5 | Friendzone

8.9K 563 4
                                    

"Geya, tolong pesan Readymix."

"Berapa kubik, Pak?"

"14 kubik, K225. Untuk besok, 7 kubik pagi, sisanya sekitar jam tiga. Untuk detail lokasi biar Aswin yang komunikasi sama mereka. Kamu kirim PO saja."

"Siyap!"

Setelah Bahir–Site Manajer–naik kelantai dua, Geya segera memutar kursinya menghadap ke layar komputer.

"Lo lagi nyari apa?" tanya Geya pada Diyah yang sejak tadi sibuk meneliti satu persatu berkas yang menumpuk di meja. "Jangan sok rajin."

Diyah berdecih. "Gue lagi nyari Rab yang kemarin gue print. Kok nggak ada, ya?" Ia sibuk sendiri membuka lembaran dokumen. "Lo tahu, nggak?

"Rab yang mana?"

"Rab renovasi pabrik makanan frozen itu. Lo lihat nggak?"

Tanpa pikir panjang Geya langsung menggeleng. "Print lagi aja, ribet amat."

"Boros kertas, dong."

Geya menghela napas. Ia menyambar remot AC lalu menekan salah satu tombol yang ada di sana. "Belum jam sebelas tapi udah gerah banget."

"Tandanya lo banyak dosa."

"Tuhan tahu aja kalau semalam gue habis mabuk. Pagi ini langsung dikasih hadiah."

Diyah yang tidak juga berhasil menemukan apa yang ia cari akhirnya menyerah. Ia kembali duduk di mejanya yang bersebelahan dengan Geya. "Aswin kemana, ya? Kayaknya sibuk banget sampai jarang ke kantor."

Aswin si pengawas lapangan yang sering kali mampir ke kantor sambil bawa gorengan. Dulu saat awal bekerja posisinya sebagai asistennya Bahir. Karena kerja Aswin bagus, Andra–Project Manajer–memberikan kepercayaan pada Aswin untuk jadi pengawas lapangan.

Kantor kontraktor tempat Diyah bekerja ada di sebuah ruko dua lantai. Lantai pertama menjadi ruangan tempat Diyah dan Geya bekerja, sementara lantai dua selain dipakai untuk rapat, ada juga ruangan khusus untuk Andra dan Bahir.

"Panjang umur lo, Win!" seru Geya saat Aswin masuk sambil menenteng helm kebanggaannya. Katanya, sih, helm itu mahal makanya tidak pernah ditinggal di motor.

Diyah melihat ada sesuatu yang lain yang dibawa Aswin selain helm. "Apaan, tuh? Bekal?"

Aswin malu-malu menunjukkan tas bekal yang ia bawa. "Dibawain Ibu Negara."

"Pengantin baru banget, ya." Geya melirik jail. "Coba dibuka. Gue yakin bentuk nasinya lope-lope. Atau ada pesan cinta di dalamnya."

"Resek lo!"

Diyah dan Geya tertawa terbahak-bahak. Puas sekali mengerjai Aswin si pengantin baru. Iya, Aswin memang baru saja melangsungkan pernikahan dua minggu yang lalu.

"Mumpung Aswin bawa bekal, kita nggak usah makan siang di luar. Kita pesan aja."

"Sorry, gue nggak bisa ikut maksi bareng," seru Diyah.

Aswin mendekati meja Geya setelah meletakkan helm dan bekalnya. "Kok gitu? Mau maksi sama mas pacar? Tapi kan lo jomlo."

"Mentang-mentang udah kawin, enteng banget, tuh, mulut ngatain gue jomlo!" gerutu Diyah dengan mata melotot. "Embun lagi ada di Jakarta, rencananya kami mau ketemuan."

Sudah seminggu sejak Galil masuk rumah sakit. Embun yang kebetulan sedang ada urusan di kantor pusat Jakarta, memutuskan untuk menjenguk Galil.

"Embun punya pacar nggak?"

Diyah menatap Aswin dengan nyalang. Tiba-tiba alarm tanda bahaya berbunyi nyaring di dalam kepalanya. "Ingat istri di rumah Pak Aswin!"

"Elah! Bukan buat gue, tapi teman gue." Aswin lebih dulu melepaskan jaket kulit yang ia kenakan. "Teman gue pernah ketemu Embun di sini. Itu lho waktu adik lo nganterin bekal pas kita lembur hari sabtu."

Kepala Diyah terangguk-angguk. Ia langsung paham. Di hari sabtu saat Diyah dan Geya mendadak harus lembur, secara kebetulan Embun mengunjunginya di kontrakan. Ketika menjelang sore, Embun datang ke kantor dan membawakan Diyah makanan serta camilan.

"Jadi gimana? Punya pacar nggak adik lo?"

"Dia udah punya gebetan," jawab Diyah sekenanya. Dia sendiri tidak yakin dengan jawaban yang ia berikan.

"Baru gebetan, kan? Berarti masih bisa disalip."

"Yakin teman lo bisa nyalip?"

"Kenapa emang?"

"Gebetan Embun udah dari jaman SMA."

"Waduh, terjebak friendzone?" celetuk Geya. "Atau jangan-jangan cinta bertepuk sebelah tangan."

Aswin setuju dengan gagasan Geya. "Gebetan dari SMA dan sampai sekarang belum jadian. Kalau bukan terjebak friendzone apa, dong?"

Jangankan Geya dan Aswin. Diyah saja yang selama ini sesekali memperhatikan interaksi antara Galil dan Embun pun bingung dengan arah hubungan mereka. Dibilang pacaran bukan, dibilang tidak dekat tapi mereka sangaaat lengket.

*Note

Readymix : Istilah beton yang sudah siap digunakan tanpa perlu lagi pengolahan di lapangan

RAB : Rencana Anggaran Biaya

-Bersambung-

[ Mohon kritik dan saran ]

| Support author dg Vote |

PERSISTEN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang