Karena jam istirahat sudah mau habis, Hazel dan Natasya memutuskan untuk kembali ke kelas mereka.
Di pertengahan jalan, tiba-tiba Natasya ber celetuk, "Kalo misal lo beneran ngalamin perjalanan waktu ke tahun dimana kapten Pierre masih hidup, apa yang mau lo lakuin Zel?" Tanya Natasya polos sambil memandang Hazel.
Hazel langsung memandang aneh Natasya dan menghembuskan napas singkat, "Jualan seblak prasmanan" jawab Hazel seadanya, tidak niat juga menjawab pertanyaan konyol sahabat nya itu.
Mendengar jawaban Hazel, Natasya mendengus, "gue nanya serius bjir." Ucap Natasya dengan wajah datarnya.
"Pertanyaan lo aja konyol, tempe mendoan."
"Udah gue bilang time travel itu nggak nyata enggak ada." Lanjut Hazel dengan nada sedikit kesalMendengar itu Natasya mengerucutkan bibirnya. Hazel yang melihat sahabatnya itu hanya menggelengkan kepala.
"Btw Sya, g--gue pinjem buku lo itu dong" ucap Hazel tiba-tiba. Natasya menatap Hazel dan mengernyit. Namun beberapa detik kemudian, Natasya sedikit menahan senyumnya sambil mencolek dagu Hazel. Hazel terkejut.
"Apenih tiba-tiba? Bukannya lo enggak suka sejarah ya?" tanya Natasya sambil mengangkat sebelah alisnya
"Y--ya gue penasaran aja."
"Penasaran ama sejarah nya apa sama Kapten Pierre nya?" Goda Natasya
"Apaan si lo, ya s--sejarahnya lah"
"Dah lah nggak jadi" sambung Hazel cepatTidak tau kenapa tiba-tiba saja Hazel ingin membaca buku Natasya. Dalam lubuk hatinya, dia penasaran dengan sejarah serta masa kelam dari Pahlawan Revolusi itu. Dan tidak dipungkiri, Hazel juga penasaran dengan bagaimana alur hidup seorang Kapten Pierre Tendean yang ternyata sangat tampan itu. Hazel mengakui jika Kapten Pierre memang sangatlah tampan. Sedikit lebih tampan dari idolanya----Jungkook.
Setelah mengatakan jika Hazel tidak jadi meminjam buku Natasya, dengan wajah cemberut karna digoda oleh sahabatnya, Hazel langsung berjalan cepat meninggalkan Natasya. Natasya yang melihat itu pun sedikit melongo. Ia pun langsung mengejar Hazel dan mensejajarkan langkahnya.
"Aelah pake ngambek segala ni micin. Iya nih pinjem aja" ucap Natasya sambil menyodorkan bukunya ke dada Hazel. Dengan sigap Hazel menangkap dan memegang buku itu.
Hazel terkekeh
"Nyengir lo" ucap Natasya
•••
"Gue pulang duluan ya Zel, udah di jemput. Sorry nggak bisa nemenin."
Ya, kini sudah tiba jam pulang sekolah. Namun karena hari ini Hazel masih ada ekskul futsal, jadi ia tidak bisa langsung pulang. Natasya yang biasanya menemani Hazel pun tidak bisa menemaninya karena katanya ada urusan keluarga.
Hazel mengangguk menanggapi ucapan sahabatnya. "Iya, tiati" ucap Hazel
Hazel kini tengah berada di pinggir lapangan. Ia juga sudah siap dengan pakaian serta atribut futsal nya. Hazel duduk sendirian sambil menunggu teman-teman ekskul nya berkumpul. Beberapa menit kemudian Hazel teringat dengan buku yang ia pinjam tadi. Ia langsung mengeluarkan buku itu dari tasnya dan mulai membuka dan membaca satu persatu halaman.
Ekspresi tertegun, terkejut, kagum, sedih bercampur menjadi satu tercipta pada wajah Hazel. Hazel memang tidak membaca keseluruhan dari buku itu karna memang dasarnya ia tidak terlalu suka membaca buku sejarah, ia juga sempat membaca bab terakhir dari buku itu, dimana kejadian dari peristiwa kelam sang pahlawan terjadi. Hati Hazel mencelos, ia merasakan sesak yang amat sangat saat membaca bab itu. Matanya memanas, ingin rasanya Hazel menangis sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love at The Wrong Time || Pierre Andries Tendean
Ficción histórica[ON GOING] Hazel Adistira Wiratama Putri seorang Jenderal bintang empat bernama Ahmad Wiratama. Gadis penyuka bola berumur 17 tahun yang terlempar ke tahun 1956 dan masuk kedalam raga seorang gadis lemah lembut dan kalem keturunan Jawa. Disitulah a...