45. Kecewanya seorang Reyza

144 11 15
                                    

haii semuanya...
maaf ya baru update sekarang,. mungkin untuk beberapa hari ke depan Bluve bakal telat update part terbarunya karena masih fokus buat persiapan ujian sekolah eheheh...

semoga kalian bisa memakluminya ya... dan Bluve mau bilang makasih banyak sama kalian karena udah mau stay tune part selanjutnya...

thank you guyss!!!
semoga kalian tetap setia menjadi pembaca Bluve ya! wkwk💙

•••

Menit jam terus berjalan hingga akhirnya Rey telah tiba di kediaman Rassya. Sekarang cowo itu bersama Rassya tengah berada di ruang tengah dengan adanya tersedia segelas jus jeruk di atas meja yang telah Mama siapkan.

"Ada apaan sih?" tanya Rassya memulai obrolan.

Rey yang duduk di sofa panjang pun hanya diam seraya melirik Rassya sekilas, yang mana cowo itu memandangnya penuh tanda tanya di atas sofa singel.

"Gue mau nanya sesuatu sama lo."

"Nanya apa?"

Rey nampak menarik napasnya pelan-pelan dan dibuang secara kasar.

"Gue sempet ngeliat lo di rumah sakit. Jujur sama gue, lo sakit apa?" tanya Rey.

Rassya shock. Degup jantungnya seketika terasa berkerja begitu keras dan kenceng. Susah payah ia menelan salivanya. Tak pernah menyangka kalau dia akan tertangkap basah oleh sahabatnya di rumah sakit.

"Rumah sakit? Lo salah liat kali." Rassya berusaha untuk mengelakkan.

"Gak mungkin gue salah liat, Sya."

"Tapi bentar deh. Lo ngapain ke rumah sakit?" Rassya bertanya balik.

"Tapi bunda gue sakit."

"Oh iya gue lupa. Sorry ya, belum bisa jenguk bunda lo."

"Gak apa-apa, santai aja."

"Emang dirawat di rumah sakit mana?" tanya Rassya lagi.

"Permata Hati."

Glek!

Lagi dan lagi Rassya menelan salivanya susah payah. Nama rumah sakit yang disebutkan oleh sahabatnya itu adalah rumah sakit yang menjadi saksi atas derita sakitnya selama ini. Dan... apakah benar Rey melihat dirinya di sana? Lantas, apa yang harus Rassya katakan pada sahabatnya itu.

"Udah, jangan bahas bunda gue. Gue cuma pengen lo jujur sama gue." seru Rey dengan wajah seriusnya.

"Jujur apanya? Sejak kapan gue ke rumah sakit coba? Lagian juga ngapain, gak kerjaan."

"Tapi gak mungkin gue salah liat, Sya. Jelas-jelas yang gue liat itu lo dan masih pake seragam SMA kita."

"Man-

"Lo masuk ruangan hematologi." potong Rey yang membuat Rassya terdiam seribu bahasa.

Tak ingin dicurigai, Rassya berusaha semaksimal mungkin untuk tetap bersikap santai di depan sahabatnya itu. Tetapi sepertinya Rey tak begitu mudah untuk di bohongi, apalagi ketika melihat sorot matanya yang tajam bak pisau silet.

"Lo ada liat gue sekarang pake seragam sekolah gak? Enggak kan. Jelas-jelas gue barusan jalan sama Saqeela." ucap Rassya terus berusaha menyembunyikan semuanya dari Rey.

"Kalau bukan lo, kenapa nama lo bisa tercantum disini?"

Sepertinya Rassya tak lagi dapat mengelak. Alam seakan-akan memintanya untuk bercerita kepada Rey yang sebenarnya terjadi, setelah kedua bola matanya menangkap sebuah foto dalam handphone yang mana foto itu menunjukkan selembar kertas putih yang di sangka adalah data perkembangan penyakit Rassya. Di atas kertas itu, nama lengkap Rassya terpampang begitu jelas disana dengan logo rumah sakit Permata Hati.

Ancaman Cowo Brandal Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang