Dengan langkah kaki lebarnya, Saqeela berlari di lobi rumah sakit. Ia menuju lift dan menekan tombolnya dengan tak sabaran. Kakinya semakin lemas ketika melihat segerombolan orang yang sedang berkumpul didepan ruangan seseorang yang beberapa waktu lalu ia menyatakan perasaannya pada orang itu.
Saqeela mencoba menguatkan hatinya. Ia berjalan menghampiri Sandrina, Sakia dan Sera yang berdiri di depan ruangan. Air matanya kian pecah saat ketiga sahabatnya itu memeluknya begitu erat dengan suara segugukan yang tak dapat lagi di tahan.
Saqeela menoleh ketika pelukan itu telah selesai. Dia menangkap sosok perempuan baya yang sedang berdiri dengan posisi bersandar pada tembok. Kepalanya tertunduk lesu menatap lantai dengan tatapan kosong, Saqeela menatap Mama Rassya sendu. Dengan langkah beratnya, Saqeela berjalan mendekati wanita baya itu.
Mama Rassya sedikit mengangkat kepalanya ketika ia melihat kedua kaki Saqeela telah sampai di depannya. Selama 2 detik ia menatap Saqeela dengan tatapan yang sulit di artikan sebelum akhirnya Saqeela bergerak masuk ke dalam pelukannya.
"Hiks... Tante..." lirih Saqeela dengan suara tangis yang tak lagi dapat di tahan.
"Kamu kuat nak, kamu kuat." Mama Rassya mengelus belakang kepala Saqeela dengan air mata yang turut menetes tanpa henti.
"Bilang sama Saqeela kalau ini mimpi tan. bilang!" seru gadis itu, tubuhnya bergetar hebat dalam pelukan Mama Rassya.
"Mau ketemu Rassya?" tanya wanita baya itu seraya melepaskan pelukannya.
Saqeela mengangguk pelan sebelum akhirnya di titah oleh Reyza untuk masuk ke dalam ruang VVIP yang berisikan seorang Rassya didalamnya.
Reyza memutuskan untuk keluar dari ruangan Rassya ketika ia sudah mengantar Saqeela masuk ke dalam. Tak lupa cowo itu menutup pintu kembali rapat, memberi ruang untuk Saqeela mengungkap semua isi hatinya yang semua orang tahu bahwa dia sangat begitu hancur.
Sementara itu, Saqeela merasakan sesak di dadanya. Ia berusaha untuk kuat namun tak bisa. Perlahan kakinya melangkah mendekati kasur rumah sakit yang mana terdapat Rassya di atasnya dengan sebuah kain putih yang terlihat jelas menutupi seluruh tubuh cowo itu.
Saqeela telah sampai di samping brankar Rassya. Gadis itu menarik napasnya dalam-dalam sebelum akhirnya meraih kain putih itu untuk membuka agar bisa melihat jelas wajah sosok cowo yang telah berhasil merubah warna abu-abu di hidupnya menjadi warna pelangi yang indah.
"Ini prank kan, Sya? Jujur sama gue ini prank kan!?" tanya gadis itu setelah berhasil melihat jelas wajah Rassya yang terlelap tidur tanpa nyawa.
Beberapa jam lalu Saqeela di telepon oleh semua sahabatnya namun tak kunjung ia angkat karena handphonenya mati habis baterai. Dalam room chat, Sandrina memberitahukannya bahwa Rassya masuk rumah sakit ketika jalan pulang dari bandara tadi.
Namun, saat Saqeela mengetahui kabar itu, takdir sudah berkata lain. Ia membaca pesan dari sahabatnya setelah ia hendak mulai masuk ke dalam pesawat setelah beberapa jam sempat terjadi delay. Saqeela langsung shock ketika mendengar kabar itu. Seperti sudah tidak peduli lagi dengan keberangkatannya, Saqeela memutuskan untuk membatalkan keberangkatan hari ini ke negeri Paman Sam. Kedua orang tuanya pun ikut shock setelah ia bercerita soal keadaan Rassya.
Tanpa berpikir panjang, mereka langsung pergi dari bandara untuk menyusul Rassya di rumah sakit. Dan sekarang Rassya sudah berada di hadapan Saqeela meski cowo itu sudah tanpa nyawa. Rassya dinyatakan meninggal dunia.
"RASSYA BANGUNNNN!!!" teriak Saqeela. Gadis itu menggoyangkan tubuh Rassya begitu kuat sampai membuat kasur rumah sakit itu sedikit bergeser.
"Sya, Rassya! Tadi lo gak kenapa-kenapa kok... Rassya!!"
"Tadi lo gak kenapa-kenapa Rassya! Rassya lo denger gue kan!???"
"RASSYA BANGUNNNN!!!" seru gadis itu yang kini sudah mendaratkan kepalanya di atas dada bidang Rassya.
"Lo jahat Rassya! Lo jahattt!"
"Gue pergi buat kembali Rassya, tapi kenapa lo malah milih pergi tanpa kembali lagi!?"
"Bukan ini yang gue mau, bukan ini yang gue bayangkan ketika gue balik dari Amerika itu! Gue pengen liat lo sehat, lo senyum ke arah gue, lo meluk gue!"
"LO SAYANG GAK SIH SAMA GUE RASSYA!??"
"Gue sayang sama lo Rassya... maafin gue karena udah buat lo nunggu cinta gue. Gue cinta sama lo..." lirih Saqeela menatap Rassya dari arah dada bidang cowo itu karena dagu Saqeela masih mendarat di dada cowo itu.
"Rassya sakit leukimia stadium empat, Qeel."
Suara Reyza tiba-tiba hadir dibelakang Saqeela. Gadis itu mendengarnya dan membuat ia bangun dari memeluk Rassya. Tanpa mengusap air matanya, Saqeela membawa atensinya ke arah Reyza.
"Leukimia stadium empat?" tanya Saqeela yang di angguki oleh Reyza.
"Rassya udah lama kena penyakit ini. Tapi dia gak mau cerita. Bahkan gue tau dia sakit aja karena dia ketangkap basah sama gue di rumah sakit."
"Gue udah bilang berkali-kali sama Rassya kalau dia harus ngasih tau lo soal sakitnya. Tapi Rassya gak pernah mau. Dia takut lo khawatir sama keadaannya." lanjut Reyza menjelaskan dengan suara rendahnya.
Saqeela tak dapat berbicara. Mulutnya terkunci. Kepala gadis itu bergeleng-geleng tak percaya.
"Kalau gitu kenapa gak lo aja yang kasih tau gue, Rey!?" pekik gadis itu.
"Maaf Qeel. Gue dilarang sama Rassya."
"Kalian sama aja! Dengan cara kalian nyembunyiin ini kalian kira kalian baik!? ENGGAK!"
"Lebih baik gue tau dari awal daripada gue tau di akhir dan Rassya yang udah tanpa NYAWAAAA!" lanjut Saqeela seraya menekan kata terakhirnya.
"Lo ngerti gue gak sih Rey? Gue sama Rassya udah kepisah bertahun-tahun. Sampai tiba waktu dimana takdir mempertemukan gue sama Rassya lagi. Dan sekarang lo tega biarin gue pisah sama Rassya lagi bahkan harus beda alam!"
"Kalau gini caranya, mending gue yang sakit Rey. Gue yang meninggal, bukan Rassya! Rassya udah terlalu banyak berkorban buat gue...! GUE BENCI SAMA LO, GUE BENCI SAMA KALIAN!!!!" final gadis itu sebelum akhirnya kembali memeluk Rassya dengan erat.
"Rassya bangun... hiks..."
"Kita udah saling janji buat gak pisah lagi kan? Kenapa lo ingkari janji itu? Lo tega banget sama gue, Rassya...!"
"Rassya... katanya lo nunggu cinta seratus persen dari gue. Udah Sya udah! Gue udah cinta sama lo, bahkan lebih dari seratus persen! Gue tau gue udah ngecewain lo karena gue hilangin semua kenangan kita, gue minta maaf..."
"Rassya please bangun...! Kalau lo pergi, nanti siapa yang nemenin gue disini? Siapa yang beliin gue es krim lagi, siapa yang sedia jadi rumah buat gue? Siapa yang bakal gue marah-marah in lagi!? LO JAHAT RASSYA!!!"
"Qeel, Rassya sempat nulis surat buat lo." Reyza memberikan selembar kertas terlipat itu kepada Saqeela.
•••
tanggapan kalian di part ini?
bakal nyangka kayak gini ga kalian?kira" isi surat Rassya apa ya?
yuk... penuhi komentarnya!trims 💙
KAMU SEDANG MEMBACA
Ancaman Cowo Brandal
Jugendliteratur"Mulai detik ini lo jadi pacar gue." "Lo punya gue, gak ada yang bisa rebut lo dari gue." "Siapa yang ngajarin lo kasar, hmm?" "Nurut atau gue cium?" "Mulai sekarang setiap lo ngomong kasar, bibir lo gue rebut." Siapa yang menyangka jika baru s...