Jangan lupa vote dulu sebelum membaca 😗
.
.
.
.Hazel menatap lekat kegiatan dua orang yang tengah mengobrol itu. Meskipun dari belakang, Hazel bisa tau jika Pierre menanggapi dengan ramah gadis yang sedang bersama nya. Meskipun hanya ditanggapi dengan senyuman saja, gadis itu nampak sangat bahagia, dengan sesekali menepuk bahu Pierre sambil tertawa.
Dilihatnya lebih dalam lagi, ternyata gadis itu adalah murid baru di kelasnya. Dia Aleksandra. Sepertinya apa yang dipikirkan Hazel itu benar adanya. Mungkin mereka berdua memiliki sebuah hubungan. Kini Hazel menatap mereka berdua dengan tatapan sendu. Entah apa yang dirasakannya saat ini. Ada perasaan tidak suka, ingin marah, dan tidak terima yang dirasakan Hazel. Apakah Hazel.....
Hazel menggelengkan kepalanya seraya menepis pikiran tidak masuk akal itu. Mana mungkin dan-----tidak seharusnya bukan. Hazel memutuskan untuk kembali, ia tidak mau sampai ketahuan dan menganggu kegiatan dua manusia yang sepertinya sedang kasmaran itu. Hazel berbalik, saat ia melangkah tak sengaja Hazel menginjak sebuah batang kayu. Tubuhnya reflek terdiam. Suara batang kayu yang ia injak menyebabkan Pierre dan Sandra pun menoleh ke belakang.
'Duh sialan' batin Hazel sambil memejamkan matanya erat
"Renjani" panggil Pierre. Hazel terkesiap, ia menoleh ke belakang dengan perlahan. Dilihatnya Pierre dan Sandra sudah berdiri disana. Hazel tersenyum kaku, lalu menghadapkan badannya ke arah mereka berdua.
Hazel bingung harus berbuat apa sekarang. Jadi, Hazel hanya mengangkat tangannya seraya menyapa Pierre. Setelah itu ia langsung berbalik dan melangkah cepat meninggalkan mereka berdua. Tatapan Pierre saat melihat Hazel pergi seperti tatapan yang-------entahlah sulit dijelaskan.
Hazel berjalan sangat cepat. Suasana hatinya kini kembali memburuk dan semakin memburuk. Hazel kembali ke kelasnya dan langsung duduk menyender di kursinya sambil melipat tangannya di dada. Tari menatap kawan di sebelahnya ini dari atas ke bawah dengan bingung.
"Sudah bertemu Pierre, Ni?"
Hazel tidak menjawab dan hanya menghela napas, ia tetap menatap ke arah depan dengan muka yang datar. Tari semakin dibuat bingung dengan tingkah Hazel saat ini. "Kamu kenapa? Datang-datang langsung seperti ini?" Tari kembali mengawali kalimat.
"Enggak apa-apa. Ruri kemana?"
Tari menggeleng, "Tidak tau, tadi keluar"
Hazel mengangguk. Tidak lama terlihat Pierre memasuki kelas dengan Sandra di belakang nya. Hazel melihat wajah Pierre sangat berbeda, sangat datar tidak seperti saat dia berada di taman dengan Sandra. Penuh dengan senyuman. Hazel mengalihkan pandangan nya. Pierre menatapnya, Hazel tau itu. Tapi ia tetap pada posisinya, ia tidak mau indra pengelihatan nya mengarah juga pada Pierre.
Karna Hazel merasa sumpek, ia memutuskan untuk keluar kelas lagi. Ia berjalan melewati Pierre dan Sandra. Lagi-lagi Tari dibuat cengo.
Hazel berjalan di koridor dengan melamun sampai ia tidak menyadari jika Ruri juga tengah berjalan bersebrangan dengannya. Ruri menatap Hazel bingung. Ruri hendak memanggil Hazel, namun terhenti ketika Ruri melihat Pierre berjalan cepat seperti mau menyusul kawannya itu. Pierre juga berjalan melewati Ruri tanpa menyapa maupun melihatnya."Sebenarnya aku ini terlihat atau tidak?" gerutu Ruri
Hazel berjalan perlahan dengan mata kosongnya, Pierre yang menyadari itu langsung mempercepat langkahnya dan berhenti tepat di hadapan Hazel.
"SIA ANJIR" ucap Hazel terkejut dan langsung menghentikan langkahnya. Hazel terbelalak. Bagaimana bisa Pierre tiba-tiba berhenti dihadapan nya------sedekat ini."Ngagetin tau nggak"
"Maaf"
"Mau apa tadi kamu ke belakang sekolah?" Tanya Pierre"Kenapa? Lo mau nyogok gue biar gue nggak nyebarin ke semua orang kalo lo ketauan pacaran di belakang sekolah yaa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Love at The Wrong Time || Pierre Andries Tendean
Historical Fiction[ON GOING] Hazel Adistira Wiratama Putri seorang Jenderal bintang empat bernama Ahmad Wiratama. Gadis penyuka bola berumur 17 tahun yang terlempar ke tahun 1956 dan masuk kedalam raga seorang gadis lemah lembut dan kalem keturunan Jawa. Disitulah a...