Hari demi hari berlalu, usia kehamilan Miranda kini sudah menginjak tujuh bulan. Sayangnya akhir-akhir ini Miranda selalu pergi tanpa sepengetahuan Gusti, setiap pulang selalu dengan keadaan yang tidak baik-baik saja dan bahkan Gusti selalu mencium aroma alkohol pada tubuh Miranda."Kali ini kamu harus jujur sama aku, habis darimana kamu?" Tanya Gusti dengan tegas.
Miranda menghela nafasnya mendudukkan dirinya dengan kasar keatas sofa. "Jangan berisik, aku capek"
"Kamu tidak mabuk kan?" Miranda meneguk ludahnya kasar, ia tegakkan tubuhnya menatap wajah Gusti yang sepertinya menahan emosi. "E-enggak... enggak mungkin aku mabuk"
"Aroma mu selalu bau alkohol setiap pulang"
"Okay sekarang aku mau jujur, aku akhir-akhir ini memang suka pergi dengan teman-teman ku ke club, tapi aku nggak minum alkohol dan aku cuman menemani mereka" Gusti menatap datar Miranda. "Mulai besok jangan temuin mereka lagi."
Gusti meninggalkan Miranda, tidak mempedulikan panggilan Miranda dan Gusti sudah terlalu kecewa dengan sikap Miranda yang tiba-tiba berubah. Gusti khawatir dengan kondisi calon anaknya, Gusti tidak tau apakah Miranda benar-benar tidak minum alkohol.
Keesokan harinya Gusti pergi ke rumah sakit tanpa berpamitan dengan Miranda, bahkan Gusti tidak mengantarkan Kayla pergi ke sekolah, Gusti butuh waktu sendiri. Lama berdiam diri di taman belakang rumah sakit, netra mata Gusti tidak sengaja melihat sosok yang selama ini ia rindukan itu Gavesha dan Bagaskara. Gusti menghampiri Gavesha yang sedang memberikan minum pada Bagaskara.
"Dek?" Gusti terkejut dengan kondisi Bagaskara yang kurus dan wajahnya yang pucat. "Kamu kenapa?"
"Maaf, jangan pegang-pegang ayah saya" Gavesha menepis tangan Gusti yang ingin meraih tangan Bagaskara.
"Gavesha? Dek bagas kenapa?"
"Nggak usah sok peduli dengan ayah saya, awas saya mau pergi." Gusti menghadang kursi roda yang ditempati Bagaskara, kenapa Bagaskara hanya diam saja tanpa mau mengeluarkan suara.
"Dek? Kamu dengar mas kan? Kamu kenapa? Jawab dek?" Bagaskara masih diam melihat Gusti yang memohon agar dirinya mau menjawab, tetapi Bagaskara sudah terlalu lemah dan bahkan ada beberapa anggota tubuhnya yang sudah tidak bisa di gerakkan.
"Awas!! Anda menghalangi jalan saya!!" Gavesha yang jengah ia memutar balik kursi roda nya dan berhasil pergi dari sana.
"Kamu sakit?" Gumam Gusti.
Sejak saat itu, Gusti meminta cuti dalam waktu 2 hari untuk pergi menenangkan diri. Akhir-akhir ini juga Gusti selalu memikirkan sosok Bagaskara, merindukan segalanya tentang Bagaskara, Gusti sadar bahwa dirinya telah kehilangan separuh jiwa nya dan Gusti baru merasakan penyesalan nya.
"Mas rindu kamu dek, mas mau peluk kamu... mas rasa walaupun mas memiliki dua anak itu ndak menjamin mas bahagia dek. Mas menyesal... karena mas sudah ingkar janji sama kamu, kamu sumber kebahagiaan nya mas, apa mas bisa kembali pada pelukan mu dek?"
Gusti menangis sambil menatap danau didepannya, tangannya mengepal kuat dan memukul rumput yang didudukinya.
"Mas mau pulang dek... mas mau pulang... mas mau kamu"
Suara dering telfon berbunyi, Gusti hanya melirik sekilas itu Miranda dan Gusti alihkan ke mode pesawat. Disisi lain Miranda sedang asik berhubungan intim dengan seorang CEO muda dirumahnya, awalnya Kayla tidak sengaja mendengar suara desahan dari kamar tamu dan karena Kayla penasaran akhirnya Kayla membuka pintu melihat mamahnya yang berhubungan dengan laki-laki lain.
Kayla berjalan pelan mengambil ponsel diatas meja lalu memotret nya, setelah memotret Miranda dengan laki-laki tersebut Kayla menelfon Gusti untuk mengadu perbuatan Miranda. Namun nihil, Gusti tidak dapat dihubungi.
![](https://img.wattpad.com/cover/362104873-288-k28462.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
GEMATI S3
Fanfiction"Mas udah janji kan? Buat nggak mengkhianati cinta juga kepercayaan ku? Kenapa mas mengingkarinya?" "Maafkan mas, dek? Tolong berikan mas kesempatan satu kali lagi untuk memperbaiki semuanya"