Tiga Welas

345 30 2
                                    

Gusti bangun lebih dulu lalu diam menatap wajah damai suami mungilnya yang masih tertidur, memperhatikan setiap pahatan wajah Bagaskara. Rasanya Gusti butuh waktu untuk melupakan mimpinya selama koma, setiap menatap wajah Bagaskara rasa bersalahnya selalu datang. Bagaimana pada saat itu Gusti melihat dengan jelas wajah pucat Bagaskara, tubuh kurus Bagaskara dan Gusti sampai sekarang masih terbayang-bayang dengan sosok Bagaskara didalam mimpi nya.

"Cantik..." Gumam Gusti.

Gusti mengusap lembut pipi Bagaskara membuat empunya tersenyum dengan matanya yang masih terpejam.

"Bangun dek, sudah pagi"

"Sebentar lagi, tubuhku masih sakit semuanya gara-gara kamu" Gusti mengusap punggung belakang Bagaskara sambil meminta maaf. "Maaf nggih dek, soalnya sudah lama, jadi semangatnya deadline"

"Dih? Deadline? Dikira apaan?" Bagaskara menarik diri namun sayangnya tenaga Gusti jauh lebih besar darinya, Bagaskara mengarahkan lututnya ke benda pusaka Gusti.

"Akh!"

"Sukurin!!" Bagaskara bangun lalu berlari masuk kedalam kamar mandi, melupakan handuk dan baju gantinya.

"Nakal kamu dek" Gusti masih mengaduh kesakitan, setelah itu Gusti tersenyum jahil. "Karena kamu nakal, jadi harus dihukum"

Bagaskara yang sudah selesai mandi ia baru mengingat kalau tadi dirinya tidak membawa handuk dan juga baju ganti. Bagaskara membuka pintu nya mengintip dari celah pintu, lalu memperhatikan setiap sudut ruangan takutnya ada Gusti yang sedang bersembunyi. Karena sudah aman Bagaskara yang masih telanjang berjalan menutupi kemaluannya, Bagaskara mematung melihat lemari nya yang kosong. Kemana semua bajunya? Bagaskara beralih melihat handuknya yang juga tidak ada di gantungan luar, tidak mungkin Bagaskara lupa.

"Jelas-jelas gue gantungin tuh handuk di dekat balkon, kok ilang? Baju juga?" Bagaskara heran sendiri, ia berlari untuk mengambil selimut dan apa yang terjadi? Bahkan sprei nya sudah diganti dan selimutnya yang tak ada.

"Anjir! Kerjaannya mas gusti nih?!" Bagaskara berdecak kesal, ingin membalikan tubuhnya namun suara pintu terbuka itu mampu membuat Bagaskara melompat keatas kasur dan menarik sprei nya yang sudah rapih.

"Kamu ngapain dek?" Gusti pura-pura tidak tau. "Lo kemanain baju gue hah?! Handuk juga nggak ada! Balikin nggak?!"

"Bilang apa tadi kamu? Lo? Gue? Apa tadi dek?" Bagaskara menepuk jidatnya, Gusti menahan tawanya. "A-anu, baju aku mana mas? Mas pasti kan yang ngumpetin?"

"Ndak! Mas baru saja dari luar, kamu ndak lihat? Aduh-aduh, itu sprei baru mas benerin kok sudah kamu rusak toh dek?" Gusti ingin melangkahkan kakinya, Bagaskara berteriak agar tidak mendekati nya.

"Stop! Disitu! Diam!"

"Kenapa? Mas mau benerin sprei nya" Gusti melangkahkan kakinya satu langkah, tapi lagi-lagi Bagaskara berteriak.

"Mas?! Diam!" Bagaskara memberengut menatap sengit Gusti, menarik sprei nya dan setelah tertutup semua seluruh tubuhnya Bagaskara terduduk di sofa "Baju mas, iya aku minta maaf tadi udah nendang itu mu"

Gusti tertawa melihat betapa gemasnya kesayangannya itu, sampai Gusti terduduk dibawah lantai satu tangannya menepuk kasurnya yang tampa sprei.

"Kok malah ketawa sih?! Sebel deh!!" Bagaskara memalingkan wajahnya lalu mengalihkan pandangannya kearah jendela. "Haha... maaf, kamu lucu sih dek"

"Baju mas! Baju!"

"Iya" Gusti bangun lalu membuka lemarinya, Bagaskara membolakan matanya melihat bajunya yang keluar dari lemari nya. "Kok bisa?! KOK BISA?! TADI NGGAK ADA KOK!! SEKARANG ADA?!"

GEMATI S3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang