Sekawan

419 33 8
                                    

Sarapan pagi mendadak hening, hanya ada dentingan sendok juga garpu yang bertabrakan dengan piring. Dengan sesekali Gusti melirik kearah Bagaskara yang hanya diam sejak tadi, ditambah Gavesha yang juga menatapnya sinis dan Gusti tidak tau apa penyebabnya kenapa Gavesha menatapnya seperti itu.

"Morning~" Sapa Reyhan sambil menggendong Galang, anak pasiennya Juna.

"Gas lihat gas, adik ipar lo nyolong anak di rumah sakit" Sahut Jaka.

Gusti menundukkan kepalanya kebawah saat mendengar suara Jaka, Gavesha yang melihat Gusti mendadak menunduk membuatnya curiga.

"Itu galang kan?" Reyhan dan Jaka berpura-pura terkejut.

"Om my good?! Jadi mas bagas ini sudah tau toh? Yo reti ngunu rak usah dikenal ke" Bagaskara terkekeh.

"Suruh duduk disini" Reyhan memberikan Galang pada Bagaskara dan Galang tiba-tiba menjadi ceria.

"Yayah?" Bagaskara berdehem. "Ayah?"

"Iya! Ayah?!"

"Kalau dilihat-lihat nih, wajahnya galang kayak campuran wajah lo sama..." Jaka melirik kearah Gusti. "Sama mas gusti, lihat aja wajahnya"

"Ada-ada aja lo!"

Gavesha mencubit gemas pipi Galang, membuat balita tersebut cekikikan dan hal itu sontak mengundang tawa orang-orang disana kecuali Gusti yang tersenyum.

"JUNA YAMASYA!!!" Teriak Laura.

"ADUH!! Ampun!!! Ampun!!!" Juna mengusap kepala belakang nya yang sakit, akibat jambakan maut dari Laura.

"Lagian kamu ngapain mas? Gangguin laura terus?" Tanya Jaka.

Jaka, Reyhan, Radeva dan Rasya sudah terlalu lelah melihat dua orang dewasa itu seperti anjing kucing.

"Mumpung hari libur, kita liburan yuk?" Ajak Juna.

"Yok? Kemana ya enaknya?" Ujar Laura.

"Ke dieng?" Usul Reyhan.

"Kayaknya enak ke saloka deh..." Ucap Gavesha.

"Lo mau nya kemana, gas?" Tanya Jaka.

"Gue... ngikut aja, yang penting anak-anak bisa happy" Jaka mengangguk. "Mas gusti gimana? Ada tempat favorit destinasi wisata buat keluarga nggak?"

"Ngikut aj-"

Dering telfon Gusti membuat orang-orang disana memperhatikan nya, Gusti mematikan panggilan dari Miranda dan biarkan jika Kayla marah dengannya asal bukan Gavesha.

"Kok dimatiin? Angkat aja mas" Gusti menggelengkan kepalanya. "Ndak, ini cuman orang ndak penting"

"Ke dieng aja!" Seru Gavesha dan Radeva bersamaan.

"Ya udah kalau gitu ke dieng, ayo kita siap-siap"

'Aku yakin itu telfon dari orang yang udah berhasil buat mas gusti berubah sikap sama aku'

"Gas pinjem jaket tebel dong?" Jaka menaik-turunkan alisnya. "Hah~ ayo"

"Galang sama om gusti dulu ya?" Galang menggelengkan kepalanya. "Nggak mau, mau sama ayah"

"Ya udah, ayo"

"Vesha cari jaket yang tebal ya?"

"Oke ayah."

Disana tinggal lah Gusti, Laura dan Juna. Radeva, Gavesha dan Rasya pergi ke kamar Gavesha untuk meminjam jaket tebal. Bagaskara pergi ke kamar untuk meminjamkan jaket tebalnya pada kedua sahabat nya.

"Aku tau wanita yang ada diruangan mas itu... miranda syahputri kan?" Gusti walaupun terkejut, ia berusaha memasang wajah biasanya.

"Dan asal mas tau, mas bagas udah curiga sama mas, mas gusti jadi siap-siap untuk menerima keputusan mas bagas jika mas bagas memilih pergi dari kehidupan mas gusti." Lanjut Laura.

GEMATI S3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang