16 - 1 || and, he got caught in a lie

86 5 0
                                    

CERITA INI HANYALAH FIKSI/TIDAK NYATA/KEBOHONGAN/DUSTA/HAYALAN PENULIS SEMATA. JADI DIMOHON UNTUK PARA PEMBACA UNTUK TIDAK BERLEBIHAN DALAM MENANGGAPI CERITA INI.

| 16 - 1 |

and, he got caught in a lie



"PRAM, lo nggak bawa buku-buku dari sini?" tanya Ishad setelah memasukkan beberapa obat yang mungkin diperlukan oleh Pram ke dalam koper. Dia melirik ke arah Pram yang sedang fokus bermain PS dengan Val. Dua hari lagi Pram akan pindah untuk melanjutkan studinya di Sorbonne University.

"Hmm... kagak perlu sih, gue bisa beli atau pinjem aja di perpustakaan nanti," jawab Pram enteng tanpa menoleh ke arah Ishad. Dia fokus menekan-nekan stik PS-nya.

Kepala Ishad mengangguk-angguk. Bagi Pram perkara buku itu bukan sesuatu yang penting, sebab mengingat Pram adalah anak orang berada, dia bisa membelinya sewaktu-waktu tanpa harus melihat harga buku itu. "Ini laptop sama ipad mau lo bawa juga atau mau lo hibahkan ke gue?" Ishad bertanya seraya mengambil laptop dan ipad di sebelah meja dekat dengan pigura peta, kompas, dan binocular.

"Oi, mulut lo lancar banget ngomong hibah-hibahkan gitu!" sergah Pram, langsung menoleh ke belakang, ke arah Ishad yang cengengesan. "Dua barang itu punya banyak kenangan anjir!" lanjut Pram yang dibalas decakkan oleh Val dan Ishad.

"Bacot, kenangan apaan? Paling juga isinya bokep semua," seloroh Val yang langsung disetujui oleh Ishad.

Mereka sekarang sedang berada di kediaman rumah Pram, tepatnya kamar cowok itu. Kamar Pram memiliki ukuran yang luas dan besar melebihi ukuran kamar kosan Val dan Ishad jika digabungkan. Memiliki tema petualangan yang memberikan nuansa ketenangan dipadu padankan dengan citra mahal seorang anak konglomerat. Dinding kamar dihiasi oleh mural dan gambar-gambar ikonik dari berbagai tempat yang pernah Pram kunjungi. Sementara di sudut ruangan terdapat lemari kaca besar yang berisi khusus macam-macam miniatur yang mengisi ruang di dalamnya.

"Brengsek lo pada!" kata Pram sewot. Val dan Ishad terbahak-bahak.

"Yaelah, Pram. Lagian laptop nggak pernah lo pakai juga kok, mending lo kasih ke gue biar bisa kepake." Ishad masih berusaha merayu Pram.

"Lo udah gue kasih AirPods masih kurang?"

"AirPods kan bayaran buat gue karena mau ngemasin barang-barang lo," ujar Ishad, dia duduk di atas kasur. "Kalau laptop kan beda. Lo itung-itung sedekah ke sahabat lo," lanjut Ishad seraya mendekati Pram.

Pram diam sejenak.

"Atau bisa lo sedekahin dua-duanya lah, Pram."

Pram mendecak kasar. "Yaudah, tapi Macbook-nya aja." Akhirnya Pram berkata yang membuat senyuman Ishad melebar.

Ishad mengguncang bahu Pram beberapa kali. "Serius, Pram?" tanya Ishad yang diangguki oleh Pram. "Thanks, Masbro. Lo emang sahabat gue yang paling baik hehe," tambah Ishad, membanggakan Pram.

"Salin dulu semua data gue ke SSD."

"Siap!!!" Ishad dengan sigap berdiri dan hormat kepada Pram. "SSD-nya lo simpen di mana?" Ishad berbalik lagi ketika baru berjalan beberapa langkah.

"Di laci tempat naruh laptop sama ipad tadi." Pram mulai fokus lagi kepada PS.

Sementara Val berdehem dan mendekati Pram. "Pram," panggil Val yang dijawab sahutan oleh cowok itu.

"Ishad lo kasih Macbook, gue juga mau motor ninja lo dong," kata Val tanpa tedeng aling-aling.

"Bajingan! Lo mau minta atau ngerampok gue?" Pram melotot kepada Val.

Getih Anget ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang