19. Lima persen

252 10 8
                                    

"Rassya hujan!" pekik Saqeela di pertengahan jalan menuju rumahnya.

Rassya mendengar suara Saqeela, tetapi cowo itu hanya diam. Diam bukan berarti tidak peduli, melainkan Rassya tengah mencari tempat berteduh. Lima menit mencari, akhirnya motor Rassya berhenti di depan sebuah ruko kosong yang mana terdapat beberapa pengendara motor juga yang tengah berteduh.

"Turun." titah Rassya yang di sanggupi oleh Saqeela.

Rassya melepaskan helm full facenya dan kemudian turun dari atas jok motor, tak lupa untuk mencagakkannya. Sementara Saqeela sendiri nampak menggigil, tangannya sibuk memeluk dirinya sendiri dan wajah gadis itu menampilkan rasa gelisah. Rassya yang untungnya lumayan peka, langsung cepat tanggap dengan perubahan gadisnya. Buru-buru dia mendekati Saqeela dan memakaikan gadis itu dengan jaketnya.

Tubuh Saqeela telah terbalut dengan jaket tebal Rassya dan bahkan kini dia berada dalam dekapan cowo itu. Rassya memeluknya begitu erat dan mengelus punggung serta kepalanya begitu tulus. Tentunya adegan mereka ini tak lepas dari penglihatan beberapa orang yang juga ikut meneduh.

"Rassya, gue malu." cicitnya dalam dekapan.

"Ngapain malu? Emang lo telanjang?"

"Rassya!"

"Ssssttt! Udah lo diem aja, jangan banyak bacot."

"Kasar banget." alibi Saqeela.

"Enggak sayang. Maaf."

"Pacar lo bro?" seorang cowo muda seumuran Rassya bertanya dengan senyuman nyerkah.

"Istri." jawab Rassya.

Saqeela mendelik tajam. Rassya mengatakan kalau dia adalah istri dari cowo itu? Yang benar saja! Dasar Rassya tidak memiliki malu! Semua di putuskan secara sepihak.

"Istri? Masih sekolah udah nikah?"

"Kenapa? Gak ngerugiin lo juga kan?" ujar Rassya.

"Engga mas, kita-

"Diem baby..." Rassya memotong ucapan Saqeela yang sebenarnya ingin menjelaskan yang sebenarnya.

Saqeela mencebikkan bibirnya kesal. Rassya senang sekali membuatnya marah dan malu.

"Y-ya gak ngerugiin gue sih. Enak banget lo dikasih nikah."

"Yaudah lo nikah lah." celetuk Rassya.

"Maunya sih gitu. Tapi kata nyokap gue kalau mau nikah harus ada calonnya dulu."

"Yaelah, zaman sekarang masih ada yang susah nyari calon?"

"Rassya gak boleh gitu." seru Saqeela.

"Nggak apa-apa, mba. Suami mbanya bener kok, gue susah banget nyari calon."

"Bukan susah. Emang belum waktunya aja takdir mempertemukan kalian. Kalau udah waktunya pasti kalian ketemu. Gak usah takut gak dapat calon, karena setiap manusia sudah pasti memiliki pasangannya masing-masing. Semua udah ada jalannya masing-masing." Saqeela menjelaskan dengan bahasa yang begitu bijak dan dewasa. Bahkan Rassya yang mendengarnya pun seketika diam membeku, tak percaya kalau kekasihnya dapat memiliki pikiran sedewasa ini.

Cowo muda dengan setelan starboy itu pun tersenyum kaku.

"Beruntung lo punya bini sepinter dia." ujar cowo itu pada Rassya.

"Oh iya jelas."

"Tapi kasian bini lo, punya suami goblok kayak lo." kekehnya.

"Anak an-

"RASSYA!" pekik Saqeela yang membuat ucapan Rassya terpotong.

"Kali ini lo selamat bro. Kalau gak ada bini gue, habis lo!" tukas Rassya sinis.

Ancaman Cowo Brandal Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang