Sembilan

335 26 0
                                    

Hari ini Azlan kembali lagi ke Bandung tepatnya di pesantren Al barokah, kali ini azlan ke pesantren hanya seorang diri,karena aza sekarang tengah sibuk dengan skripsi nya.

Azlan memutuskan untuk mengontrol santriwan,namun pergerakan nya dia hentikan ketika ada kerumunan.

Azlan mendekati kerumunan itu.

"Di pesantren ini tidak boleh ada yang melanggar aturan, kalian tahu di pesantren ini dilarang untuk membawa handphone!"tegas Fauzan.

Di keluarga mereka semua memang memiliki sifat tegas kepada santri yang nakal,sama dengan Fauzan,bukan hanya tegas Fauzan pun tidak akan segan untuk menghukum santri jika sudah melewati batas.

"Kalian harus menanggung resiko jika saya hukum kalian,apa kalian lupa dengan peraturan di pesantren ini!"tegas Fauzan kepada santriwati di sana.

"Afwan gus"lirihnya.

"Sudah berapa kali saya katakan,namun kalian sama saja! Ustadz Rifqi ambil kan palu."

Fauzan meletakan handphone mereka di tanah.

"Ini konsekuensi nya jika melanggar aturan. satu kali dua kali, saya maafkan namun kali ini kalian menantang saya! Patuhi aturan di pesantren ini,jika tidak kalian menanggung resiko nya!"

Azlan mendekati Fauzan kemudian menepuk pundak pria itu agar sedikit tenang,agar tidak terhasut emosi.

"Istighfar bang,jangan terbawa emosi,tidak pantas seorang pria berkata dengan nada tinggi di depan wanita,sekali pun mereka bersalah,tegas boleh namun jangan sampai kita ucapkan kata kata yang menyakitinya,kita di ajarkan untuk tidak boleh berkata dengan nada tinggi kepada perempuan."

Fauzan kemudian berdiri dan memejamkan matanya dan kemudian beristighfar di dalam hatinya.

"Kalian sekarang balik lagi ke asrama,dan hafakan surah Al mulk,lusa setorkan kepada saya, kalian paham."

"Paham Gus"ucapnya kemudian berpamitan kemudian melangkah pergi dari sana.

"Mulai sekarang kendalikan emosi Abang, jangan terlalu terbawa emosi, kita memang harus tegas kepada santri yang nakal, namun kita juga harus bisa kendali kan emosi kita. perempuan di ciptakan dengan tulang rusuk yang bengkok dan keras.dan kita sebagai seorang pria luruskan dengan lembut,jika kita meluruskan dengan kekerasan mereka akan patah."

Meskipun di dalam pesantren bukan berarti tidak ada santri yang nakal. tidak sedikit santri yang nakal di pesantren.tidak pernah patuh dengan peraturan di pesantren, selalu melanggar peraturan yang sudah di terapkan di pesantren.

Fauzan mengangukkan kepalanya, Fauzan memang terlalu terbawa emosi apalagi jika menangani santri yang tidak bisa di atur,tidak patuh dengan peraturan di pesantren.

"InsyaAllah,kamu tahu ke banyakan santri di sini seperti apa? Abang sendiri saja kewalahan dengan apa yang di perbuat mereka,apa lagi ustadz dan ustadzah di sini."

"Saya tahu, karena kebanyakan santri sekarang di pesantren karena kemauan orang tuanya,bukan keinginan mereka sendiri. InsyaAllah jika mereka sudah terbiasa mereka akan paham dengan peraturan yang sudah di terapkan di pesantren kita."jelas azlan

Azlan menepuk pundak Fauzan."yasudah saya hendak mengontrol santriwan, saya permisi assalamualaikum."

"Walaikumsalam warahmatullaahi wabarokatuh."

Azlan kemudian berjalan kembali,untuk ke niat yang tertunda mengontrol santriwan.

Tidak sedikit sapaan sapaan yang di berikan kepada azlan.

Di kejauhan santriwati melihat azlan yang akan masuk ke area asrama putra tersenyum lebar.

"Kamu tahu ga tadi aku lewat lapangan dekat masjid, kan ada santriwati yang bawa handphone,terus Gus attha kaya kasih nasehat sama Gus Fauzan, supaya jangan terlalu emosi,aku dengar sih ucapnya, MasyaAllah banget kan."

ATTHALLAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang