07 - Murid Pindahan

239 30 4
                                    

Jangan lupa vote dulu sebelum membaca😗
.
.
.
.

Di dalam kelas yang sepi, terdapat seorang gadis yang duduk sendirian dengan satu tangan terlipat dan satu lagi menopang dagunya. Siapa lagi jika bukan Hazel. Ia berangkat sekolah lebih awal lagi hari ini. Belum ada satupun murid yang datang kecuali dirinya. Gadis itu berulang kali menghela napas dan menggerutu.

"Bosen. Nggak ada handphone. Pengen pulang. Kangen bunda sama ayah. Kangen si bloon Natasya. Kangen----Pitter, eh enggak. Pokoknya pengen balik HUWAAA"

"Astaga"

Pierre yang baru masuk kelas dibuat terkejut dengan teriakan Hazel tiba-tiba. Sontak Hazel pun menoleh ke arah Pierre dan langsung mengatupkan bibirnya. Ia sedikit kesal dengan dirinya sendiri, bagaimana bisa lagi-lagi dia bertingkah aneh di depan Pierre. Lama-lama pasti Pierre ilfeel padanya.

Hazel tersenyum kaku, "Eh Pierre. Udah dateng?"

Pierre memutar bola matanya malas, "Belum, masih di rumah," ucapnya datar tanpa menatap Hazel dan berjalan menuju meja nya.

Hazel berdecak sebal, "Dasar beruang kutub," gumamnya lirih

Seperti biasa, jika bukan Hazel yang membuka suara terlebih dulu, pasti suasana akan sangat sepi dan hening. Pierre dengan kebiasaannya yang selalu membaca buku itu tidak pernah sekalipun peduli dengan sekitarnya apalagi pada Hazel. Namun, kali ini Hazel tiba-tiba sangat malas berbasa-basi pada Pierre. Padahal biasanya ia akan menggoda Pierre habis-habisan, menjahili Pierre, memaksa laki-laki itu agar mau menjadi temannya, dan banyak lagi tingkah-tingkah Hazel yang membuat Pierre risih bahkan membuat teman sekelasnya menatap Hazel melongo.

Suasana hati Hazel benar-benar tidak baik hari ini. Dirinya sangat ingin kembali ke tahun dua ribu dua puluh tiga. Dia rindu keluarganya, rindu sahabatnya, rindu ponselnya, rindu semuanya. Hazel tidak suka memakai dress dan rok setiap hari. Ini sama sekali bukan style nya.

Hazel kembali termenung dengan posisi yang sama.

'Gimana caranya biar gue bisa balik ya? Kira-kira raga gue disana ngapain? Terus jiwa Renjani kemana njir? Jangan-jangan gue ma Renjani nih tukeran raga. Terus apa kabar sama Pitter ya? Cupang gue siapa yang ngasih makan bejir secara gue belinya diem-diem. Kangen poster ayang Jungkook. Gue pengen balik sumpah dah' Monolog Hazel dalam hati

Disisi lain Pierre tidak benar-benar membaca bukunya, ia merasa ada sesuatu yang mengganjal. Biasanya Hazel akan menganggu nya sampai membuat dirinya naik pitam, tapi kenapa sekarang terasa seperti hanya ada dirinya disini. Tidak ada gangguan, tidak ada kejahilan seperti biasanya. Tapi bukankah ini yang dia mau. Entahlah, rasanya berbeda bagi Pierre. Ia pun menoleh kebelakang ke tempat dimana Hazel duduk. Di tatap nya Hazel yang kini tengah diam termenung dengan tatapan kosong ke depan seperti tidak ada kehidupan. Aneh, pikirnya.

"Ngapain ngeliatin gue begitu? Heran ya gue diem," celetuk Hazel dengan mata yang tidak tertuju pada Pierre. Ternyata sedari tadi Hazel juga tidak benar-benar melamun, ia hanya diam karna tidak mood berbicara sama sekali. Wajar jika dia tau kalau Pierre tengah menatapnya.

Pierre terkesiap, "S-siapa yang melihat kamu, saya melihat jam dibelakang," ucapnya sambil menunjuk sebuah jam yang terpasang di dinding belakang kelas menggunakan dagu.

Hazel menatap sinis pada Pierre, "Udah ketahuan juga masih aja ngeles"

Pierre tidak menanggapi ucapan Hazel dan langsung kembali pada posisi awalnya. Pierre merasa malu sekarang karena tertangkap basah oleh Hazel. 'Bodoh sekali kamu, Pierre' batinnya.

"Yer, disini ada ekskul sepak bola nggak sih?," Hazel membuka suara

"Adanya futsal"

"Oke"

Love at The Wrong Time || Pierre Andries Tendean Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang