"Jisoo, bolehkah aku bertanya sedikit serius kepadamu?. Dan tolong jangan jawab dengan otak randommu itu yang ingin menjadi debu."
Jisoo tertawa "kkkk, tentu saja."
"Sekarang kau melihatku sebagai apa? Adik?.. Rekan kerja?... Teman?... Atau.. wanita?.."
Jisoo terdiam beberapa saat, memandang wajah Jennie yang sangat ingin tahu dengan jawabannya. Jisoo berpikir jawaban apa yang harus dikatakannya sehingga tidak membuat adiknya itu sakit hati.
"Kau saudaraku, adik, teman kerja, sekaligus wanita.. Bukankah kau memang perempuan?" Jisoo menaikkan satu alisnya heran. Dan wajah Jennie berubah menjadi datar. Melepaskan cengkraman di rahang Jisoo dan tidur membelakanginya.
"Wae? Apakah salah Jendeuk?" Panik Jisoo memegang pundak Jennie.
"Ani. Aku yang salah sudah bertanya seperti itu kepadamu.."
"Jen—"
"Sudahlah Kim. Tidur, aku mengantuk."
Jisoo menghela nafasnya pasrah, mengambil selimut dan menyelimuti tubuh keduanya dengan posisi miring menghadap Jennie. Memandang punggung adiknya dengan tatapan bersalah. Sungguh, ia tidak tahu salahnya dimana kali ini.
Sekitar 50 menitan Jennie berdiam diri dan berpura-pura memejamkan matanya. Ia membalikkan tubuhnya menghadap Jisoo. Memandangi pahatan wajah yang menurutnya sangat sempurna. Tampan, maskulin, gagah, imut, sexy.. Semuanya ada pada seluruh tubuh Jisoo.
Jennie mendekat, memegang pipi Jisoo seraya mengusapnya perlahan dengan ibu harinya. Tubuh Jennie terangkat ingin melayangkan kecupan pelan di bibir hati itu.
Namun niatnya terhenti dan mematung di udara. Ia menjauhkan tangannya dari wajah lelaki itu dan meraih selimut untuk menutupi bagian tubuhnya sampai dagu.
Jennie tidak tahu cara apa lagi untuk mengungkapkan bahwa dirinya telah jatuh cinta pada kakaknya itu. Jisoo dalam wujud perempuan maupun lelaki. Jennie suka keduanya.
Ia jadi teringat kejadian malam itu. Hei, tidak mungkin juga kan kakanya itu berubah seperti ini karena menyusu padanya? Itu mustahil!.
Jennie menahan nafasnya ketika Jisoo bergerak memeluk dirinya bagaikan guling. Wajah lelaki itu diatas dadanya dan Jennie bisa merasakan nafas hangat yang menerpa lehernya.
Jennie gemetar, tegang, dan juga senang. Sudah memang ritual mereka ketika masih menjadi teman sekamar untuk saling memeluk ketika tidur. Tetapi kali ini kondisinya berbeda. Saat ini Jisoo adalah seorang pria!. Bagaimana bisa tubuhnya menahan gelora panas yang dihasilkan Jisoo sendiri?.
Sepertinya perasaan itu bukan hanya Jennie yang merasakan. Kini Jisoo sudah sedikit menggeliat tak sadar. Bukan, bukan karena rasa horny yang mulai muncul, tetapi karena tubuh Jisoo yang mulai demam.
Jennie menempelkan punggung tangannya ke dahi sang kakak. Matanya membulat terkejut merasakan panasnya tubuh Jisoo.
Rengekan kecil seakan ingin menangis pun terdengar dari mulut berbibir tipis. Jisoo menyandarkan kepalanya di dada Jennie.
Jennie mengusap kepala Jisoo yang bersandar di dadanya. Lalu ia pun membiarkan Jisoo sampai sedikit tenang sebelum turun untuk mengompres dahi lelaki itu.
Jennie meleleh ketika jisoo melingkarkan tangannya di pinggang pada saat ia mengompres dahi lelaki tersebut.
"Jennie..." Gumamnya tak sedar.
"Hmm?.." Jennie bergumam, mengusap rambut Jisoo layaknya seorang bayi yang sedang demam.
Setelah selesai mengompres, Jennie kembali tidur dengan Jisoo. Selintas pikiran kotor lewat di otaknya. Jika Jisoo menyusu padanya apakah lelaki itu akan langsung sembuh seperti bayi pada umumnya?
Jennie segera menggelengkan kepalanya dengan cepat. Bagaimana bisa ia berpikiran seperti itu? Ya, itu semua karena Jisoo yang saat ini terlihat seperti bayi besar. Ditambah kulitnya yang lembut dan kenyal.
"Tidak Jen, kau hanya perlu menjaganya dan merawatnya seperti kakakmu sendiri. Berhenti berpikiran kotor dan hilangkan perasaan anehmu ini... Aaa aku tidak bisa~" Jennie frustasi sendiri dan terus bergelut dengan pikirannya.
Sampai tak sadar bahwa tangan Jisoo masuk kedalam bajunya dan menyentuh perut ratanya, memeluk seperti anak kecil yang takut kehilangan seorang ibu.
Rasa kantuk mulai menyerang Jennie. Dan ia terlelap saat mengusap rambut Jisoo dengan teratur.
•
•
•
Pagi hari, Jennie terbangun lebih dulu dan melihat posisi mereka yang masih sama seperti semalam. Jennie segera mengecek suhu tubuh Jisoo. Ternyata suhu lelaki itu masih cukup panas walaupun sudah agak turun.
Entah apa penyebabnya tetapi Jennie segera membangunkan Jisoo untuk meminum obat setelah ia mengambil obat pereda panas di tasnya.
"Apa kau merasa pusing, unnie?" Tanya Jennie khawatir dan memanggilnya dengan sebutan unnie.
Jisoo mengangguk dengan setengah sadar, bibirnya melengkung kebawah seraya meremas rambutnya sendiri karena merasa dunianya berputar.
"Aku akan menelfon dokter, kau istirahatlah lagi.."
Jennie turun dari ranjang, mengambil ponsel di nakas dan memberi pesan kepada dokter pribadinya untuk segera memeriksa Jisoo pukul setengah 8 pagi.
Sekarang masih jam setengah 6, dan Jennie bisa memastikan bahwa hanya Rosé yang telah bangun dari tidurnya karena manusia itu rajin bangun pagi.
Jennie segera keluar kamar untuk mencari adiknya dan memberitahukan keadaan sang kakak yang sedang sakit sekarang.
TBC
Baru inget author punya ini cerita 😌🤣
Kira kira Jisoo demam karena apa?🧐
KAMU SEDANG MEMBACA
Jisoo Unnie To Jisoo Oppa ?!
FantasíaPenampilan Jisoo yang berubah 100% karena obat yang dibelinya dari situs online dengan harga puluhan juta. bisakah dia kembali seperti semula?. silahkan dibaca~ #slowupdate