"Aku pamit ya?" Saqeela dengan mata berkaca-kaca nya menatap Rassya yang berdiri di depannya dengan tatapan yang sulit diartikan.
Rasanya masih seperti mimpi. Rassya merasakan getaran sakit di dadanya saat ini juga. Waktu terasa begitu sangat cepat berlalu, ia merasa waktu bersama Saqeela sangat amat singkat. Hingga tiba-tiba hari ini ia benar-benar mengantar gadis itu ke bandara untuk melepas Saqeela pergi ke Amerika. Tentu ini bukan hal yang mudah bagi seorang Rassya.
"Janji bakal balik lagi, ya?" Rassya menunjukkan jari kelingkingnya pada Saqeela.
Saqeela tersenyum tipis dan menyatukan jari kelingkingnya pada jari kelingking Rassya. "Janji..." katanya.
"Serius, sesingkat ini waktu untuk kita bareng?" tanya Rassya.
"Sya, gue tau kita sempat pisah selama bertahun-tahun. Itu bukan hal yang mudah bagi lo apalagi gue, walaupun sampai detik ini gue masih belum ada ingat apapun. Tapi gue janji bakal inget semuanya, gue janji Sya."
"Gue gak masalah mau lo inget kenangan itu ataupun lupa. Yang paling penting buat gue sekarang, gue pengen denger dari mulut lo sendiri kalau lo sayang sama gue, lo cinta sama gue."
"Ada waktunya orang cape untuk menunggu. Begitupun gue. Maaf..."
Setelah melanjutkan kalimatnya, Rassya menunduk secara perlahan. Seakan-akan ia tak sanggup untuk terus menerus melihat wajah Saqeela, yang mungkin sebentar lagi akan sangat jarang ia melihat wajah gadis itu secara langsung. Sementara Saqeela diam seribu bahasa. Dia bingung harus berekpresi seperti apa di depan Rassya, apalagi setelah telinganya mendengar penuturan Rassya barusan.
"Sya... gue-
"Saqeela, ayo nak. Pesawat sebentar lagi akan lepas landas."
Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, Papi sudah lebih dulu memotongnya. Saqeela menatap ke arah Papi dengan tatapan sendu seraya mengangguk sebagai jawaban atas ucapan sang Papi.
"Gue pamit ya. Gue janji bakal sering balik ke Indonesia. Tolong jangan lupain gue, ya?" Saqeela kembali bersuara untuk Rassya.
"Gak akan. Sampai kapan pun aku gak akan lupain kamu, sayang. Kapan pun lo balik kesini, gue bakal nunggu meskipun pertemuan itu mungkin lama untuk terwujud." balas Rassya seraya membawa Saqeela masuk ke dalam dekapannya. Kali ini Rassya benar-benar merasa sakit dan berat untuk melepaskan Saqeela pergi.
Setelah beberapa saat saling berpelukan, Saqeela melepaskan pelukan itu dan menatap satu per satu ke arah para sahabatnya yang sejak tadi hanya diam melihat interaksi dirinya bersama Rassya.
"Gue pamit ya. Gue janji bakal secepatnya balik ke Indonesia lagi." ucap Saqeela seraya melihat para sahabatnya secara bergantian.
"SAQEELA...!" seru Sandrina, Sakia dan Sera yang berlari memgacir untuk memeluk Saqeela.
Air mata dari para cewe-cewe itu mulai terjun bebas membasahi pipi mereka. Rasanya sama seperti Rassya yang sangat berat harus merasakan sakitnya perpisahan bersama Saqeela meski mungkin perpisahan itu hanya sementara.
"Lo hati-hati ya disana."
"Jangan lupain kita ya, Qeel."
"Kita pasti bakal kangen banget sama lo..."
Sandrina, Sakia dan Sera saling mengutarakan isi hati mereka setelah melepaskan pelukan perpisahan itu.
"Iya. Gak mungkin lah gue lupa sama kalian."
"Qeel, janji bakal balik ke Indonesia lagi?" seru Najean.
Saqeela tersenyum simpul. "Janji..." kekehnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ancaman Cowo Brandal
Teen Fiction"Mulai detik ini lo jadi pacar gue." "Lo punya gue, gak ada yang bisa rebut lo dari gue." "Siapa yang ngajarin lo kasar, hmm?" "Nurut atau gue cium?" "Mulai sekarang setiap lo ngomong kasar, bibir lo gue rebut." Siapa yang menyangka jika baru s...