Sudah sejak seminggu yang lalu, Gusti tetap melayani suaminya dengan baik dan sigap. Jika si kecil menangis, dengan cepat ia menggendongnya dan jujur saja Gusti menjadi trauma pasca Bagaskara melahirkan. Meskipun Bagaskara hanya pingsan karena tidak bisa mengatur nafasnya membuat nya tak sadarkan diri, lalu terpaksa harus melahirkan secara sesar."Ale biar sama aku aja mas" Bagaskara kasian dengan Gusti, sudah satu minggu ini sang suami selalu berjaga malam.
"Ndak! Biar sama mas saja!"
Bagaskara pun tak bersuara lagi, tetapi kedua matanya memperhatikan Gusti yang sedang menggendong Galena. Ingin rasanya Bagaskara merebut Galena dari gendongan sang suami karena merasa tak tega, melihat mata panda Gusti yang terlihat jelas.
"Mas? Aku bisa kok, sini" Bagaskara menyingkirkan bantal yang ada disampingnya, namun Gusti masih tetap enggan memberikan Galena pada Bagaskara. "Mas gusti?"
"Sudah dek, kamu istirahat saja nggih? Mas bisa ini." Gusti sedikit menjauh, lalu keluar dari kamar dan berdiri didekat balkon.
"Yayah?!" Galang berlari menghampiri Bagaskara, Gusti menolehkan kepalanya kebelakang mendapati sang anak yang hampir menubruk tubuh Bagaskara.
"Galang?! Yayah masih sakit!" Teriak Gusti, ia sama sekali tidak sadar jika berteriak membuat Galena yang berada dalam gendongannya terperanjat dan menangis.
"Mas?!" Tegur Bagaskara.
Gusti mengatupkan bibirnya dan menghela nafasnya. "Maaf... Mas ndak sengaja."
Gavesha masuk kedalam lalu menghampiri Gusti, mengambil Galena dari dalam gendongannya dan menggantikan sang ayah yang sudah sejak satu minggu ini selalu begadang.
"Ini efek ayah gusti kurang tidur, jadi gampang kena emosi. Ayah bisa istirahat dikamar aku atau galang, kalau disini takut nya keganggu sama tangisannya ale" ujar Gavesha.
"Mas? Boleh minta maaf sama galang nggak?" Bagaskara mengarahkan dagunya kearah Galang yang menunduk diam, Gusti yang merasa bersalah menghampiri anak sulungnya. "Galang? Maafkan ayah ya nak?"
"Iya, galang juga minta maaf yayah" Gusti bawa Galang masuk kedalam pelukannya, hatinya berdenyut saat bahunya terasa basah. Lau menatap mata Bagaskara yang mengangguk, memberikan kode jika Galang sedang diam-diam menangis.
"Galang mau temani yayah tidur ndak?" Galang menganggukkan kepalanya.
"Yayah?" Panggil Galang.
"Dalem?"
"Yayah masih sayang sama galang kan? Walaupun adek ale udah lahir?" Pertanyaan Galang membuat Gusti terenyuh, apakah ini karena Gusti kurang memberi perhatian pada Galang?
"Kenapa galang tanya seperti itu?"
"Yayah akhir-akhir ini berubah, lebih fokus ke adek ale. Kan galang juga anak yayah" Gusti mengangguk, mengusap airmata Galang yang masih belum berhenti meski ia telah berhenti menangis. "Maaf... Maafkan yayah ya? Yayah minta maaf, yayah sayang sekali sama jagoan kecil yayah ini. Maafkan yayah ya nak?"
"Galang sayang ayah"
"Ayah juga sayang galang."
Bagaskara memalingkan wajahnya, tak mampu menahan rasa terharunya melihat interaksi sang suami dengan anak sulungnya. Ia berfikir bahwa ini juga karenanya, karenanya lah membuat Gusti memberikan perhatian sepenuhnya kepada dirinya daripada anak-anak nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GEMATI S3
Fanfiction"Mas udah janji kan? Buat nggak mengkhianati cinta juga kepercayaan ku? Kenapa mas mengingkarinya?" "Maafkan mas, dek? Tolong berikan mas kesempatan satu kali lagi untuk memperbaiki semuanya"