18. Terbongkar

235 8 9
                                    

"Kenapa, kok mendadak?"

Reyza langsung melempar pertanyaan pada teman-temannya ketika dia bersama Sandrina telah sampai di sebuah cafe terdekat dengan sekolah. Kica menelpon Reyza beberapa menit lalu saat Reyza adan Sandrina masih dalam perjalanan pulang. Dengan berat hati mereka memutar balik dan menemui teman-temannya.

"Duduk aja dulu." Ale memeluk bangku kosong di sebelahnya. Reyza mengangguk sekali dan langsung duduk, sementara Sandrina duduk di sebelah Saqeela, masih dalam satu meja yang sama dengan anak-anak cowo lainnya.

"Ada apasih?" tanya Sandrina pada Saqeela.

"Nanti lo juga tau."

"Gak usah sok misterius deh.."

Saqeela terkekeh. "Kan biar suasananya tegang ahahah..."

"Gak lucu, is..." sebal Sandrina, tetapi Saqeela hanya diam tersenyum.

"Reyza?" panggil seseorang yang membuat sang pemilik nama langsung menoleh ke arahnya.

Seorang gadis cantik, rambut panjang hitam lurus, berkulit putih bersih, bibir merah muda yang mungil, menggunakan setelan rok mini dan jaket baseball, dan kedua kakinya yang berbalutkan sepasang sepatu Converse. Dia berdiri di hadapan Reyza dan yang lainnya dengan perasaan yang di penuhi rasa gugup dan takut.

Reyza mengenal gadis itu. Tak heran kalau cowo itu langsung berdiri dari duduknya dan menatap perempuan tersebut begitu tajam.

"Deby!?" pekik Reyza.

"NGAPAIN LO DISINI!?" cetus Reyza. Dia masih dendam dan ingat saat Deby mengatakan kalau dia pelaku atas rusaknya masa depan Deby.

Rassya yang berada di dekatnya pun langsung ambil tindakan. Cowo itu memegang pundak Reyza untuk menahan agar Reyza tidak membogem habis Deby.

"Santai Rey, jangan emosi dulu." ujar Rassya.

"Ya tapi kenapa bisa ada dia disini!?"

"Atau jangan-jangan lo pada ngajak gue ke sini karena ada dia? Buat apa, NGAPAIN!?" tegas Reyza. Untuk kaki pertamanya setelah sekian lama, sesosok Reyza kembali pada masa dimana dia tidak dapat mengontrol emosinya bahkan kalimat singkat pun telah hilang dalam diri Reyza.

"Jangan salahkan mereka, mereka gak salah Rey." ujar Deby.

"Gue gak butuh suara lo!"

"REYZA STOP! Jangan emosi kayak gini, lebih baik kita dengerin dulu maksud dia datang kesini!" cetus Sandrina yang mulai emosi. Gadis itu merasakan sesak di dadanya, dia bangun dari bangku dan menatap tajam Reyza.

Sandrina mengenal dekat dengan Deby. Mereka saling mengenal saat satu bulan Reyza menjadi kekasihnya, gadis itu datang dan mengatakan bahwa dia adalah pengagum Reyza sejak dulu.

Reyza menghela kasar dan kembali menjatuhkan bokongnya dibangku. Dia mengusap wajahnya dan mengacak-acak rambutnya panas.

"Duduk Deb." titah Najean yang di angguki oleh Deby.

Deby mulai duduk dan menarik napasnya dalam-dalam sebelum memulai menjelaskan.

"Disini gue pengen jelasin semua problem yang selama ini gue sembunyiin. Sebelumnya gue udah jelasin semuanya sama mereka, dan tinggal sama lo juga Sandrina." Deby membuka suara dengan melihat ke arah Reyza adna Sandrina secara bergantian.

"Buat Sandrina, gue mau bilang maaf sebesar-besarnya. karena gue, hubungan lo sama Reyza jadi renggang. Iya, gue emang suka Reyza. Tapi setelah gue pikir-pikir apa yang gue suka gak harus gue miliki. Lo berhak bahagia." Deby mengalihkan seluruh atensinya pada gadis bule itu.

Ancaman Cowo Brandal Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang