3

2.9K 384 35
                                        

Kini Jisoo tertidur di paha Jennie yang sedang duduk di sofa. Mereka bertiga tidak bisa membantu kondisi Jisoo dibawah sana. Jadi lelaki itu membiarkannya  dan memilih untuk tidur.

Jennie mengusap kepala Jisoo yang berada di pahanya. Sungguh, ia tak menyangka jika ini akan terjadi. Jennie menyuruh kedua adiknya untuk berbelanja pakaian beserta dalaman lelaki karena Jisoo bilang jika hanya kemeja birunya yang masih muat.  Jisoo juga tidak mungkin memakai pakaian dalam wanita untuk sekarang-sekarang ini. Bahkan dada wanita itu sudah menghilang dan digantikan dengan dada bidangnya.

Jennie berusaha mengecek kembali situs obat yang Jisoo beli menggunakan device yang berbeda, namun lagi-lagi hasilnya nihil. Ia merasa kasihan pada kakaknya yang telah tertipu dan mungkin saja menjadi bahan percobaan suatu eksperimen.

Saat sedang memainkan ponselnya, ia mendengar suara pintu yang dibuka. Munculah kedua adiknya dengan banyak belanjaan di tangannya.

"Eoh, Jisoo unnie tertidur?" Cicit Lisa mendekat.

"Kalian harus memanggilnya Oppa saat ini, panggilan unnie sangat tidak pantas dengan tampilannya sekarang."

"A— Arraseo.."

"Biar ku lihat belanjaan kalian."

Lisa maupun Rosé memberikan kantong belanjanya pada Jennie, gadis bermata kucing itu mengeceknya satu persatu.

"Aku sengaja membelinya yang oversize unnie." Ucap Rosé, dan Jennie mengangguk sebagai jawaban.

Jennie melihat boxer untuk Jisoo yang berwarna hitam semua. Bagus, semuanya sesuai dengan kebutuhan Jisoo saat ini.

"Baiklah, terima kasih telah membantu Jisoo oppa kita.."

"Unnie, itu terdengar aneh.."

"Ya, aku tahu. Terdengar aneh karena kita belum biasa memanggilnya seperti itu."

Jisoo menggeliat dalam tidurnya dan mengubah posisinya menjadi wajahnya menghadap perut Jennie. Wanita berpipi chubby itu kembali mengusap rambut Jisoo agar kembali tertidur dengan nyenyak.

"Unnie, kenapa bisa dia tidur di pahamu?' tanya Lisa.

"Dia habis menangis, merutuki nasibnya yang mengubah dirinya menjadi seperti ini.. dan tak lama dia tertidur."

"Sejujurnya dia sangat tampan, benarkan unnie?" Ucap Rosé

"Majja.. aku merasa bersalah karena telah menamparnya saat dikamar."

"Kau juga banyak mengatai Jisoo unnie—" ucapan Lisa terpotong.

"Jisoo Oppa." Beri tahu Jennie.

"Ya, Jisoo oppa." Ucap lisa malas.

"Hm.. aku sudah meminta maaf padanya"

"Ngomong-ngomong, dia bisa menjadi kekasihku..." lisa membungkuk menatap wajah Jisoo dari dekat.

"Coba saja sebelum kalah cepat denganku" sela Rosé tersenyum miring.

"Ya! Kau cari saja pria lain.."

"Kau saja!"

"YAK!" Pekik Jennie menatap tajam kedua adiknya. "Jisoo tidak akan menjadi milik siapapun, kalian mengerti?" Ucap Jennie menekankan nada di setiap kalimatnya.

Lisa mencibir pada Rosé yang menatap sinis. Ia duduk di sebelah Jennie dan Memakan kacang yang ada di meja.

"Ada apa?" Suara serak khas bangun tidur itu terdengar indah dari wanita– eum pria berbibir hati.

"Aniya.. tidurlah lagi Oppa.." Jennie mengusap kepala lelaki itu lagi. Namun dengan malas Jisoo duduk dan menatap Jennie jengah.

"Sudah kubilang berhenti memanggilku dengan sebutan Oppa~ Jendeukie"

Jisoo Unnie To Jisoo Oppa ?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang