3 Bulan kemudian.
Seorang pria mengenakan jeans selutut dan kaos oversize warna lemon terang berjalan dari arah dapur membawa secangkir kopi menuju tangga berniat mencari angin di rooftop sebab cuaca siang lumayan terik.
Langkahnya terhenti saat pintu rumah terbuka dan menampilkan lelaki imut yang nampak manis mengenakan kaos putih polos jeans hitam dan headphone yang menggantung di lehernya. Sungguh penampilan yang begitu kontras dengan pemilik rumah.
"sudah pulang Fil?" tanya Felix menatap kearah pintu.
"tidak adakah baju yang lebih soft kak? warnanya menyakiti mataku." sindir Filbert melangkah menuju tangga.
Felix menunduk, mencubit kecil kaos yang dikenakan menatap lama merasa tak ada yang aneh dengan penampilannya.
"apa yang salah? seleraku yang aneh atau selera dia yang monoton." Felix bergumam ringan lalu mengedikkan bahu tak ingin ambil pusing.
"Fil." panggilnya berjalan cepat mengejar Filbert dan pria imut itu memiringkan tubuhnya berpegang pada besi tangga menatap Felix.
"kau lelah? ingin ke rooftop?" tanya Felix canggung.
Filbert tak menjawab, ia kembali melangkah dan Felix hanya diam mengikuti arah Filbert, senyumnya merekah tipis saat melihat lelaki manis itu berjalan menaiki tangga rooftop dan ia bergegas membuntutinya.
Filbert duduk di kursi panjang dan Felix langsung menyusul duduk di hadapannya.
"kepalamu masih sering sakit?"
Tangan Felix terulur hendak mengusap kepala Filbert namun lelaki manis itu lebih dulu menghindar membuat telapak besar Felix melayang di awang-awang dan dia hanya bisa menghela nafas berat.
Kejarlah dia sampai kau lelah hingga suatu saat kau memutuskan untuk berhenti melangkah dan berbalik arah.
Kata yang tepat untuk menggambarkan Filbert saat ini.
Kemarin dia akan bersikap manja bahkan rela menjebak orang yang dicintai untuk masuk dalam dekapannya namun yang ia dapatkan hanya makian dan ucapan kasar, tak heran jika saat ini lelaki manis itu memilih menyerah.Dia lelah.
Lelah merajut harap yang tak kunjung menetap, lelah mengejar yang tak kunjung menang, lelah bermimpi yang tak kunjung terpenuhi, lelah menaruh rasa yang tak kunjung di sambut.
Tilikan kosong Felix terfokus pada manik hitam yang menyimpan luka atas sikapnya, dia raih tangan Filbert sedikit mempererat genggaman saat lelaki cantik itu berusaha melepasnya.
"Fil." panggil Felix mengalun lembut menyapa pendengaran lelaki manis itu. Filbert tatap dalam netra yang sedari tadi memandangnya.
"aku sadar ucapan dan sikapku kemarin itu sangat menyakitkan." Felix menunduk, mengurung tangan Filbert dengan kedua tangan miliknya meletakkannya di kening.
"maaf." lirihnya.
"maaf untuk semua ucapanku Fil."
"apa yang aku katakan kemarin hanya ingin kamu berhenti berharap, berhenti menaruh hati padaku karna aku tau kamu akan semakin sakit saat aku menyambut perasaanmu tapi masih menempel dengan kakakmu.""dan sekarang aku melakukannya, aku berhenti mengharapkanmu." Felix menggeleng, kembali menatap Filbert.
Pria tampan itu menyingkirkan cangkir kopinya lalu melompat ke atas meja dan segera duduk didepan Filbert mengurung lelaki manis itu di antara kaki panjangnya. Ia tangkup pipi Filbert yang sedikit tembam itu.
"tolong jangan menyerah denganku." Felix menilik dalam kedua manik jernih di hadapannya.
"pergilah, kita sudah sel___"
KAMU SEDANG MEMBACA
2 BROTHERS || JOONGDUNK
Fanfiction"katakan pada mereka akulah yang menewaskanmu." "aku ingin melihat bagaimana respon tua bangka itu." ia terkekeh berdiri meninggalkan mayat yang tergeletak dengan kepala putus. "tak ada yang mampu mengendalikan akal pikirku kecuali Jayden." Devano N...