04 - Pribadi Yang Dingin

287 33 2
                                    

"Ayolah anterin gue pulang, kan lo pada tau ingatan gue masih nggak stabil. Nanti kalo gue nyasar terus diculik orang gimana?" Ucap Hazel seraya memohon pada kedua temannya agar mereka mau mengantarkannya pulang.

Mengingat Hazel bukanlah Renjani, wajar jika ia tidak tau jalan untuk pulang ke rumahnya. Maka dari itu sedari tadi ia memohon kepada Tari dan Ruri agar mereka berdua senantiasa dengan senang hati mengantarkan seorang Hazel untuk pulang ke rumahnya. Ah, lebih tepatnya rumah Renjani.

Tetapi Tari dan Ruri tetap bersikukuh menjelaskan bahwa rumah Renjani sangatlah dekat dengan sekolah ini. Jadi, mereka berdua pun terus menyuruh Hazel untuk pulang sendiri saja seperti biasanya. Mereka pikir benturan di kepala Hazel itu tidak akan sampai menyebabkan ia lupa dengan jalan pulang ke rumahnya sendiri.

"Anterin gue" rengek Hazel sambil menggoyang-goyangkan lengan Ruri dan Tari bergantian seraya memohon seperti anak kecil

Ruri memutar bola matanya malas, "Iya sudah iya, ayo kami antarkan"

"Nanti kalau sudah di rumah, minta diantarkan ibumu ke rumah sakit saja ya, Ni" timpal Tari

"Yaelah, cuma amnesia sejenak kok" jawab Hazel sambil cengengesan dan berjalan mendahului kedua temannya itu

Melihat kelakuan Hazel, Tari dan Ruri hanya dapat menggelengkan kepalanya

•••

09 Januari 1956

Pagi ini Hazel memutuskan untuk berangkat sekolah lebih awal sekitar pukul 06.15. Hazel sengaja berangkat lebih pagi lantaran ia merasa sungkan dan tidak enak hati jika harus sarapan dulu di rumahnya. Jadi, Hazel mencoba untuk pamit pada ibu dan ayah-----barunya untuk berangkat ke sekolah lebih pagi dengan alasan ada jadwal piket kelas.

Saat Hazel sampai di sekolah, ia tidak langsung masuk melainkan berhenti dan berdiri tepat di depan gerbang sekolahnya. Ia melihat-lihat bangunan sekolahnya ke kanan dan ke kiri, ia tidak peduli dengan siswa-siswi yang tengah menatapnya aneh saat ini.

"Ternyata sekolah gue nggak banyak perubahan ya, cuma di spot-spot tertentu doang yang berubah, itupun bangunan yang memang perlu di ubah atau diperbaiki aja. Gue nggak nyangka bisa ada disini, di jaman ini, tempat dimana Kapten masih hidup. Gimana caranya ya gue bisa balik?"

"Balik kemana?"

"ANJRITTTT" kaget Hazel seraya menghadap kesamping dan bergaya kuda-kuda taekwondo

"ANJRITTTT" kaget Hazel seraya menghadap kesamping dan bergaya kuda-kuda taekwondo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ternyata Pierre lah yang kini berdiri tepat di sampingnya. Pierre berdiri sambil kedua tangannya ia masukkan ke dalam saku celana. Pierre menghadap ke depan menatap datar ke arah apa yang ditatap oleh Hazel.

"P-Pierre"

Pierre menoleh kearahnya, ia menatap Hazel yang kini masih setia dengan posisi kuda-kuda taekwondo nya itu. Tapi sepersekian detik kemudian Hazel kembali pada posisi semula. Hazel tersenyum kikuk sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal itu.

Love at The Wrong Time || Pierre Andries Tendean Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang