"Yayah? Galang haus" Gusti mengambil botol air minum lalu membuka tutup botolnya dan memberikannya kepada Galang. "Minum nya pelan-pelan, berdo'a dulu"
"Mas? Perut ku kayaknya keram deh" Bagaskara berjalan kearahnya pelan, Galang menolehkan kepalanya kebelakang terdiam sejenak lalu berlari masuk kedalam penginapan.
"Galang ke kamar ya yayah?"
"Oh iya nak, hati-hati jangan lari-lari sayang"
Gusti mengangkat tubuh Bagaskara lalu membaringkan tubuh suaminya diatas kursi panjang, tangannya mengusap lembut perut Bagaskara.
"Minum dulu nggih?" Bagaskara mengangguk, menurut saja.
Gusti tak tega rasanya melihat Bagaskara yang merasa kesakitan seperti ini, ingin sekali memindahkan rasa sakit Bagaskara pada dirinya. Gusti masih terus mengusap perut Bagaskara sampai tak sadar jika Bagaskara sudah tertidur, tatapan mata Gusti berubah menyendu dan mencuri satu kecupan dibibir Bagaskara.
"Nak? Jangan buat yayah bagas sakit nggih? Kasian yayah bagas nya" Gusti mencium perut Bagaskara lalu membawanya masuk kedalam penginapan.
Gusti terduduk di balkon sambil menikmati pemandangan pantai disiang hari walaupun cuaca nya panas, setidaknya ia bisa melihat wajah gembira sang anak yang ingin sekali pergi ke pantai. Sempat ada perdebatan antara Bagaskara yang ingin pergi ke taman kota, Galang yang ingin pergi ke pantai dan Gusti harus menengahi mereka yang pada akhirnya Bagaskara mengalah demi sang anak.
"Entah apa yang terjadi, jika mimpi itu menjadi kenyataan? Sehancur apa diri mas ketika kamu pergi meninggalkan mas?"
Gusti menengadahkan kepalanya sambil memejamkan matanya, cairan bening itu keluar. Mengingat ucapan nya kepada Bagaskara, sikapnya kepada Bagaskara, sungguh itu menyakitkan walaupun hanya bunga tidur. Gusti terus disana sampai ia tertidur sambil terduduk diatas kursi. Hampir 2 jam lebih Gusti tertidur pulas, Bagaskara terbangun lalu mencari keberadaan sang suami.
"Mas gusti kemana?" Gumam Bagaskara.
Bagaskara menolehkan kepalanya kearah pintu yang terbuka menampilkan sosok Gavesha, Radeva dan Galang yang menghampirinya.
"Ayah?" Panggil Gavesha.
"Kok tau kalau ayah disini?" Tanya Bagaskara. "Tau dong... Kan yang ngasih tau galang hehe"
"Umm gitu, oh iyah ayah gusti kemana?" Galang menunjuk kearah balkon, Bagaskara terdiam melihat Gusti yang tertidur disana dan pastinya Gusti tidak nyaman tidur dengan posisi seperti itu. "Tolong bangunkan ayah gusti, radeva ikut kakak kebawah untuk menyiapkan makanan"
"Oke yayah!" Seru Galang.
Galang dan Gavesha pergi membangunkan Gusti. Radeva ikut Bagaskara kebawah untuk menyiapkan makanan.
°×××××××°
"Jadi... Gavesha ditolak sama laki-laki itu?" Radeva mengangguk, Bagaskara terkekeh. "Tapi pada akhirnya laki-laki itu yang akan menyesal karena dia, sudah menolak anak secantik vesha"
Bagaskara awalnya tidak percaya jika Gavesha sedang dilanda patah hati, pantas saja dirinya melihat wajah murung Gavesha akhir-akhir ini sampai Galang ingin menginap dirumah sahabatnya, Jaka. Karena Galang tidak bisa melihat wajah sedih Gavesha atau melihat Gavesha yang diam-diam menangis.
"Untung ada rega, tapi ya kayaknya tunggu vesha sadar dulu" Radeva terkekeh mengingat dirinya yang sejak tadi mengejek Gavesha.
"Ajak dia kesini." Sahut Gusti tiba-tiba, yang mendapat pukulan dari Gavesha, Radeva dan Bagaskara menoleh melihat Gusti yang turun dari tangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
GEMATI S3
Фанфіки"Mas udah janji kan? Buat nggak mengkhianati cinta juga kepercayaan ku? Kenapa mas mengingkarinya?" "Maafkan mas, dek? Tolong berikan mas kesempatan satu kali lagi untuk memperbaiki semuanya"