Devano diam dengan tatapan kosong lurus kedepan, pikirannya begitu kacau dadanya nyeri lehernya tercekat dan telinganya berdengung mendengar tawa besar Rodio.
Airmatanya lolos saat melihat sang adik berdiri tak jauh darinya dengan penampilan yang kacau.
Kemeja putih dipenuhi bercak darah segar, pelipisnya terluka membuat darah mengalir di wajah manis sang adik dan tangan mulus Filbert yang menggenggam pedang tanto bermandikan darah membuat Devano gemetar."Filbert diam disitu... tolong berhentilah dan diam disitu."
"kakak akan menghampirimu, jangan kemari.. kakak akan segera kesana." ucap Devano cepat saat melihat Filbert melangkah pelan ke arahnya, airmata Devano semakin deras ditatapan kosongnya."Fil...Filbert tolong dengar kakak, jangan kemari.. tidak.. Tidak..TIDAK ADIKKU...." ucap Devano meninggi, tak karuan pikirnya melihat Filbert dengan penampilan seperti itu, Devano mendongak menatap Rodio.
"ayah...ayah. tolong lepaskan Ano ayaahh hiks ayah tolong." ucapnya cepat.
"Filbert tetap disitu... jangan menangis kakak akan segera menghampirimu..." ucap Devano melihat Filbert meneteskan airmata, ia mulai tak waras.
"ayaaah Ano mohon ayah, lepaskan Ano.. biarkan Ano membersihkan tubuh Filbert ayah." Devano semakin terisak, hatinya benar-benar remuk melihat Filbert.
"jangan kemari Filbert." Devano menggeleng cepat.
"kakak akan menghampirimu, kakak akan melepas baju ini untuk membersihkan darah ditubuhmu, kamu tidak cocok seperti itu." racau Devano mencoba melepas ikatannya namun percuma. Ia mencoba berdiri dengan kursinya namun di tahan Logan."aku mohon kak, biarkan aku membersihkan tubuh adikku." ucap Devano mendongak menatap Logan.
"boleh." Logan menyondongkan tubuhnya mendekati wajah Devano.
"asal kau mau bercinta denganku." Devano melotot mengalihkan pandangan ke arah Filbert yang semakin mendekat dan dia mengangguk cepat."Hahahahahahaha." Logan tertawa puas dan segera melepas tali yang mengikat Devano.
Pria cantik itu segera berlari memaksa langkah lemasnya menghampiri Filbert sembari melepas kemeja hitam yang ia kenakan.
Tangan gemetar Devano segera mengelap darah segar di wajah adiknya dengan kemeja mahalnya, ia tangkup pipi Filbert dengan satu tangan. Pria cantik itu tak mampu berucap dan seketika bibirnya melengkung ke bawah.
Devano menangis sesekali terdengar isakan dan raungan kecil dengan punggung bergetar saat tak bisa menahan nyeri di dadanya.
Filbert memandang Devano dengan tatapan kosong dan airmata yang terus mengalir, dia syok dan tak mampu berucap melihat kakaknya."kamu tidak boleh kotor, kamu tidak boleh terluka nanti apa yang harus kakak katakan pada mommy kalo kamu seperti ini." racau Devano tak sadar.
"kenapa warna merahnya tidak mau hilang hiks." Devano mulai kesal melihat darah diwajah Filbert.
Devano terus membersihkan wajah Filbert, berusaha menghilangkan darahnya hingga bersih tak tersisa dan kedua saudara itu menangis bersama dengan pikiran masing-masing.
"kemarilah Ano, adikmu sudah lumayan bersih."
"kau tidak ingat janjimu tadi?" teriak Logan dan Devano diam membeku."pulanglah." Devano mengusap wajah Filbert lalu berbalik melangkah ke arah Rodio dan Logan. Devano kembali duduk dikursi kayu.
"saksikan semurah apa kakakmu demi melindungimu Fil." ucap Logan sedikit lantang.
Logan mengusap pipi mulus Devano dan pria cantik itu memejam semakin deras airmatanya, ia tak bisa ingkar janji.
Logan mencium kening Devano turun kehidung lalu memiringkan kepala hendak melumat bibir Devano.
Filbert menatap kosong kedepan melihat kakaknya yang tak bisa melawan demi dirinya. Ia angkat pedang tantonya ke udara, melemparnya seperti tombak dengan kekuatan penuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
2 BROTHERS || JOONGDUNK
Fanfiction"katakan pada mereka akulah yang menewaskanmu." "aku ingin melihat bagaimana respon tua bangka itu." ia terkekeh berdiri meninggalkan mayat yang tergeletak dengan kepala putus. "tak ada yang mampu mengendalikan akal pikirku kecuali Jayden." Devano N...