Tiga hari setelah kejadian Mama Rassya tahu soal stadium empat yang Rassya derita, tepat di hari ini adalah hari dimana terjadinya kelulusan anak-anak kelas 12 SMA Purna Bakti. Tentunya di lapangan sekolah sudah banyak terdapat anak-anak kelas 12 yang memakai pakaian kelulusan terbaik mereka. Para perempuan yang menggunakan kebaya dan cowo-cowo yang mengenakan kemeja sesuai warna yang telah di sepakati sesuai kelas masing-masing.
Untuk kelas Rassya dan Saqeela, mereka bersepakat mengenakan pakaian kelulusan berwarna cokelat susu. Itu terlihat sangat bagus dan menawan di tubuh anak-anak kelas mereka. Begitupun Saqeela yang manis menggunakan kebayanya dan rambut yang di sanggul rapi, serta Rassya yang begitu jauh lebih tampan dengan kemeja cokelat susu dan celana yang senada.
Setelah satu jam lebih duduk manis di lapangan sekolah untuk mendengarkan kata perpisahan dari kepala sekolah, dan perwakilan kelas 12, akhirnya mereka tiba di sesi pemotretan dan saling memberikan gift serta kata perpisahan kepada teman, sahabat satu sama lain. Begitu terlihat mengharukan. Tak jarang Saqeela dan cewe-cewe yang lainnya menangis tersedu-sedu. Sementara cowo-cowo, tetap berusaha bersikap cool dan maco meski semua orang mengetahui bahwa jauh di dalam lubuk hati mereka, terdapat rasa kesedihan yang dalam, sama halnya seperti para gadis-gadis.
"Serius, kita udah tamat?" tanya Sakia dengan air mata yang terus menetes deras.
"Huaaaa.... sedih banget...." seru Sandrina yang sembari merentangkan tangannya untuk melakukan pelukan bersama Sakia, Sera dam Saqeela. Para cewe-cewe itu menangis sejadi-jadinya di dalam pelukan satu sama lain. Sementara para cowo-cowo, diam dan terus mengamati mereka dengan mata yang berkaca-kaca.
"Guysss... janji buat gak saling lupa ya?" ucap Sera.
"Kita masih sahabatan kan?" sahut Saqeela syahdu.
"Iya Qeel. Sampai kapan pun kita tetap akan menjadi sahabat!" bas Sandrina tersenyum.
Berganti pada cowo-cowo, mereka nampak saling memandang satu lain. Seperti ingin memeluk namun dikalahkan oleh gengsi. Tetapi sepertinya rasa gengsi itu mulai tubuh ketika seorang Najean melompat untuk memeluk semua sahabatnya, hingga akhirnya pelukan haru itu terjadi di antara mereka para cowo-cowo.
"Kita lulus coy! Gue bingung mau ngomong apaan!"
"Gue bakal kangen kalian semua!"
"Anjay sedih banget cok!"
"Woee... perasaan kita baru masuk jadi kelas satu kemarin!"
"Kenapa waktu begitu cepat berlalu?"
"GUE NANGIS ANJAYYYYY!!!" teriak Kica masih dalam posisi pelukan mereka bak Teletubbies.
"Lucu banget mereka..." celetuk Sakia terkekeh.
"Lucu merekanya atau Najeannya?" ledek Sandrina.
"Ck! Lucu semuanya, kecuali Najean."
"Yailah, gitu-gitu kan dia cowo lo." kekeh Saqeela.
"Kita gak jadian, please. Kita cuma kejebak nyokap sama Abang gue yang gak percaya kalau kita tuh gak pacaran."
"Kalau sama Najean jangan benci segitunya, takut ntar jadi cinta." ucap Sera ikut memanaskan.
"Bener itu. Takut ya malah nelen ludah sendiri, kayak si ehem..." sahut Sandrina.
"Ehem siapa maksud lo?" tanya Saqeela yang merasa tersinggung.
"Cowo lo." kekeh Sandrina.
"Tapi Saqeela juga nelen ludah sendiri." celetuk Sakia tanpa dosa.
"Ck! Gue tandain lo berdua!"
"Etss... gue gak ikutan loh ya, Qeel..." Sera angkat bicara untuk menghindar agar tidak disalahkan oleh Saqeela.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ancaman Cowo Brandal
Novela Juvenil"Mulai detik ini lo jadi pacar gue." "Lo punya gue, gak ada yang bisa rebut lo dari gue." "Siapa yang ngajarin lo kasar, hmm?" "Nurut atau gue cium?" "Mulai sekarang setiap lo ngomong kasar, bibir lo gue rebut." Siapa yang menyangka jika baru s...