"Kau ingin aku bantu apa? Mengusapnya?"
"Tak tahu.. ini semakin terasa sakit Jennie~ apa yang harus aku lakukan?" Jisoo merengek, mencengkram pinggang Jennie secara tak sengaja.
"Ah, sakit Kim! Tenaga mu itu besar," Jennie menyingkirkan tangan besar Jisoo dari pinggangnya.
"Mian, sungguh aku tak bermaksud." Jisoo menyandarkan tubuhnya pada headboard kasur.
Jennie memutar otaknya, ini adalah salah satu kesempatan untuk bisa terus bersama dengan Jisoo nantinya. Ia menatap mata hitam Jisoo, dahi lelaki itu berkerut menahan nyeri di selangkangannya.
Menghela nafasnya gugup karena terus ditatap oleh mata tajam Jisoo, ia mendekat pada tubuh besar kakaknya. Menyentuh pipi Jisoo dan mengusapnya dengan pandangan sedikit ragu.
"Percayakan saja semuanya padaku, Chu." Jennie melirik pintu dan memastikan sudah terkunci dengan benar.
"A-apa? Tentang apa?" Bingung Jisoo, wajahnya terkejut saat tangan adiknya semakin turun menyentuh apa yang terasa sakit. "W-woahh Jennie... Kurasa k-kau tidak—"
"Sshh... Cukup diam dan rasakan, okay? Aku sedang membantu sekaligus mengajarkan bagaimana caranya jika hal ini terjadi lagi."
Jisoo mengangguk, ia lihat Jennie yang berada di antara kedua kakinya, menurunkan celana pendek miliknya dan menyisakan boxer hitam Calvin Klein pemberian Jennie.
Tangan Jennie sedikit bergetar saat menurunkan boxer itu dengan perlahan, ia memejamkan matanya, ini adalah kali pertama akan melihat benda itu secara langsung, bukan hanya menonton dari video.
"J-jennie.. mengapa milikku seperti itu?"
Jennie membuka matanya, ia menatap Jisoo tak percaya, yang benar saja?! Benda panjang, besar dan berurat itu sudah berdiri tegak di hadapannya. Oh shit, ini bahkan lebih besar dari yang ia harapkan.
"Chu.." suara Jennie terdengar lemas, entah kenapa. Membayangkannya saja sudah tak kuat.
"Kenapa Jendeuk?" Khawatir Jisoo.
"Aniya," ucap Jennie berusaha menyadarkan kembali fokusnya yang hilang. "Kau perhatikan aku dengan baik, arra?"
Jisoo mengangguk, bibir hati itu digigit saat tangan mungil adiknya mulai menggenggam di sekitar batangnya yang mengeras. Precum yang keluar Jennie jadikan sebagai pelumas. Wajah gadis kucing itu terlihat fokus.
Saat ia mulai memompa tangannya, perut Jisoo mengencang, lelaki itu menahan napasnya dan mencengkram kembali pinggul Jennie.
"Aarghh Jendeukiehh~"
Jennie suka. Terserah orang akan menyebutnya cewek gila. Yang jelas ia menyukai suara sexy desahan Jisoo.
Tangan Jennie yang lain meremas buah zakarnya, mata kucingnya menatap wajah Jisoo yang menikmati servis pertamanya. Jennie menggigit bibir bawahnya melihat wajah keenakan itu.
Miliknya di bawah bereaksi, celana dalamnya sudah dipastikan basah. Namun Jennie masih berada di alam sadarnya, tidak mungkin ia akan berhubungan sex dengan Jisoo dalam status mereka yang hanya teman kerja seperti ini.
Tangan Jisoo turun mencengkram paha Jennie, keringat dingin muncul dari leher lelaki itu. Bibir hati yang terus mengeluarkan erangan imut namun sangar secara bersamaan.
Jennie rasakan milik Jisoo berkedut di tangannya, ah.. ia penasaran apakah benda ini memiliki sperma? Pertanyaan yang bagus, dan ia akan segera mendapat jawabannya sebentar lagi.
"Jendeukie, aku.. aku mmhh ingin buang air kecil"
"Gwaenchana Jichu.. keluarkan saja," Jennie mempercepat tempo kocokannya di bagian kepala batang bewarna merah muda itu, ia sedikit menghindar agar tidak mengenai cairan Jisoo nantinya.
Saat merasakan cairan hangat mengenai tangannya, Jennie memejamkan matanya karena sedikit terkejut. Gerakan tangannya berhenti untuk sementara waktu, membiarkan Jisoo menikmati sesi klimaksnya.
Senyuman Jennie mengembang, jelas yang keluar adalah cairan kental hangat berwarna putih. Nafas lelaki itu terengah-engah, cairan dimana-mana.. di baju, bahkan sprei mereka.
Jennie melepaskan milik Jisoo yang masih setengah tegang, pergi untuk mengambil tisu lalu kembali lagi.
"Bagaimana? Apa milikmu masih sakit, oppa– maksudku unnie?" Tanya Jennie dengan nada mengejek.
"Ani, namun lututku terasa lemas Jennie.. Arghh jangan menyentuhnya lagi~" rengek Jisoo
"Baiklah.. lebih baik kau bersihkan dirimu di kamar mandi, aku yang akan mengganti sprei setelah cuci tangan." Ucap Jennie.
Jisoo menurut, memakai kembali celananya dan menarik lengan Jennie pelan.
"Wae?" Tanya gadis bermata kucing itu masih dengan senyuman dibibirnya.
"Gomawo.."
"Enak saja, itu tidak gratis!" Sinis Jennie memutar bola matanya malas.
"Memangnya kau ingin apa, Jendeuk? Uang atau tas baru?" Tanya Jisoo membuat Jennie membulatkan matanya.
"Yak! Kau pikir aku gadis club?!"
"Huh?" Bingung Jisoo.
"Sudah sana pergi! Mandi yang bersih."
•
•
•
Selagi Jisoo di kamar mandi, Jennie melepas sprei Jisoo seraya mengomel "Tcih, memangnya aku ini wanita apaan ingin dibayar pakai uang dan tas? Kurang ajar sekali lelaki itu.. tidak dalam wujud wanita ataupun pria senang sekali membuatku kesal."
Kilatan bayangan kegiatan panas tadi berada di otak Jennie. Tidak-tidak, jangan terlalu sering membayangkannya, bisa-bisa gila nanti Jennie.
Jennie mengganti dengan sprei baru berwarna putih polos. Jennie berteriak saat tangan dingin menyentuh lengannya.
"Jend—"
"AAAKKK!!~ YAK! KAU MEMBUATKU TERKEJUT, JI!"
"Maaf Jennie, lagian kau ini mudah sekali terkejut."
"Tcih,"
Tiba tiba saja tangan kekar memeluk perutnya dari belakang, Jisoo yang hanya menggunakan handuk menutupi bagian bawahnya memeluk Jennie dengan erat.
"K-kenapa?" Gugup Jennie, hei! Situasi ini membuatnya sedikit canggung.
"Jinjja gomawo Jennie-ya, aku sangat senang sekarang.."
"Really?"
"Um!"
"S-sudah sana pakai bajumu, Kim.. nanti sakit."
Jisoo mengangguk, pergi membuka lemari pakaiannya sehingga Jennie dapat kembali bernapas dengan normal. Ia memegang jantungnya yang berdebar kencang, sial.
"Jika seperti itu lagi aku minta bantuanmu lagi atau bisa meminta tolong pada Rosé dan Lisa, Jen?"
TBC
Ngelunjak ye Ji, kasih dulu tuh status ke anak orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jisoo Unnie To Jisoo Oppa ?!
خيال (فانتازيا)Penampilan Jisoo yang berubah 100% karena obat yang dibelinya dari situs online dengan harga puluhan juta. bisakah dia kembali seperti semula?. silahkan dibaca~ #slowupdate