06 - Tentang Sebuah Impian

247 33 0
                                    

"Sialan Pierre. Eh enggak maksud ngatain lagi Ya Allah tapi emang sialan banget dia tuh. Gue kan cuma pengen temenan ama dia, bukan pengen jadi pacar. Tapi kalo jadi pacarnya beneran enggak papa banget sih. Eh enggak bukan begitu, intinya gue cuma pengen temenan aja anjir, tapi bisa-bisanya dia seenggak mau itu. Hishh" monolog Hazel

Sejak Pierre terus menghindari Hazel karna permintaan nya, Hazel terus mengoceh sendirian di perjalanan pulang. Sesekali ia juga menendang kerikil-kerikil tak bersalah yang ia lihat. Saat sampai dirumah pun, gerutuan nya juga masih tetap berlanjut. Se kesal itu Hazel pada Pierre.

"Sudah pulang nduk?" Ucap seorang wanita paruh baya dengan pakaian kebaya sederhana serta rambut yang disanggul

Hazel mendongak, "I--iya buk"

"Yo uwes, lekas ganti baju. Setelah itu langsung maem yo. Sudah ibuk siapkan"

Hazel hanya tersenyum dan mengangguk. Kemudian ia langsung melangkah memasuki kamarnya. Wanita paruh baya tadi merupakan ibu Renjani, alias ibu angkat Hazel di jaman ini.

"Assalamualaikum bu Mirah" ucap seorang wanita tua yang tiba-tiba datang ke rumah Renjani

"Eh waalaikumusallam mbok Darmi. Ada apa nggih mbok, tumben mampir kesini?"

Mbok Darmi tersenyum, "Ndak ada apa-apa kok, cuma tadi mbok lihat Renjani itu loh pulang sekolah menggerutu sendiri di jalan, seperti ada hal yang membuatnya sangat kesal. Ono opo toh?"

Mendengar ucapan mbok Darmi, kening Mirah berkerut. "Waduh, saya juga tidak tau mbok. Nanti biar Mirah tanyakan. Terimakasih informasinya yo mbok"

"Iyo. Yo uwes mbok pulang dulu ya"

"Nggih, hati-hati mbok"

Setelah mbok Darmi melenggang pergi. Buru-buru Mirah menghampiri anak gadis nya itu. Tidak biasanya anaknya seperti itu. Ia khawatir jika ada hal buruk yang habis dilaluinya.

•••

"Nduk, Renjani, ibuk masuk yo"

Tanpa menunggu jawaban dari Hazel, Mirah langsung saja membuka pintu kamarnya dan melangkah memasukinya. Dilihatnya kini putrinya tengah duduk di kursi meja belajar yang menghadap keluar jendela dan membelakangi nya. Mirah melihat putrinya yang sepertinya sedang melamun itupun langsung melangkah perlahan mendekati anak gadisnya itu.

Dengan lembut Mirah mengelus surai Hazel, "Renjani, kenapa kok diam saja, nduk?"

Hazel terkesiap, ia menoleh kesamping dan tersenyum kikuk. "Eh ibuk, enggak papa kok buk. Haz-- eh R-Renjani cuma nggak sengaja ngelamun" jawab Hazel dibarengi dengan cengiran nya

"Benar tidak ada apa-apa? Soalnya tadi mbok Darmi tumben-tumbenan loh menghampiri ibuk terus bilang kalau dia tadi melihatmu menggerutu sendirian di jalan. Siapa tau kamu sedang ada masalah"

"Oh itu, enggak ada masalah kok buk. Cuma karna capek aja itu, makannya begitu, hehe"

Mirah mengangguk dan tersenyum, "Iyo uwes, kamu sudah maem belum nduk?". Hazel menggeleng. Memang sejak pulang sekolah dan masuk ke kamarnya, Hazel mengganti baju saja belum apalagi makan. Ia malah duduk menghadap keluar jendela dan melamun. Entah kenapa tiba-tiba Hazel merasa rindu dengan keluarganya di tahun 2023, ia juga rindu dengan sahabatnya---Natasya.

"Ganti baju dulu yo, habis itu langsung ke meja makan. Ibuk tunggu"

Hazel tersenyum, "Iya buk"

Setelah selesai dengan kegiatannya di kamar, Hazel melangkah menuju meja makan. Ia melihat banyak sekali lauk pauk disana, seperti tempe dan tahu goreng, ikan goreng, dan sayur. Hazel menelan ludahnya. Ia merasa sangat lapar sekarang.

Love at The Wrong Time || Pierre Andries Tendean Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang