Gusti menghentikan langkahnya ketika mendengar suara isakan tangis dari kamar Gavesha, lalu berjalan menuju kamar sang anak sambil bertanya-tanya dan benar dugaannya jika Gavesha sedang menangis didalam kamar.
"Vesha?" Panggil Gusti.
Gavesha tersentak kecil lalu mengusap airmata nya kasar, membalikkan tubuhnya sambil tersenyum.
"Ada apa ayah?" Gusti mendudukkan dirinya disamping Gavesha, mengusap surai hitam sang anak. "Habis nangis hm?"
"Enggak ayah"
"Cerita sama ayah, sayang" Gavesha menundukkan kepalanya kebawah.
"Gavesha cuman broken heart kok ayah, nggak ada yang serius."
Gusti faham, memang akhir-akhir ini Gusti suka memperhatikan raut wajah Gavesha yang tak seceria dulu dan hanya raut wajah sedih yang Gavesha tampilkan. Gavesha tidak pandai menyembunyikan wajah sedihnya, mungkin karena memang Gavesha anak humoris dan sekali ada perubahan pasti orang sekitar akan peka.
"Soal... laki-laki yang kamu suka hm?" Tanya Gusti, Gavesha mengangguk pelan.
"Apa yang membuat kamu menangis, sampai seperti ini?"
"Gavesha udah mengungkapkan perasaan vesha ke dia, tapi vesha ditolak dan dipermalukan didepan semua teman-teman vesha. Siapa yang nggak marah coba? Kan vesha jadi malu. Seenggaknya kalau mau nolak vesha ya jangan didepan umum, kan bisa baik-baik"
"Kalau begitu, vesha mau bangkit ndak? Vesha sudah tau bukan dia laki-laki seperti apa?" Gavesha diam, menatap serius wajah sang ayah sambil menggelengkan kepalanya.
"Begini, jika dia laki-laki baik maka dia akan menolak mu juga dengan baik. Tetapi... jika dia laki-laki yang buruk, vesha sudah faham apa yang dimaksud ayah kan? Cepat atau lambat vesha pasti akan tau bagaimana sifat asli laki-laki yang vesha suka. Kamu masih muda, nikmati dulu masa sekolah kamu nak, soal percintaan dimasa remaja itu memang masih ada yang labil dalam pemikirannya, jangan patah semangat karena hanya cinta kamu ditolak dan buktikan kepada dirinya bahwa kamu perempuan yang mahal yang susah untuk didapatkan" Gusti tersenyum, tangannya masih setia mengusap surai hitam Gavesha.
"Fokus untuk menggapai cita-cita kamu, fokus lah belajar dan menimba ilmu sebanyak mungkin. Tidak usah pikirkan soal cinta, percaya sama ayah bahwa suatu saat nanti akan ada datang seorang laki-laki yang cintanya begitu besar kepada mu, laki-laki tidak hanya dia, masih banyak diluaran sana yang mau sama vesha. Sudahi kesedihan mu nak, ayah ndak suka lihat anak ayah yang cantik ini sedih terus-menerus hanya karena cintanya ditolak."
"Terimakasih ayah, udah mau dengerin cerita vesha" Gavesha memeluk tubuh Gusti, merasa bersyukur karena dirinya memiliki sosok ayah yang begitu baik dan juga pengertian.
"Sudah menjadi tugas ayah nak, kalau memang vesha butuh teman cerita bisa sama ayah atau sama ayah bagas." Gavesha mengangguk.
"Ayah? Kira-kira galang mau pulang nggak ya?" Gusti terkekeh jika mengingat Galang yang mengucapkan dengan lantang tidak mau pulang jika Gavesha tidak tersenyum sepanjang hari lagi.
"Mau jemput?"
"Besok aja, ayah pasti capek" Gusti mengangguk lalu mencium kening Gavesha. "Mata indah anak ayah jadi bengkak, besok ayah ndak mau lagi lihat mata bengkak vesha"
"Iya, vesha janji"
"Ya sudah, ayah ke kamar ya"
"Iya ayah"
°×××××××°
Gusti membuka pintu kamarnya sambil mengedarkan pandangannya, kenapa kamarnya sunyi? Biasanya Bagaskara suka membaca novel didalam kamar sambil menunggu kepulangan nya.
![](https://img.wattpad.com/cover/362104873-288-k28462.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
GEMATI S3
Fanfiction"Mas udah janji kan? Buat nggak mengkhianati cinta juga kepercayaan ku? Kenapa mas mengingkarinya?" "Maafkan mas, dek? Tolong berikan mas kesempatan satu kali lagi untuk memperbaiki semuanya"