Seorang pria manis telah siap dengan setelan jas jutaan dolarnya dan dia segera keluar kamar menuruni anak tangga berniat kembali protes pada sang ayah karna keputusan sepihaknya semalam.
tok tok tok
Dia masuk dan disambut pemandangan pria dewasa yang terlihat berumur namun masih gagah. Dia melangkah duduk di hadapan sang ayah.
"ayah Filbert menolak pertunangan semalam." ucap Filbert memberanikan diri sembari memainkan jarinya di bawah meja.
"masih mau meributkannya?" tanya Rodio dingin.
"Filbert tidak mencintainya ayah, Filbert tidak mengenalnya." ucapnya sedikit menunduk.
Rodio diam, ia sesap batang candu favoritnya dengan tatapan tajam ke arah putra bungsunya.
"kau ingin menukarnya dengan apa?" Filbert mendongak menatap sang ayah, tak menyangka jika penolakannya harus ditukar dengan sesuatu.
"selama ini kontribusi apa yang kau berikan padaku untuk membalas budi karna telah membesarkanmu? apa yang kau lakukan selain mengandalkan kakakmu, hm?" ungkap Rodio.
Filbert diam tak berani melawan Rodio dan seketika pikirannya membenarkan ucapan ayahnya. Selama ini memang Devano lah yang selalu melakukan apapun agar dia merasa nyaman dan aman, tak ada hal berarti yang dia kerjakan selain mengandalkan sang kakak.
"kau sudah dewasa harusnya kau tau cara membalas budi pada orangtua." tegas Rodio.
"selain itu, ini kesempatan emas untuk kita."
"harusnya kau bersyukur bisa di sukai orang terpandang di Las Vegas bukan malah menolak dan memperlihatkan kebodohanmu dengan alasan tak mencintainya." sarkas Rodio membungkam Filbert, semua ucapan Rodio seakan menjadi tamparam untuknya, membuat Filbert sadar bahwa dia tak bisa apa-apa selain merengek pada sang kakak."berangkatlah bekerja dan lakukan acara pertunangan kalian besok, aku tak suka di bantah." pungkas Rodio dan Filbert segera beranjak keluar ruangan ayahnya.
"Fil." panggil Devano yang melihat adiknya baru keluar dari ruangan sang ayah dengan wajah muram.
"apa ayah memarahimu?" tanya Devano segera mempercepat langkahnya menuruni anak tangga.
"tidak." jawabnya tersenyum lebar.
"Fel berangkatlah bersama Filbert, ada yang ingin ku bicarakan dengan ayah." ucap Devano menoleh ke arah Felix yang berdiri di belakangnya.
"baik tuan."
"kak." Filbert menggeleng.
"jangan bertengkar dengan ayah, ayah tidak memarahiku, sungguh." Devano terkekeh."kakak hanya ingin membicarakan proyek yang sedang berjalan." jelas Devano menepuk-nepuk kepala Filbert.
"kalian berangkatlah lebih dulu." Felix dan Filbert mengangguk bersama lalu melangkah meninggalkan Devano untuk pergi ke kantor dan Devano bergegas ke ruangan Rodio saat adiknya tak lagi terlihat.tok tok tok
Devano masuk ruangan Rodio lalu segera duduk di hadapannya.
"apa yang ayah katakan pada Filbert?"
"kenapa? mengadu apa lagi dia?"
"dia tak pernah mengadu apapun padaku tapi dari raut wajahnya nampak jelas ayah mengatakan hal yang membuatnya tak nyaman." ucap Devano dingin.
"berhentilah memanjakannya Ano, adikmu sudah besar dan kau selalu melarangku untuk mengenalkannya pada duniaku."
"jika bukan kalian siapa yang akan meneruskan kejayaan ayah." terang Rodio enteng."tidak!!"
"jangan pernah seret Filbert ke lembah kotor.""maka dari itu aku membuatnya sedikit berguna dengan menjadikannya tunangan Jayden."
KAMU SEDANG MEMBACA
2 BROTHERS || JOONGDUNK
Fanfiction"katakan pada mereka akulah yang menewaskanmu." "aku ingin melihat bagaimana respon tua bangka itu." ia terkekeh berdiri meninggalkan mayat yang tergeletak dengan kepala putus. "tak ada yang mampu mengendalikan akal pikirku kecuali Jayden." Devano N...