47. Baikan

129 10 9
                                    

"Harus banget ngambek kayak anak kecil gini?"

Seorang cowo yang sedang asik berdiam diri di taman belakang sekolah pun tiba-tiba dikejutkan dengan suara berat yang keluar dari mulut sahabat cowonya, siapa lagi kalau bukan Fahreyza.

"Ngapain lo?" tanya Rassya dengan tatapan sinisnya.

Reyza menepuk pundak Rassya pelan seraya ikut duduk di bangku panjang yang Rassya duduki.

"Nyari bocil ngambekan." jawabnya dengan diakhiri kekehan dan berhasil membuat Rassya menatapnya dengan ekor mata yang tajam.

"Lebih sakit mana, lo ditinggal ke Amrik atau Saqeela yang lo bohongi hampir setahun lebih?" Reyza langsung bersuara pada point pentingnya.

Saat kejadian tadi, beberapa menit setelah Rassya pergi, Reyza memilih untuk mengejar sahabatnya itu. Dan setelah hampir lelah mencaridk segala penjuru sekolah, akhirnya Reyza menemukan Rassya di taman belakang sekolah.

"Gue bohong apa?" tanya Rassya.

"Gak bohong sih, tapi lo sembunyiin rahasia besar lo sama Saqeela."

"Gue cuma gak mau dia khawatir sama gue."

"Seyakin apa lo, dia bakal khawatir sama lo?" sindir Reyza karena mengingat bahwa sampai sekarang seperti belum ada tanda-tanda rasa suka yang begitu dahsyat dari Saqeela kepada Rassya. Meski nyatanya, diam-diam gadis itu telah benar-benar mencintai Rassya.

"Kalau lo cuma mau bikin gue kesel, mending lo pergi Rey." seru Rassya sinis.

"Bro, niat gue tuh baik. Ayolah jangan kayak gini, bocil banget lo." ujar Reyza.

"Sekarang gue tanya sama lo, emang lo mau LDR sama Sandrina?" Rassya mengajukan pertanyaan dengan tatapan begitu serius, yang mana kini atensinya telah sepenuhnya ke arah Reyza.

"Mau. Kalau LDR demi ngejar pendidikan, kenapa harus gue larang dia pergi? Hubungan jangan dibawa ribet, enjoy aja."

"Selagi gak ada masalah perselingkuhan." lanjut Reyza bijak. Rassya yang mendengar itu pun hanya bisa diam tak bergutik.

Reyza tersenyum tipis. Dia tahu kalau sahabatnya itu telah kehabisan jawaban. Lantas cowo itu pun membawa atensinya sepenuhnya ke arah Rassya, yang mana langsung di tanggapi oleh laki-laki pemilik nama Rassya itu.

"Gue tau kalian baru aja ketemu lagi setelah bertahun-tahun pisah."

"Tapi, lo jangan lupa kalau setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Percaya sama gue, kalau dia memang buat lo pasti dia bakal balik lagi ke lo." lanjut Reyza.

"Kalau ini pertemuan terakhir gue sama Saqeela, gimana?" tanya Rassya dengan perasaan yang begitu takut akan perpisahan.

"Positif thinking aja bro!" seru Reyza tersenyum seraya menepuk-nepuk pundak Rassya pelan.

•••

"Sya?" panggil Saqeela.

Beberapa menit Reyza berlalu pergi meninggalkan Rassya, akhirnya gadis itu berani memunculkan diri di depan sang kekasih demi meluruskan kesalah pahaman yang terjadi.

Rassya tahu bahwa yang memanggilnya itu adalah Saqeela. Tetapi dia sama sekali tak ingin menoleh sedikitpun ke arah gadis itu. Rasa yang sulit Rassya kendalikan detik ini, kecewa, marah, egois, tidak enak hati, semua bercampur menjadi satu.

Saqeela sadar akan Rassya yang tak menggubris kedatangannya. Lantas dia tetap nekat untuk mendekati cowo itu dan duduk di sebelahnya.

"Sebenarnya dari lama gue mau ngasih tau ini sama lo, tapi gue belum nemu waktu yang pas aja. Gue cuma gak mau lo jauhi gue cuma gara-gara gue mau balik ke Amrik." Saqeela bersuara untuk menjelaskan.

Rassya masih stay di posisinya. Duduk dengan dua sikunya yang bertumpu pada paha dan sama sekali tak melihat ke arah sosok gadisnya.

"Gue tau kok kalau lo bakal sekecewa itu sama gue, apalagi sampe sekarang gue sama sekali belum ada inget apapun tentang lo. Gue sejahat itu ya, Sya?" lanjutnya menahan air mata.

Rassya yang mendengar itu seketika tak mampu lagi bertahan. Dia goyah dari pertahanan bodo amatannya. Tenggorokan Rassya tiba-tiba saja terasa sangat sakit karena menahan agar air matanya tak keluar. Sebelum Saqeela melanjutkan ucapannya lagi, cowo itu duduk tegak dan langsung meraih Saqeela untuk membawa gadis itu ke dalam dekapannya.

Saqeela shock atas apa yang Rassya lakukan. Tetap sebisa mungkin dia mengatur napas dan jantungnya yang hampir copot. Saqeela menerima baik pelukan dari Rassya, membiarkan cowo itu menumpahkan segala perasaannya padanya.

"Maafin gue, Sya." lirih Saqeela dalam posisi masih dipelukan Rassya.

"Kamu gak jahat, Qeel. Kamu baik. Kamu gak perlu minta maaf sama aku." ucap Rassya melepaskan pelukannya dan berganti menangkup wajah Saqeela.

"Tetap aja gue jahat. Dengan mudahnya gue lupain semua kenangan yang udah kita rangkai sejak kecil, dan sekarang gue mau pergi ninggalin lo lagi." Saqeela runtuh dari pertahanannya. Gadis itu menangis dan dengan cepat Rassya menyeka air matanya.

"Enggak. Bukan salah kamu. Mungkin udah takdirnya aja kenangan kita hilang gitu aja tanpa bisa di ulang." ujar Rassya yang berusaha tak ingin membuat Saqeela merasa semuanya gadis itu yang salah.

"Kita buat ulang kenangan itu lagi aja ya? Kita buka lembaran baru. Kamu mau?" tanya Rassya.

"Mau. Tapi apa bisa? Setelah ini kan gue..." Saqeela memutuskan kalimat ucapannya seraya kepala yang menunduk kebawah.

"Sebelum kamu pergi ke Amrik, kita puas-puasin mainnya. Mau?" tawar Rassya lagi.

"Lo gak marah sama gue?" tanya Saqeela.

"Marah kenapa?"

"Soal gue mau kuliah di Amrik."

"Awalnya memang marah, tapi aku gak mungkin ngelarang kamu kesana buat pendidikan." senyuman manis seorang Rassya tiba-tiba terukir dibawah tampan cowo itu hingga akhirnya tak tahan membuat Saqeela ingin memeluknya.

"Maafin gue..." lirih Saqeela dalam dekapan.

"Bukan salah kamu."

"So, sekarang kita mau kemana?" lanjut Rassya bertanya.

"Terserah. Yang penting sama lo!" kekeh Saqeela.

"Bisa aja. Tapi..." Rassya menggantungkan ucapannya.

"Kok pake tapi?"

"Tapi kapan gue bisa denger lo manggil gue pake sebutan aku kamu?" senyum Rassya.

Saqeela nampak diam sejenak.

"Tunggu gue cinta sama lo seratus persen!" kekeh Saqeela.

"Emang sekarang belum seratus persen?" tanya Rassya manyun.

Saqeela nampak berpikir dengan mata yang melirik ke arah Rassya. Baginya detik ini Rassya begitu sangat menggemaskan dimatanya.

"Emmm...." Saqeela menggantungkan kalimatnya sebelum akhirnya menaikkan kedua bahunya yang menandakan ia tak tahu sudah atau belum seratus persen cinta untuk Rassya.

"Heh mau kemana!?" teriak Rassya yang dibikin kaget ketika gadisnya melarikan diri.

"GUE MAU KABUR DARI COWO BUCIN KAYAK LO!" balas Saqeela dengan teriakan sembari terus berlari menjauh dari Rassya. Jangan lupakan kebaya perpisahan yang masih menempel di tubuhnya, membuat gadis itu sedikit lebih sulit untuk berlari.

Rassya yang kalimat itu justru tertawa sekerasnya sebelum akhirnya berlari mengejar Saqeela.

"TAU AJA KALAU AKU SEBUCIN ITU SAMA KAMUUUU!" balas Rassya.

"Huh! Bagus deh kalau mereka udah baikan." ujar seseorang dari balik pohon besar di dekat tempat Rassya dan Saqeela berbincang tadi. Sejak tadi someone itu memang berdiri disana untuk menguping.

"Gue harap lo mau jujur sama Saqeela soal penyakit lo, Sya." lanjutnya.

Siapa yang menyangka jika someone itu adalah Reyza? Tentu saja itu Reyza, namun bertambah dengan sesosok Sandrina yang hanya diam saja di samping cowo itu namun dengan perasaan hati yang campur aduk, cukup prihatin melihat hubungan Saqeela dan Rassya yang penuh rahasia dan cobaan.

•••

Next?
Janlup vote and komen‼️

Ancaman Cowo Brandal Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang