Bagaskara mencari keberadaan sang suami yang sejak semalam belum menjelaskan apa-apa kepada nya, Bagaskara berusaha untuk membuang pikiran negatifnya takut jika nanti mempengaruhi kandungan nya.
"Dimana ya mas gusti?" Gumam Bagaskara.
Kaki jenjang Bagaskara pergi ke halaman belakang rumahnya, benar dugaannya kalau Gusti disana dengan anak pertamanya, Galang. Hari ini memang Galang tidak masuk sekolah, karena sekolah memang sedang diliburkan.
"Hahaha yayah, sudah" Galang berlari menghindari kejaran Gusti dan Bagaskara yang melihat pemandangan itu membuat hatinya terasa menghangat.
"Sini kamu, tadi siapa yang kalah? Hm?" Gusti berhasil menangkap Galang lalu menerbangkan tubuh kecil anaknya keatas, suara ketawa sang anak membuat Gusti dan Bagaskara terkekeh.
"Seru ya?" Ucap Bagaskara tiba-tiba, keduanya menghentikan aksinya hanya tawa Galang yang masih terdengar. "Ini seru yayah bagas"
"Emm seru? Galang mandi dulu ya nak? Nanti kita jalan-jalan keluar mau?" Mata Galang berbinar, "mau."
"Yasudah kalau begitu, sana masuk" Galang berlari masuk kedalam rumah.
"Aku nyariin kamu, ternyata ada disini," Bagaskara duduk dibangku diikuti oleh Gusti disampingnya, tangannya mengusap perut rata Bagaskara yang masih terhalang baju. "Maaf, tadi mas sama galang habis olahraga setelah antar vesha ke sekolah"
"Maaf nggih" Gusti mencium kening Bagaskara lalu membawanya kedalam pelukannya, "kamu nggak mau jelasin tentang... kenapa kamu bisa pulang malam? Buat kepikiran."
"Jessica..." Bagaskara melepaskan pelukannya namun Gusti menolaknya.
"Kamu pergi sama jessica sampai pulang larut malam?!" Ujar Bagaskara yang tak sadar meninggikan suaranya. "Kalau gitu aku nggak perlu khawatir sama kamu dong? Karena kamu enak-enak sama jessica diluar sana? Minggir"
Gusti menghela nafasnya, ia masih memeluk tubuh Bagaskara yang memberontak agar minta dilepaskan.
"Dengar dulu mas selesai bicara nggih sayangku ini? Mas sebelumnya dapat kabar dek, kalau jessica ditemukan di apartemen dalam keadaan menggantungkan dirinya dan kalau mas pikir itu memang disengaja karena mungkin jessica pikiran nya sudah buntu"
"Mas memang ndak lihat atau bahkan melihat jasad jessica, mas di telfon sama petugas kebersihan kalau ponsel milik jessica masih disana didalam kamarnya. Mas ambil ponselnya lalu petugas kebersihan nya memberitahu tentang jessica yang bunuh diri dan sudah diantarkan ke rumahnya ya otomatis mas langsung kesana untuk datang ke pemakaman temannya mas." Bagaskara meremas ujung kaos putih Gusti, rasa bersalah menghinggap dihatinya.
"Maaf... udah nuduh mas yang enggak-enggak, pasti mas sedih ya? Maaf" Gusti mengangguk.
"Ya mas sedih... apalagi mas... lihat makam jessica berdampingan dengan makam miranda dan mas tentu saja terkejut melihat makam miranda disana"
"Sebenarnya... miranda bunuh diri karena tau kayla dibawa pergi jauh sama suaminya dan miranda marah lalu bunuh diri. Itu kata petugas kepolisian..." Bagaskara diam sejenak, tiba-tiba saja ia ingat sesuatu.
"Dion?"
"Oh? Jessica?" Jessica tersenyum mengangguk, Bagaskara memundurkan langkahnya bersembunyi dibalik pohon besar. "Apa kabar?"
"Emm baik, kamu sendiri?"
"Aku juga baik, aku... turut berduka cita atas meninggalnya miranda"
"Iya, terimakasih"
"Kamu pasti sedih banget ya? Apalagi miranda orang yang sangat kamu cintai" Dion diam, lalu tak lama kemudian mengangguk. "Iya... walaupun miranda... tidak akan pernah bisa mencintai ku meski kita sudah memiliki satu anak."
KAMU SEDANG MEMBACA
GEMATI S3
Fanfiction"Mas udah janji kan? Buat nggak mengkhianati cinta juga kepercayaan ku? Kenapa mas mengingkarinya?" "Maafkan mas, dek? Tolong berikan mas kesempatan satu kali lagi untuk memperbaiki semuanya"