"Ayah?" Gavesha membolakan matanya melihat Gusti yang akhirnya sudah sadarkan diri, Gavesha menekan tombol disamping tempat tidur Gusti dan tak lama kemudian datanglah seorang dokter untuk mengecek kondisi Gusti.
"Nak gavesha keluar dulu ya? Ayah gusti nya biar om cek dulu" Gavesha menurut, dengan berat hati ia keluar dan membiarkan dokter Arman memeriksa sang ayah.
Gavesha sebelum nya langsung menghubungi Radeva, karena jika menghubungi Bagaskara takut jika Bagaskara tidak konsentrasi saat menyetir.
"Gimana sama ayah gusti?" Tanya Radeva.
"Masih diperiksa" Radeva mengangguk, lalu memberikan kaleng soda untuk Gavesha. "Lo mau bunuh gue?"
Radeva terkekeh lalu membuka kaleng soda nya. "lumayanlah, gue habis tiga kaleng"
"Apa?! Tiga kaleng?!" Teriak Gavesha.
"Shhh jangan teriak-teriak!!"
"Lo nggak sayang sama ginjal lo?" Radeva menggelengkan kepalanya. "Terserah!"
Gavesha langsung berdiri setelah melihat dokter Arman keluar dari kamar Gusti. "Bagaimana dokter? Keadaan ayah gusti?"
"Baik-baik saja, mungkin karena efek koma selama 5 tahun ada beberapa memorinya yang hilang. Tapi tenang saja, pelan-pelan ayah gusti pasti akan mengingat memori nya kembali dan ini bukan amnesia tidak usah takut." Jelas dokter Arman.
"Benar ya dokter?" Arman terkekeh.
"Iya vesha, yasudah saya tinggal ke ruangan saya dulu. Permisi"
"Terimakasih dokter"
"Sama-sama"
Gavesha menarik seragam Radeva yang hendak masuk mendahului nya, Radeva menolehkan kepalanya kebelakang melihat Gavesha yang bimbang.
"Ayo masuk, kenapa diam disini?" Radeva menarik tangan Gavesha masuk lalu membawanya mendekat ke Gusti.
Gusti melihat Gavesha yang masih menatapnya khawatir, Gusti memberikan gestur tubuh minta dipeluk. Gavesha yang faham pun memeluk tubuh Gusti, Gavesha menangis karena sangat merindukan ayahnya.
"Vesha kangen sama ayah"
"Maafkan ayah yang sudah menyakiti mu" Gavesha melepaskan pelukannya, menatap bingung wajah Gusti. "Kapan ayah menyakiti ku? Seharusnya ayah minta maaf karena sering menjahili ku, bukan menyakiti ku"
"Ndak, ayah sudah menyakiti mu dan ayah bagas juga"
"Nggak! Ayah nggak pernah menyakiti vesha apalagi ayah bagas. Tanya aja sama deva, iya kan dev?" Gusti masih linglung, dia masih belum bisa membedakan mana yang mimpi dan mana yang dunia nyata.
"Ayah baik-baik aja kan? Vesha khawatir nih, mau makan mangga?"
Radeva memukul pelan punggung Gavesha, "kenapa sih? Kan cuman nanya."
Gusti terkekeh pelan lalu meminta tolong Gavesha untuk mengambilkan air putih, setelah minum Gusti mencoba mengingat apa yang telah terjadi kenapa dirinya sekarang terbaring lemah disini? Bukannya tadi di pemakaman.
"Ayah bagas mana?" Tanya Gusti.
"Lagi nungguin dek galang sekolah" Gusti terdiam sejenak, sepertinya tidak asing. "Galang?"
"Galang itu anak kandung ayah sama ayah bagas, cuman waktu itu ayah gusti kecelakaan tepat dimana ayah bagas melahirkan. Kalau ingat kejadian dulu buat vesha kesel deh, apalagi sama kayla ya kan dev?" Radeva mengangguk saja sambil membalas pesan dari Jaka.
"Kayla ngaku-ngaku jadi anak ayah, terus datang ke rumah sambil bawa akta kelahiran palsu, minta pertanggung jawaban sama ayah, dih? Emangnya dia siapa? Anak hasil hubungan gelap kok berani minta pertanggung jawaban sama ayah gusti. Apalagi tante miranda, selalu menggoda ayah dirumah sakit yang jelas-jelas ayah menolaknya dan sampai pada akhirnya tante miranda berubah menjadi obsesi ke ayah"
KAMU SEDANG MEMBACA
GEMATI S3
Fanfiction"Mas udah janji kan? Buat nggak mengkhianati cinta juga kepercayaan ku? Kenapa mas mengingkarinya?" "Maafkan mas, dek? Tolong berikan mas kesempatan satu kali lagi untuk memperbaiki semuanya"