Setelah berpikir dan menimbang resikonya, Meisha memutuskan untuk tinggal bersama Bara dan kedua orang tua angkatnya. Bara tentu saja sangat senang dengan keputusan itu. Karena lelaki itu dapat semakin gencar melancarkan aksi modusnya terhadap sang kekasih hati. Seperti sekarang, saat Meisha hanya sendirian di dapur, Bara menghampiri dan langsung memeluknya dari belakang.
"Bara! Nanti dilihat Papa sama Mama!" ujar Meisha berusaha berontak. Ini hari pertama dirinya kembali ke rumah itu, tapi Bara pun sudah melancarkan kemesumannya. Padahal ketika di kantor, Bara juga sempat memeluk dan menciumnya. Apakah masih kurang?
"Mereka pasti udah tidur, Baby," sahut Bara yang sengaja membenamkan wajahnya tepat di lekukan leher Meisha. Ia mengecup ringan kulit leher Meisha, dan kecupannya berubah agak kuat saat bibirnya berada di bahu sang kekasih. Ia tersenyum puas ketika mendapati jejak bibirnya di sana akibat kecupannya itu.
"Bar—"
Meisha berbalik menghadap Bara. Ia refleks terkesiap ketika Bara mengangkatnya lantas mendudukkannya di atas meja dapur. "Kamu mau ngapain?" tanyanya was-was saat bisa melihat seringaian mesum di bibir Bara.
"Mau kamu." Setelah berkata demikian, Bara langsung mencium bibir Meisha. Ia menekan tengkuk Meisha untuk memperdalam ciuman mereka. Tangan Meisha terangkat menuju ke dada Bara, dan mengelusnya lembut di sana. Membuat Bara menggeram rendah dan kian intens melumat bibir manis Meisha.
Bara melepaskan bibirnya ketika merasakan napas Meisha yang memburu. Wajah wanita itu sudah sangat memerah. Perlahan namun pasti, wajah Bara tenggelam di dada Meisha. Ia mengecup dada Meisha yang tak tertutupi oleh tank topnya. Lalu, ia gigit gemas hingga sukses membuat Meisha terpekik nikmat.
Bibir Bara melengkungkan senyum saat bisa melihat hasil karya bibirnya. Kulit putih sang wanita kini sudah tidak mulus lagi, lantaran terdapat beberapa buah kissmark karyanya. "Kamu milikku, Baby."
"Hemn," angguk Meisha. Ia mempertemukan bibir mereka kembali. Meisha pasrah ketika Bara menggendongnya menuju kamar hingga akhirnya mereka pun tidur bersama sembari berpelukan. Benar-benar hanya tidur seperti dahulu. Meskipun kali ini disertai aksi modus Bara dengan sesekali meremas dada Meisha.
Saat menjelang pagi, Meisha yang terbangun lebih dulu sengaja membangunkan Bara yang masih terlelap sambil memeluknya. "Bangun, Bar. Udah mau pagi," ujar Meisha berusaha menjauhkan tangan Bara dari atas dadanya.
"Bentar lagi, Baby."
Bukannya segera membuka mata, tapi Bara malah semakin mengeratkan pelukannya itu. Membuat Meisha terpaksa memukul tangan sang kekasih yang bertengger di dadanya.
"Buruan! Nanti ketahuan sama Papa Mama!" ujarnya tak sabaran. Yang dibalas deheman oleh Bara.
"Iya-iya, bawel ya kamu!" rutuk Bara seraya bangkit dari posisi berbaringnya diikuti oleh Meisha.
"Kamu baru tau?"
"Nggak dong, Baby. Tapi aku juga tau gimana caranya bikin kamu diem," ujar Bara seraya membungkam bibir Meisha dengan bibirnya. Terbukti, wanita itu langsung terdiam begitu menerima ciumannya. "Morning kiss, Baby."
"Udah sana! Buruan kamu keluar!"
"Masuk aja belum, Baby, masa udah disuruh keluar aja?" tanya Bara sengaja menggoda. Pipi Meisha praktis merona lantaran ucapan Bara itu. Apalagi, tanpa sadar Meisha malah melirik ke arah selangkangan lelakinya yang sialnya celana Bara tampak menggelembung di bagian sana. Oh oh. Meisha memang tidak melihat secara langsung, tapi sungguh ia tak bisa memalingkan wajah. Tetapi buru-buru ia mengalihkan tatapan ketika Bara tersenyum menggoda.
"Mesum! Maksud aku kamunya yang keluar!" rutuk Meisha dengan wajahnya yang terasa panas hingga ke telinga. Gara-gara Baralah ia bisa berpikiran mesum padahal hari masih pagi. Dulu, sebelum mereka bertemu kembali, ia tidak begini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dangerous Brother
RomanceWarning 21+ Jatuh cinta pada adiknya yang ternyata juga memiliki rasa yang sama, itulah yang terjadi pada Bara. Ia diam-diam memacari adiknya. Tetapi hubungan mereka kandas karena sang adik memutuskannya secara sepihak. Lantas, pergi meninggalkannya...