9

2.1K 303 28
                                    

Melihat keberadaan Rosé, Jisoo mematung dan reflek mendorong Jennie secara tak langsung sehingga membuat pantat sexy adiknya menyentuh lantai. Jennie meringis, menatap Jisoo heran dengan tangan yang mengusap bokong sintalnya.

"omo unnie! gwaenchana?" Rosé lantas membantu dan mengusap bokong sang kakak.

"Ugh.. oppa~"

"Mian Jendeuk.." Tanpa rasa bersalah, Jisoo segera melangkahkan kakinya kearah kamar. Meninggalkan kedua adiknya begitu saja.

"Gomawo Rosie, unnie tinggal dulu nde?" Sebelum pergi, Jennie menyempatkan diri untuk mengusap pipi sang adik.

Jennie tidak masuk ke kamar unnienya itu, melainkan masuk kedalam kamarnya sendiri. Ya walaupun ia berada dirumah sang kakak tertua itu, Kim Jisoo.

Sedangkan dilain sisi, Jisoo menunggu tanda tanda keberadaan Jennie hadir dikamarnya, namun yang ditunggu tak kunjung muncul dan tanpa sadar, ia terlelap terkena angin AC yang dingin.

02.30 AM

Dini hari, Jisoo meraba sisi kasurnya yang terasa hampa, perlahan ia mengerjapkan matanya dan masih tidak ada tanda keberadaan adiknya. Ia jadi teringat semalam, apakah Jennie marah karena ia mendorongnya sedikit kencang? Sungguh, itu hanya bagian dari refleknya saja.

Jisoo mengubah posisinya menjadi duduk, mengusap tenggorokannya yang terasa kering karena haus. Dengan melawan rasa malas, ia berjalan ke arah dapur.

Samar-samar, ia mendengar suara sendok yang bertabrakan dengan gelas. Jisoo menyipitkan matanya berusaha melihat siapa yang sedang berada di dapur dengan lampu yang remang.

Beberapa detik kemudian, wanita itu berlari kearah wastafel dan memuntahkan entah apa itu.

Jisoo mempercepat langkahnya. Menyalakan lampu dan membantu memijat tengkuk dan membilas mulut sang adik.

"Unnie.." dengan lemah, Jennie memeluk tubuh tinggi Jisoo.

"Ya, gwaenchana?" Tanya Jisoo khawatir. Jennie menggeleng sebagai jawaban. "Waeyo jendeuk?"

"Entahlah, perutku terasa mual dan perih saat sedang tidur tadi.."

Jisoo melirik teh yang sudah dibuat oleh Jennie "duduklah" Jennie menuruti ucapan Jisoo, lalu menerima gelas berisi teh yang sudah dibuatnya tadi. Meniupnya sebentar sebelum menyeruputnya pelan.

Jisoo mengambil gelas baru dan mengisi air putih untuk minumnya sendiri. Lalu kembali menatap Jennie dengan pandangan khawatir.

"Ingin pergi kedokter?"

"Tidak perlu unnie.."

Dahi Jisoo mengerut bingung, apa tadi katanya? Unnie? Hey, benda apa yang sudah membentur kepala adiknya itu. Ia bersyukur Jennie memanggilnya seperti biasa, tetapi agak sedikit aneh karena dirinya sudah terbiasa dengan panggilan 'oppa' dan rupanya yang seperti laki-laki. Ralat, memang sudah 100% berubah.

"Wae?"

"Kurasa hanya sakit biasa.. setelah aku istirahat pun pasti sudah kembali sembuh."

"Baiklah, ayo biar unnie temani ke kamar."

Setelah menenggak habis teh yang dibuatnya. Jisoo mengikuti Jennie yang jalan menuju kamar. Hanya ada lampu tidur berwarna kuning yang menerangi kamar cukup luas itu.

Jisoo menyalakan lampu utama, membantu menyelimuti tubuh Jennie yang sudah terbaring diatas kasur. "Maaf mendorongmu Jendeuk." Ucap Jisoo merasa bersalah. "Kau tidak sakit karena ku dorong, kan?" Ucapnya lagi seraya menatap wajah jennie yang hanya berjarak kurang lebih 30cm.

Jennie terkekeh lemah, mengusap pipi lelaki itu dengan tangannya. "Aniya.. gwaenchana."

Hey, Jennie merasa sedang diperhatikan dan dirawat oleh sang suami tampan-nya.

"Hm.. kalau begitu istirahat nde?" Jennie mengangguk sebagai jawaban, ketika ingin mematikan lampu utama, Jennie kembali memanggilnya.

"Unnie?~"

"Hm?"

"Bisakah kau menemaniku sampai pagi?"

Jisoo berhenti sejenak untuk berpikir, lalu mengiyakan permintaan adiknya itu tanpa rasa curiga "Arraseo.."

Setelah mematikan lampu utama, Jisoo bergabung dengan Jennie yang sudah menunggunya dengan senyuman.

"Kemari, aku ingin memelukmu.."

Setelah Jennie mengunci tubuh Jisoo dengan pelukannya. Lelaki itu mengeluarkan suara.

"Hari ini aku akan keluar, tolong jaga rumah, nde?"

"Ingin pergi kemana? Kau tidak kasihan padaku yang sedang sakit?"

"Aku ingin pergi mengunjungi keluargaku, Jendeuk.. lagian dirumah ada Chaeng dan Lisa, kau tidak akan sendiri."

"Hm.. boleh aku titip sesuatu?"

"Apa?"

"Aku ingin bubur"

"Buat pagi?" Tanya Jisoo menunduk melihat mata kucingnya yang polos.

"Um" angguknya

"Tetapi Jendeuk, aku pergi nanti siang.."

"Yasudah tidak jad—"

"Aniya gwaenchana, kau ingin bubur? Akan ku belikan." Tanpa sadar, Jisoo menyisir rambut Jennie dengan jarinya.

"Gomawo, maaf merepotkan mu unnie.."

"Hmm.. tidurlah"

Pukul 06.45 AM Jisoo terbangun ketika merasakan tubuh hangat seseorang menempel di kulitnya. Ia duduk dan mengecek suhu tubuh Jennie yang menurutnya panas.

Ia langsung teringat permintaan adiknya beberapa jam lalu, Jisoo segera bergegas untuk cuci muka, gosok gigi dan pergi mencari bubur serta obat tanpa perlu mandi terlebih dahulu.

Jennie menunggu Jisoo diruang tengah  seraya menonton televisi. Kata rosé, tadi sang kakak pergi keluar untuk membeli bubur. Sedangkan lisa masih tertidur di kamar.

Sesampainya Jisoo dirumah, lelaki itu membelikan bubur sesuai dengan jumlah orang dirumah. Dan memberikan obatnya pada Jennie.

"Makan dulu, baru minum obat.. tubuhmu panas Jendeuk."

"Gomawo Chu~"

"Cha!, bubur untukmu juga. Kita makan bersama" Jisoo memberikan bubur yang lain untuk Rosé, tentu saja gadis tupai itu senang bukan main.

"Aaa oppa~ gomawo.."

Jika sedang tidak sakit, Jennie akan langsung melirik tajam adiknya itu karena sudah berani genit pada calon masa depannya itu.

"Jika panasmu tak kunjung reda, kita akan segera ke dokter sebelum makin parah." Ucap Jisoo tegas dan sepertinya tidak ingin mendengar penolakan dari sang adik. Jennie hanya bisa mengangguk pasrah mendengar ucapan tegas kakaknya itu. Sementara Rosé menyimak pembicaraan kedua orang didepannya sambil memakan bubur.




TBC
Hey, gimana kabarnya? :)

Jisoo Unnie To Jisoo Oppa ?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang