Welly.
"Kak ini masih boleh dimakan? Ini udah kadaluarsa sejak tahun lalu" tanya Welly yang kini ikutan duduk disebelah Saka.
"Gapapa, yang kadaluarsa kan bungkusnya. Bukan isinya" jelas Saka
"What? Whats wrong? Something happened?" Tanya Rafael karena melihat raut muka Welly yang sedikit berbeda.
"You ate the expired food you know? You can die like hekkk" jelas Welly.
"Expired? Really?" Rafael kemudian membaca tanggal yang tertera dibungkus biskuit itu.
"If your coach know about this, he will be mad and hit your head. I swear!" Welly terkekeh melihat wajah panik Rafael.
"Ow shi**t. Hey hey stop. You can die early before me" ucap Rafael tambah panik karena melihat kesantui an Saka mengunyah biskuit itu.
"Rafa, don't worry. Imma tank" balas Saka.
"Tank? Whats mean? You are human" ingin rasanya Rafael menggeplak Saka, namun ia tahan karena Saka perempuan.
"Yayaya, she is the tank. And imma mage." Timpal Welly.
"What the fu**ck, whats goin here. Did Im the normally human here?" Rafael mengacak acak rambutnya karena kesal.
"Its okay brotha, she is not will be die. Its okay. Calm" Welly kembali bangkit dari posisinya dan melanjutkan bermain basket.
Saka tersenyum meledek pada Rafael, kemudian Rafael menghembuskan nafasnya kesal dan menyusul Welly bermain basket.
Rafael Struick? No
Rafael Stress? Yes.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rafael Struick - Secret Love (FINISHED)
Fiksi Penggemar☆Cerita ke 1 Jarang tersenyum, sedikit berbicara. seakan Ia hanya menggunakan tatapan matanya sebagai sarana untuk menyampaikan semuanya. namun terkadang melemparkan candaan kecil. iya, hanya sekedar candaan. who is him? We overdue? - Rafael Janga...