Bagaskara mondar-mandir di ruang tamu sambil menunggu kepulangan nya sang suami, melirik kearah jam dinding yang sudah pukul 11 malam dan apakah bekerja menjadi seorang dokter psikologi juga ada lembur nya?
"Kamu kemana sih mas?" Bagaskara menelfon Gusti berkali-kali tapi tidak ada jawaban sama sekali, hanya berdering tapi tidak diangkat-angkat.
"Di telfon nggak diangkat, di chat juga nggak dibalas"
Jaka yang memang menginap dirumah Bagaskara, karena sang anak ingin menginap dirumah sepupunya dan ingin belajar bersama. Jadi, Jaka memutuskan untuk menginap dirumah Bagaskara. Jaka yang sejak tadi memperhatikan Bagaskara merasa sedih, mengapa penderitaan sahabatnya tidak ada habisnya? Jaka tau Bagaskara orang yang begitu sabar dan juga memaafkan kesalahan orang lain. Tapi, bukan berarti orang-orang seenaknya dengan sahabatnya.
'Gue akan selalu berdo'a semoga hubungan lo terbongkar, lo cerai sama bagas, setelah itu lo akan merasakan penyesalan lo karena lo udah menyia-nyiakan ketulusan cinta dari bagas'
"Bagas?"
"Hm?"
"Tidur yuk? Udah malam ini" Bagaskara menggelengkan kepalanya. "Duluan aja, gue masih nungguin mas gusti"
'Gue yakin mereka berdua lagi kumpul kebo, lo jangan terlalu baik bisa nggak sih gas?'
"Percuma, ayo tidur"
"Maksudnya percuma?" Jaka menghela nafasnya. "Pulang besok mungkin, udah tidur aja"
"Tapi..."
"Udah ayok tidur" Jaka merangkul pundak Bagaskara dan mengantarkan nya sampai ke depan kamar Bagaskara.
"Udah tidur sana" Jaka menutup pintu kamar Bagaskara, sedangkan Bagaskara didalam kamar merasakan perasaan sedih, gelisah juga khawatir.
Disisi lain kedua orang dewasa yang sudah selesai melakukan kegiatan panasnya, sedang berpelukan didepan balkon melihat rembulan yang bersinar sempurna. Gusti menaruh dagunya diatas kepala Miranda, dirinya begitu sangat menyayangi Miranda dan juga anak kandungnya Kayla.
"Gusti?"
"Iya?" Miranda mendongak menatap Gusti dari bawah. "Kamu udah pelepasan sampai 6 kali dan kalau aku hamil kamu siap bertanggung jawab kan?"
Gusti terdiam, sejujurnya ia masih sangat begitu mencintai Bagaskara tapi disisi lain ternyata ia sangat begitu menginginkan menjadi seorang ayah dari anak kandungnya sendiri dan katakan jika Gusti sekarang menjadi pria yang brengsek.
"Pasti aku akan bertanggung jawab, kamu tenang saja"
"Kamu nggak bohong kan?" Gusti mengangguk. "Terus kamu bakal ceraikan bagas?"
"Aku tidak akan bisa menceraikan nya, miranda"
"Kenapa? Aku nggak mau jadi kedua ya?! Aku mau jadi pertama dan terakhir buat kamu!" Miranda yang kesal melepaskan pelukannya dan masuk kedalam kamar.
Gusti yang masih diam disana, menatap rembulan yang sinarnya mulai meredup.
'Mungkin aku akan seperti itu, sinarku meredup ketika aku hidup tanpa dek bagas'
"Tapi... aku harus bertanggung jawab jika miranda hamil" Gumam Gusti.
°×××××××°
Selesai mengantarkan Kayla ke sekolah Gusti memutuskan untuk pulang ke rumah, namun ketika sampai dirumah tidak ada sama sekali orang disana dan Gusti memutuskan untuk pergi ke kamarnya.
"Seperti nya dek bagas sedang mengantarkan gavesha ke sekolah"
Gusti masuk kedalam kamar mandi untuk bersih-bersih, tak lama kemudian datanglah Bagaskara masuk kedalam kamar melihat pintu kamar mandi yang tertutup. Bagaskara melihat jas putih Gusti yang tergeletak diatas kasur, lalu memasukkan nya kedalam keranjang baju kotor dan sebelum memasukkan nya kedalam keranjang baju kotor. Bagaskara menemukan tanda bukti pembayaran sebesar 6 Juta atas nama Kayla Putri Brawijaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GEMATI S3
Fanfiction"Mas udah janji kan? Buat nggak mengkhianati cinta juga kepercayaan ku? Kenapa mas mengingkarinya?" "Maafkan mas, dek? Tolong berikan mas kesempatan satu kali lagi untuk memperbaiki semuanya"