13. TEKA-TEKI

1.3K 113 16
                                    

tok tok tok

"maaf saya sedikit terlambat." ucap Devano yang baru memasuki ruang rapat di perusahaannya dan sang klien hanya menatapnya datar.

"kita baru saja mulai tuan." ucap sekretaris Jayden.

"baiklah mari kita mulai." ucap Devano duduk di sebrang Jayden sembari melepas kacamata hitamnya dan terpampang mata sembab di wajah tampan nan cantiknya.

"Macbook ku Fel." pinta Devano.

"kau menangis Ano?" Devano mengerjap untuk menyadarkan Felix lalu manatap layar Macbook nya.

Dia presentasikan semua yang telah disiapkan sebelumnya, menjelaskan satu persatu produk yang di jual dan Jayden mendengarkan seksama semua penjelasan Devano dengan wajah datar.

"apa bahannya?" tanya Jayden setelah Devano selesai dengan presentasinya.

"besi beton tuan." singkat Devano.

"tidakkah lebih mahal?"

"saya rasa itu yang paling cocok terlebih anda meminta proyek ini dibuat dengan kualitas material yang premium."

"dengan harga yang ditawarkan itu? apakah kau yakin tak akan rugi atau mengurangi bahan bakunya?" sarkas Jayden.

"saya sudah memperhitungkan dengan matang tuan terlebih saya telah bergelut di bidang ini lebih dari tujuh tahun, cukup bagi saya mencari distributor bahan yang sesuai budget namun kualitasnya tetap bagus." terang Devano.

"baiklah, semoga proyek kita kali ini lancar." ucap Jayden mengulurkan tangan dan Devano menerima uluran tersebut dengan senang hati.

"kalau begitu saya permisi." ucap Jayden datar.

"terimakasih telah bersedia bekerjasama dengan kami, semoga proyek kita sukses sampai selesai." ucap Devano dan Jayden hanya mengangguk datar meninggalkan ruangan.

"kau lihat Fel aaarrgghh."
"rasanya ingin ku gigit saja ekspresinya yang dingin itu." ucap Devano dan Jayden yang belum menutup pintu ruangan dengan sempurna mendengar ucapan Devano, mengintip dengan tatapan datar.

"kau menangis?" tanya Felix khawatir menangkup pipi Devano dan pria kaku di balik pintu itu meninggalkan tempat.

"sedikit."

"sedikit apa sampai sembab begini hm?" tanya Felix dengan jempol mengusap mata Devano yang sembab.

"tidak apa, aku hanya sedikit terbawa suasana mengingat sikap lembut Bob tiap kali berbicara padaku saat ayah memanggilku ke ruangannya." Felix melepas tangkupan tangannya di pipi mulus Devano.

"sudahlah aku mau ke kamar mandi, tunggu saja di ruanganku." Felix mengangguk dan Devano beranjak meninggalkan ruangan sedangkan Felix membereskan berkas serta Macbook tuannya.

•••

Seorang pria tampan dengan wajah datar melangkah menuju lift untuk turun ke lantai dasar berniat kembali menuju perusahaannya.

Netra datarnya berbinar saat menangkap seorang pria manis yang baru saja keluar dari lift menenteng tiga cup minuman.

"hai." Jayden mencekal tangan Filbert saat pria manis itu lewat di sampingnya.

"hah kau lagi." ucap Filbert membuang nafas kasar dan Jayden hanya terkekeh.

"kau suka matcha?" tanya Jayden.

"bukan urusanmu." singkat Filbert melepas cekalan Jayden dan segera melenggang pergi meniggalkan Jayden yang masih terpana dengan sikap dingin Filbert.

"tunggu di mobil aku ingin ke kamar mandi lebih dulu." titah Jayden pada sekretarisnya dan ia segera melangkah menuju toilet.

2 BROTHERS || JOONGDUNKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang