Penampilan Jisoo yang berubah 100% karena obat yang dibelinya dari situs online dengan harga puluhan juta. Bisakah dia kembali seperti semula?
silahkan dibaca~
#slowupdate
"Sekarang kau bisa berdiri ataupun duduk. Buat dirimu senyaman mungkin, chu..." Jennie berucap, bahkan wanita itu sudah berdiri disebelah kasur, tangannya bergerak untuk menyalakan lampu utama.
Jisoo memandang adiknya dengan tatapan ragu dan juga sedikit takut. "B-bisakah lampunya dimatikan saja?"
Mata kucing itu berputar dengan decakan kecil "lalu aku lihat apa nantinya?"
"Katamu akan direkam dengan ponsel? Lagi pula ada lampu tidur."
Terpaksa Jennie mengiyakan permintaan Jisoo, lampu ia matikan kembali dan menyuruh Jisoo agar cepat bangun.
Jisoo merubah posisinya menjadi duduk di pinggir kasur, matanya melihat Jennie yang keluar kamar dan kembali dengan iPad ditangannya.
"iPad? Untuk apa?—" tanya Jisoo, yang belum selesai menyelesaikan kalimatnya tetapi sudah dipotong oleh adiknya.
"Shh.. diam dan ikuti ucapanku, arra?" Jisoo mengangguk kecil.
"Aku memintamu untuk melihat video ini dengan diam dan tanpa protes sedikitpun" Jennie memutar salah satu video, dapat dilihat pupil mata lelaki itu yang membesar, walaupun remangnya cahaya, tetapi kecerahan layar iPad miliknya cukup menerangi wajah Jisoo.
Setelah video itu selesai, Jennie mematikan iPadnya dan mengambil ponselnya dan membuka kamera ia taruh di dekat lampu tidur mengarah mereka berdua.
"Untuk apa?" Tanya Jisoo menunjuk ponselnya.
"Tentu saja merekamnya." Ucap Jennie acuh.
"Bukankah katamu akan merekamnya menggunakan ponselku?"
"Dua-duanya saja. Baiklah, kita mulai.." Jennie tersenyum dan duduk disebelah kakanya itu.
"Apa kemaluanmu sudah terasa mengeras dan tidak nyaman?" Tanya Jennie.
"Sepertinya begitu? Tetapi kenapa kau menunjukkan video dirimu yang hanya mengenakan pakaian dalam Calvin Klein kepadaku? Sebelumnya milikku masih terasa nyaman saja, tetapi sesudah itu kau menghancurkannya."
"Gwaenchana Chu, itu adalah tujuan kita malam ini. Baiklah, buka boxermu sekarang."
Jisoo melotot saat Jennie berucap seperti itu dengan wajah santainya. "Yang benar saja, Jennie?!"
"Ya, cepat lepas boxer ketatmu itu"
Jisoo menurut, ia berpikir jika Jennie memang berniat baik untuk mengajari dirinya saat sedang dalam kondisi seperti ini.
"Sudah Jennie.."
"Sebentar, akan ku rekam menggunakan ponselmu." Jennie mengambil benda pipih milik Jisoo dan mulai merekam dengan ratio potret dan memakai lampu ponsel.
Matanya membulat terkejut saat melihat ukuran yang berbeda dengan awal Jisoo menunjukannya saat pertama kali.
"Wae Jennie? Aku tahu ini aneh~" Jisoo merengek namun mulutnya segera ditutup oleh tangan seseorang.
Jennie mematikan rekaman ponsel Jisoo dan ponsel miliknya, ia tidak peduli dan bisa saja rekaman itu tersebar.
"Apakah kita tidak jadi? Lalu bagaimana dengan milikku Jennie?!"
"Diamlah chu! Aku akan tetap membantu mu." Jennie sedikit membentak lelaki itu dan kembali duduk disebelahnya. "Dengarkan aku baik-baik, ingat apa yang aku suruh malam ini dan lakukannya saat sedang sendiri."
Jisoo mengangguk, namun saat tangan mungil nan mulus itu mulai meraba miliknya, ingatannya seketika dipenuhi oleh rasa dosa. Jisoo sedikit mendorong bahu adiknya lalu memakai boxer itu kembali.
"Yah! Oppa?~" Rengek Jennie frustasi. Hei, dia bahkan belum menyentuhnya selama 3detik.
"Kurasa ini tidak benar Jen. Aku tidak mau."
"Mwo? Apanya yang tidak benar sayang?"
"Kau gila Jennie.." ucap Jisoo menutupi selangkangannya dengan tangan kanan.
"Kau mau aku ajari tidak sih?" Tanya Jennie Jengkel, hei.. nafsunya sudah diujung tanduk sedangkan lelaki itu dengan gampang memberhentikan aksinya.
"Tidak." Potong Jisoo cepat, lelaki itu segera terbaring telungkup dan memainkan ponselnya untuk mengalihkan pikiran serta menghindari situasi canggung.
Tangan Jennie meraba pantat bulat Jisoo lalu menamparnya untuk melampiaskan rasa kesal.
"Yak!" Jisoo mengaduh mengusap pantat kirinya.
"Wae?" Tanya Jennie cemberut dengan kedua pipi yang mengembang.
"Kau!- arghh.." Jisoo memilih untuk keluar dari kamarnya, tetapi gadis bermata kucing itu tetap mengikutinya kemanapun ia pergi.
"Kau yakin tak ingin ku bantu Chu?" Tanya Jennie pelan ketika Jisoo minum air dingin dari kulkas.
Jisoo menggeleng "Aku bisa mencari solusinya sendiri di internet."
"T-tapi"
"Sudahlah Jennie, jangan membahasnya lagi." Kini Jisoo mengambil piring serta nasi untuk makan, entahlah perutnya terasa lapar walaupun kondisi dibawah sana sangat tak nyaman.
Jennie merebut piring itu dan mengambilkannya untuk Jisoo, sedangkan lelaki itu melamun memikirkan tubuh adiknya yang terlintas di otaknya. Jisoo memukul kepalanya sendiri membuat Jennie heran.
"Jisoo-ya waegeurae?" Jennie menahan tangan kakaknya dan menyeretnya agar duduk di kursi meja makan. "Aku akan menunggumu sampai selesai makan."
Melihat Jisoo yang memakan masakannya membuat Jennie tersenyum senang. Semoga saja suaminya di masa depan menyukai masakannya juga.
"Kenapa tersenyum?" Tanya Jisoo sedikit ketus.
"Tampan." Celetuk Jennie menggoda Jisoo.
"Aku ini perempuan kau tahu"
"Jinjja? Kemana perginya kedua payudaramu unnie?"
Trang!
"Aku sudah selesai." Jisoo membawa piring kotor ke tempat cucian.
"Mwo? Kau ini makan atau vacum cleaner unnie? Kenapa cepat sekali?"
"Unnie mengantuk, kau tidur dikamar mu sendiri, arraseo?"
"Hum.. aku akan menuruti kemauanmu asalkan peluk—"
Jisoo langsung membawa gadis mungil itu kepelukannya. Jennie membalas pelukan unnienya, sedikit meraba pantat bulat yang membuatnya candu lalu mencubitnya membuat Jisoo berdecak malas.
"Ck, jangan lakukan itu Jendeuk."
"Hehe.. kenyal seperti pantat bayi" Jennie memonyongkan bibirnya seakan akan ingin mengecup bibir hati yang sedikit lebih tebal itu sekarang. Namun Jennie maupun Jisoo menoleh saat mendengar suara seseorang.
"Oh my gosh Unnie..!!" Pekik Rosé menutupi mulutnya dengan tangan.
TBC
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.