Jisoo membawakan beberapa bungkus makanan untuk para adik-adiknya setelah berjalan-jalan dengan Soojoo, sahabatnya. Rosé terlihat sangat lahap memakan ayam itu. Begitu pun Lisa. Namun Jennie malah mengurung diri di kamar dan mengatakan tidak lapar.
Tidak ambil pusing, Jisoo masuk ke kamarnya untuk mandi dan bersiap untuk tidur. Namun, ia terkejut ketika keluar dari kamar mandi melihat gadis berada di atas kasurnya seraya memainkan iPad besarnya.
"Aaishh... Kau mengejutkan ku Jennie."
Jennie lirik Jisoo telanjang dada dengan air masih menetes dari rambutnya dan bagian bawah yang tertutupi celana kain pendek.
Jisoo membuka lemari pakaiannya, mencari kaos polos untuk dipakai.
"Sudah makan belum?," Tanya lelaki itu
"Tidak lapar."
"Kalau nanti sakit, siapa yang repot?"
"Jadi selama ini kamu kerepotan mengurusku, Chu?"
"Ani, aku hanya bertanya." Jisoo berjalan ke meja rias untuk mengeringkan rambutnya menggunakan hairdryer.
Jennie menaruh iPadnya di kasur, berjalan mendekat dan mengambil hairdryer dari tangan besar Jisoo.
"Duduk, biar aku bantu keringkan." Ucap Jennie karena memang tidak sampai untuk meraih kepala lelaki itu yang tinggi.
Jisoo menurut, duduk berhadapan cermin rias sementara Jennie mengeringkan rambutnya.
"Bagaimana kegiatanmu dengan Soojoo seharian ini?" Tanya Jennie sedikit ketus.
"Berjalan lancar, dia sangat senang aku belikan perhiasan."
"Kau?.. membelikannya perhiasan?!" Pekik Jennie tak percaya, hey.. kenapa seperti ada sebuah jarum yang menusuk hatinya?.
Jisoo mengangguk dengan wajah senyum. "Dia sedang bersedih Jendeuk, jadi aku menghiburnya seperti itu."
Jennie diam, tetap mengeringkan rambut basah lelaki itu dan menariknya sedikit kencang.
"Awhh.. kenapa kau menarik rambutku, Jennie?"
"Mian, aku tak sengaja."
"Tcih," Jisoo berdecih remeh, melirik Jennie dari pantulan kaca.
"Mworago?!"
"Yak!! Ahh~" Jisoo memegangi kepalanya yang terasa sakit, gadis itu kembali menjambaknya. "Aniya Jendeuk, mianhae.."
Jennie melepaskan Jisoo, menaruh hairdryer itu di meja dan berjalan ke kasur dengan kaki yang dihentakkan ke lantai seperti bocah.
Jisoo mengusap kepalanya yang terasa pusing, ia mendekat ke arah Jennie yang sudah tidur membelakanginya tetapi masih memainkan iPad.
Jisoo bergabung, masuk kedalam selimut dan mengintip apa yang sedang dilakukan Jennie. Apa lagi kalau bukan membuka situs belanja online.
"Ingin beli apa?"
"Bukan urusanmu, Kim.. jadi diamlah."
"Hei, kau tidak pernah seperti itu saat aku masih menjadi unniemu."
"Kau bukan unnieku lagi, unnie hanya panggilan untuk kakak perempuan. Memangnya kau perempuan?," Ucap Jennie sinis sedikit menoleh ke belakang.
"Aku ini wanita."
Jennie memutar tubuhnya menghadap lelaki itu. "Benarkah?"
"Yak!~ tentu saja."
"Tapi payudaramu mengecil, rambutmu pendek, suaramu semakin memberat, dadamu menjadi bidang, bahkan bagian bawah pun berubah menjadi bertelur." Ejek Jennie kembali membelakangi Jisoo.
Jisoo membulatkan matanya tak percaya, ah ucapan adiknya yang satu ini memang tidak perlu diragukan lagi.
"Dadamu juga sama kecilnya, Jendeuk." Ucap Jisoo membalas dan ikut membelakangi Jennie.
Hening beberapa saat. Beberapa detik kemudian sebuah gigitan mendarat di lengannya yang besar.
"YAKK!!" Teriak Jisoo menatap tajam mata kucing itu yang tak kalah tajamnya. "Waegeurae?!!" Posisi Jisoo menjadi duduk.
"Apa maksud ucapanmu eoh?, kau menghinaku, Kim?!"
"Memang benar kan?," Jawab Jisoo kepalang kesal.
"Ingat ya! Dadamu jauh lebih kecil dibandingkan milikku!"
Jisoo diam, kembali tiduran membelakangi Jennie. Tak lama ia merasakan pukulan bantal bertubi-tubi di bahunya.
"Menyebalkan! Aku membencimu Kim Jisoo!!"
"Hentikan Kim Jennie~ kau ini sebenarnya kenapa sih?!" Jisoo menahan bantal dan menatap mata kucing itu yang berkaca-kaca. Sedikit terkejut melihat Jennie yang akan menangis. Apakah ucapannya terlalu berlebihan?.
"Kenapa kau melepas cincin dariku dan membelikan sahabatmu itu perhiasan!"
Jisoo reflek melihat tangan kirinya, dan benar tidak ada cincin Jennie dijarinya. Sungguh, ia tak pernah merasa melepas cincin pemberian adiknya itu.
"Jendeuk, aku–" Jisoo dengan buru buru kembali masuk kedalam kamar mandi mencari cincinnya yang hilang.
Jennie menggigit bibir bawahnya menahan emosi serta isakannya, entah kenapa ia menjadi agak sensitif, mungkin sebentar lagi ia akan datang bulan.
Cukup lama akhirnya Jisoo kembali ke kamar dengan menunduk, berjalan ke arah kasur menatap Jennie dengan takut.
"Jendeukie, sungguh aku tak pernah melepaskannya sedetikpun, namun di kamar mandi tidak ada cincinnya." Cicit Jisoo pelan
Jennie mengatur napasnya agar tenang, ia mengambil iPad miliknya dan turun dari ranjang. "Sudah lupakan saja, Kim.. lagian cincin itu tidak terlalu penting."
Tangan Jennie ditahan oleh Jisoo. Sungguh lelaki itu sangat merasa bersalah dan bingung setengah mati. Dimana cincinnya itu?! Pantas saja Jennie bersikap marah-marah sedari tadi.
"Mianhae Jendeukie.." jisoo memeluk pinggang Jennie, menaruh kepalanya di punggung mungil wanita itu. "Aku akan mencarinya di mobil. Temani ya?"
Jennie melepaskan tangan Jisoo dari perutnya. "Sudah kubilang itu tidak penting Jisoo, tak perlu khawatir." Bohong Jennie.
"Aniya, mianhae.. jeongmal mianhae.."
Kini jisoo memeluk perut Jennie, meletakkan kepalanya di dada wanita itu.
"Huft.. sungguh Chu tak apa, hanya cincin biasa kan bukan cincin pernikahan?" Jennie mengusap rambut tebal lelaki itu.
"Aku akan mencarinya di mobil, kumohon jangan pergi. Aku takut kau akan mendiamiku nanti."
"Besok saja, ini sudah malam. Aku ingin tidur."
Badan mungil Jennie secara tiba-tiba diangkat oleh Jisoo dan diletakkan kembali di ranjang. "Tidurlah di sini."
"Hm..."
"Aku akan mencarinya sampai ketemu Jennie, aku janji."
"Tidak perlu janji."
"Aku janji." Ucap Jisoo tak berubah.
"Terserah."
TBC
Hayoo cincinnya ilang, kalo kalian punya pasangan kaya Jennie harus super duper peka, perhatian, dan sabar ygy..

KAMU SEDANG MEMBACA
Jisoo Unnie To Jisoo Oppa ?!
FantasiaPenampilan Jisoo yang berubah 100% karena obat yang dibelinya dari situs online dengan harga puluhan juta. Bisakah dia kembali seperti semula? silahkan dibaca~ #slowupdate