"Dokter? Gimana keadaan sahabat saya?" Jaka tampak begitu khawatir, disisi nya ada Gavesha yang menangis.
"Pasien mengalami overdosis obat tidur, satu ginjalnya rusak tapi bersyukur masih bisa di obati. Sebentar lagi pasien siuman, saya permisi"
"Terimakasih dokter"
"Sama-sama"
Gavesha masuk kedalam, ia berjalan pelan dan duduk sambil menggenggam tangan Bagaskara. Gavesha tidak tau kalau selama ini ayah nya mengkonsumsi obat tidur, semua ini pasti gara-gara karena terlalu memikirkan Gusti sampai Bagaskara minum obat tidur dan waktu tidurnya terganggu.
"Ayah?"
"Gavesha? Pulang sama radeva ya?" Suruh Jaka, namun Gavesha menolak. "Vesha disini aja, mau nemenin ayah"
"Biarin aja gavesha disini sayang" Juna mengusap punggung belakang Jaka, sebenarnya Juna tadu ingin sekali memukul wajah Gusti namun ia urungkan karena Bagaskara tidak menyukai kekerasan.
Radeva mengepalkan tangannya, lalu pergi dari sana dan menelfon seseorang diluar. "Hallo, tuan muda?"
"Tolong siapkan apa yang sebelumnya sudah saya siapkan dan tolong kalian bersiaplah besok. Nanti saya kirim lokasinya"
"Baik tuan muda"
Radeva menyimpan kembali ponselnya sambil tersenyum miring, lalu ia kembali masuk dan duduk disamping Laura. Ia mendongak ketika Laura menoel pipinya.
"Hm?"
"Jangan main kekerasan, nanti mas bagas tau kena marah kamu" Bisik Laura.
"Biarin!" Laura menghela nafasnya dan membiarkan Radeva si keras kepala.
°×××××××°
"Sekolah yang rajin ya?" Gusti mencium kening Kayla. "Oke papah"
Tanpa mereka sadari ada Gavesha yang tak suka melihat adegan itu, Gavesha marah tapi percuma Gusti bahkan sudah tidak menganggap nya.
"Huuuu dasar anak haram!!" Salah satu siswi disana melemparkan telur kearah Kayla dan Gusti melindungi Kayla dari serangan beberapa siswa juga siswi disekolah.
"Jangan sekolah disini!!!"
"Benar!!"
"Ibu mu pelakor!!"
"Anaknya pasti hasil hamil diluar nikah"
"Berhenti!!! Apa-apaan kalian ini!!" Bentak Gusti.
"Sana masuk!! Jangan ganggu anak saya!!" Bentak Gusti kembali.
"Papah? Kayla takut" Kayla memeluk erat tubuh Gusti dan Gusti berusaha menenangkan Kayla.
Gavesha yang masih berdiri melihat kejadian tadi sebenarnya sangat terkejut, apa-apaan siswa dan siswi tadi? Bukankah ini namanya pembullyan?
"Gavesha?!" Panggil Gusti.
Panggilan Gusti membuyarkan lamunannya, ia melihat Gusti yang berjalan kearahnya lalu menampar nya keras sampai sudut bibir Gavesha berdarah.
"Ini pasti gara-gara kamu kan?! JAWAB GAVESHA?!" Bentak Gusti.
Gavesha mengusap sudut bibirnya yang berdarah, Gavesha mendongak melihat Gusti yang menatapnya tajam dan bahkan sorot matanya yang menyiratkan tak suka. Sungguh, Gavesha sedih sekali rasanya melihat ayahnya yang berubah drastis, sosoknya yang lembut tidak ada didalam Gusti lagi atau Gusti hanya seperti ini kepada nya?

KAMU SEDANG MEMBACA
GEMATI S3
Fanfiction"Mas udah janji kan? Buat nggak mengkhianati cinta juga kepercayaan ku? Kenapa mas mengingkarinya?" "Maafkan mas, dek? Tolong berikan mas kesempatan satu kali lagi untuk memperbaiki semuanya"