Gusti merebahkan tubuhnya diatas kasur, setelah seharian ini berlibur dengan keluarga kecilnya. Gusti diam sejenak mengingat Kayla yang masuk ke rumah sakit karenanya, Gusti alihkan pandangan nya pada sebuah foto yang terpajang di dinding. Foto pernikahan nya dengan Bagaskara, disisi lainnya ada fotonya dengan Bagaskara dan juga Gavesha.
"Bagaimana nanti jika pada akhirnya, keluarga kecil kita berantakan karena ku?" Monolog Gusti.
"Mas? Sepatu yang aku taruh didepan kok nggak ada ya?" Gusti bangun dari rebahan nya, ia berjalan mengecek sepatu yang di maksud oleh Bagaskara.
"Mas ndak tau, kamu ingat ndak kalau ditaruh disini?" Bagaskara mengangguk. "Inget banget lah! Masa ada setan yang mindahin?"
"Ndak ada toh dek" Gusti terkekeh, ia cubit kedua pipi Bagaskara.
"Cari ini?" Bagaskara dan Gusti menolehkan kepalanya kebelakang mendapati sosok Gavesha yang menunjukkan sepasang sepatu milik Bagaskara. "Eh? Kamu pinjam sepatu punya ayah?"
Gavesha menggelengkan kepalanya, "enggak, tadi radeva kira ini sepatu vesha. Ini ayah."
"Makasih sayang"
Gavesha melirik sekilas Gusti yang menundukkan kepalanya kebawah, Bagaskara masuk kedalam ke kamar tinggal lah Gavesha dan Gusti didepan kamar.
"Enggak jenguk anak kandung ayah? Bukannya dia sakit?" Gusti menolehkan kepalanya kebelakang, takut jika Bagaskara mendengar ucapan Gavesha. "Se-takut itu ayah? Kalau ayah gusti ketahuan selingkuh iya? Kenapa takut? Bukannya justru ayah gusti senang, karena pada akhirnya bisa lepas dari manusia beban seperti kita?"
"Vesha? Tolong jangan bicara seperti itu, nak? Ayah sayang sama kamu" Ucap Gusti pelan, Gavesha tertawa hambar. "Sayang kok di abaikan? Setelah ini vesha tau, kalau anak ayah itu pasti menuntut soal kebahagiaan sama ayah, soal kasih sayang sama ayah dan gavesha benar-benar tersingkirkan. Ya jelas, toh vesha anak haram yang dipungut lalu dibesarkan disini kan?"
"Siapa anak haram?" Gavesha tersenyum miring, lalu meninggalkan Gusti yang terlihat panik namun tetap tenang. "Itu... tadi vesha, cerita tentang temannya."
"Oh, kamu nggak bilang vesha anak haram kan mas?"
"Dek? Kok kamu begitu sama mas?" Bagaskara menggelengkan kepalanya, ia mencium bibir tipis Gusti. "Aku izin mau ke rumah reyhan, titip gavesha dan kayaknya aku pulang malam"
"Ndak mau mas antar?"
"Nggak usah lah mas, aku bisa sendiri dan lagi nggak mau nyusahin kamu. Aku berangkat." Gusti menahan lengan tangan Bagaskara. "Jangan bicara seperti itu! Mas ndak suka"
Gusti tidak sadar jika dirinya terlalu kuat mencengkram pergelangan tangan Bagaskara. "Shhh... sakit mas!"
"Maaf dek, mas tad-" Ucapan Gusti terpotong, karena Bagaskara sudah pergi lebih dulu.
"Mas ndak bisa kamu begini kan!! Mas ndak sanggup rasanya!!" Gusti mengusak rambutnya dan masuk kedalam kamar.
°×××××××°
Bagaskara mondar-mandir menunggu Laura di parkiran, katanya sekitar 5 menit tapi ternyata hampir 15 menitan Bagaskara berdiri didepan mobilnya. Suara langkah kaki wanita disebelahnya membuat Bagaskara teralihkan, ia melihat wanita itu dengan balutan dress yang sangat cantik dan terlihat mewah. Apalagi rambutnya yang panjang juga bergelombang air, siapapun pasti akan terpana dengan pesona nya.
"Ngeselin banget sih?! Anaknya sakit bukannya jenguk malah sama keluarga beban! Kayla kan juga butuh ayahnya!" Decak kesal wanita itu, tidak luput dari perhatian Bagaskara.
KAMU SEDANG MEMBACA
GEMATI S3
Fanfiction"Mas udah janji kan? Buat nggak mengkhianati cinta juga kepercayaan ku? Kenapa mas mengingkarinya?" "Maafkan mas, dek? Tolong berikan mas kesempatan satu kali lagi untuk memperbaiki semuanya"