7 || and, they disappear together

207 40 2
                                    

CERITA INI HANYALAH FIKSI/TIDAK NYATA/KEBOHONGAN/DUSTA/HAYALAN PENULIS SEMATA. JADI DIMOHON UNTUK PARA PEMBACA UNTUK TIDAK BERLEBIHAN DALAM MENANGGAPI CERITA INI.

| 7 |

and, they disappear together

PAGI sekitar pukul setengah enam, mahasiswa tingkat awal yang berjumlah 30 orang itu kini sedang berkumpul di lapangan kampus Universitas Martoloyo Kardinah. Mereka adalah calon anggota Mapala kampus yang akan berdedikasi untuk eksplorasi alam. Mereka berkumpul, duduk dengan tas ransel penuh peralatan-peralatan pribadi berada di depannya masing-masing. Sementara di hadapan mereka, 27 senior Mapala--yang kali ini bisa ikut--juga sedang duduk menghadap mereka seraya berdiskusi kecil.

Semangat mereka membara, namun tidak dengan Val. Mood Val seketika terjun bebas melihat Keiysa yang sedang duduk di sebelah Exsata sambil fokus mendengarkan cowok itu berbicara. Selagi Exsata memulai pembicaraan dengan sambutan yang penuh semangat, menjelaskan betapa pentingnya eksplorasi alam, dan bagaimana dampak positif terhadap pemahaman mereka tentang lingkungan, Val justru terus terpaku memandangi Keiysa yang belum menyadari keberadaan Val di sana.

"Val, menurut lo kita bakalan eksplor kemana?" tanya Pram tiba-tiba yang seketika membuat Val menoleh.

Val memandangi Pram sebentar yang menjadi sahabat satu-satunya di organisasi Mapala, sebab kali ini Ishad tidak ikut karena Ishad lebih memilih untuk masuk BEM. "Yang jelas nggak ke Gunung Slamet sih," jawab Val seadanya, ingat akan jawaban Exsata kemarin.

"Tapi dilihat dari perlengkapan yang kita bawa, kayaknya bakalan ke gunung lagi."

"Gue kan nggak bilang nggak ke gunung lagi, gue cuma bilang gak ke Gunung Slamet aja."

"Hmm.. firasat gue mengatakan ini bakalan ke Anak Gunung Krakatau deh," ujar Pram sambil menerawang ke depan.

Val yang mendengar itu rasanya ingin menampar mulut Pram, tetapi berhubung mood Val sedang tidak enak, akhirnya Val hanya bisa menghela napas saja tanpa menjawab perkataan Pram lagi, lagian Val bingung dengan cara berpikir Pram yang seenak jidat tanpa disaring itu.

"Atau kalau bukan, mungkin ke Gunung Jaya Wijaya kali ya?"

SERAH!!

Val makin malas saja mendengar celotehan tidak jelas dari Pram.

"Val menurut lo gimana?" Pram menatap Val dengan wajah semrigah. "Keren kali yak, kalau kita beneran ke Anak Krakatau atau ke Jaya Wijaya? Buat ngelengkapin feed instagram cocok bet tuh, bakalan makin aesthetic aja akun gue hehe!"

Val diam saja, membiarkan Pram berbicara panjang lebar. Dia lebih milih untuk menatap ke depan-bukan, lebih tepatnya memandang Keiysa yang sedang tersenyum begitu cantik.

"Brengsek. Gue udah ngomong panjang lebar cuma dikacangin doang!" Pram ngomel, kemudian menyenggol lutut Val yang sedang duduk bersila. "Val jawab gue napa? Dari tadi lo gue ajakin ngomong juga!" katanya, kesal.

"Kagak penting buat gue jawab!"

"Setdah mulut lo beneran kayak guguk banget ya!?" Kemudian Pram berucap, "Gini-gini gue tuh sahabat lo yang paling pengertian!"

"Cot lah."

"Bangsat! Gue serius Cok. Dari tadi gue sengaja ngajakin lo ngabrol biar pikiran lo tuh teralihkan." Bola mata Pram melirik ke arah Keiysa, lalu kembali menatap Val. "Gue tau, lo sekarang lagi kesel karena tau fakta cewek yang lagi lo deketin ternyata ceweknya Bang Eksata, kan?"

Val gelagapan. Dia membuang wajah ke arah lain. "Kagak. Siapa juga yang kesel?"

Kekehan renyah keluar dari bibir Pram. "Boong banget lo haha," respons cowok itu cepat. "Udah lah nggak usah boong, gue udah kenal lo dari lama."

Getih Anget ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang