27 | Pulang

7.3K 480 16
                                    


"Jadi ... Clara itu ...?"

Galil mengangguk. Ia baru saja mengungkapkan sebuah fakta yang berhasil membuat Diyah kehilangan kata-kata.

Clara itu teman sekantor Galil. Diyah jadi ingat saat pertama kali ia dan Clara bertemu. Saat itu Clara terus menatapnya dan mengatakan bahwa wajahnya familiar.

"Gue pernah ketahuan waktu lagi stalking medsos-nya Mbak Diyah." Galil nyengir malu. "Terus gue bilang kalau lo gebetan gue."

Ternyata diam-diam Clara menceritakan pertemuan mereka pada Galil. Dari situlah Galil tahu kemana Diyah minggat. Galil lalu meminta bantuan Clara untuk mengecek kondisi Diyah selama ada di apartemen itu. Makanan yang selama ini dibawa Clara nyatanya dari laki-laki itu.

Kejutan dari Galil tidak berhenti sampai di situ. Masih ada satu lagi. Yaitu tentang Galil yang selama ini tinggal di unit sebelah.

"Lo pindah ke sini?" tanya Diyah dengan wajah tidak santai. Bisa-bisanya ia tidak menyadari kalau selama ini mereka tinggal bersebelahan.

Galil menggelengkan kepala. "Bukan pindah, gue cuma numpang. Kebetulan teman gue yang punya unit sebelah."

"Dari kapan?"

"Setelah Clara cerita, gue langsung pindah ke sini."

Diyah pikir selama ini ia jago melarikan diri dan main kucing-kucingan dengan Galil. Ternyata sejak awal dia sudah kalah.

"Tapi kata Mada, lo masih sering datang ke kontrakan."

"Kalau gue langsung berhenti, takutnya lo menganggap gue nggak serius."

"Mau-maunya Clara bantuin lo." Diyah menggeleng-gelengkan kepala dengan sebelah tangan mengusap kening. "Pantas aja selama gue di sini, Clara jadi sering pulang."

"Bantuan dari Clara nggak gratis," ucap Galil menjelaskan. "Beberapa kali gue lembur untuk bantu project dia."

Diyah memberikan pukulan cukup keras di lengan Galil. "Kurang kerjaan banget!"

"Ya, lo ngabur terus!"

"Geya tahu?"

"Nggak, cuma Clara."

Pintu apartemen terbuka. Tidak satupun dari mereka beranjak dari sana. Geya muncul bersama kantong plastik berlogo makanan cepat saji di kedua tangannya.

"Semuanya udah clear?" tanya Geya yang melihat suasana diantara dua orang yang sedang duduk bersebelahan itu terlihat lebih baik dari sebelumnya.

"Udah," jawab Diyah. "Lo belum makan malam?" ia melihat Geya meletakkan kantong plastik ke meja.

Geya mulai mengeluarkan isinya. "Udah, kok. Ini tadi dikasih sepupu gue yang mampir ke sini."

"Oya, gue mau balik malam ini."

Gerakan tangan Geya terhenti. Matanya lalu mengarah ke Galil. "Lo yang paksa dia pulang sekarang?"

"Bukan gue," Galil buru-buru membela diri. "Lagian kalau Mbak Diyah tetap di sini, gue malah senang. Kami bisa kencan sampai malam."

Geya bingung. Matanya bergerak menatap Diyah. "Itu bocah ngomong apa?"

"Dia tinggal di unit sebelah."

"HAH?!"

Teriakan Geya membuat Diyah dan Galil sampai mengernyit.

"Kalian harus cerita ke gue!"


***


PERSISTEN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang