Bara pulang keesokan harinya dengan wajah kusut. Pria itu tampak mengacak rambutnya lantaran merasa frustrasi. Ketika ingin pergi ke kamarnya, tanpa disengaja Bara bertemu sang mama.
"Kamu dari mana aja, Bar? Semalam Meisha kebingungan nyariin kamu loh." Mely sengaja mendekati Bara dan mengernyitkan dahinya saat mencium aroma yang tak biasa. "Kamu mabuk?" tanya Mely melototkan mata.
"Dikit doang kok, Ma. Udah dulu ya, Ma. Aku mau ke kamar dulu," pamitnya meninggalkan sang mama.
Mely masih menatap kepergian Bara. Wanita setengah baya itu hanya bisa berharap kalau Bara tak melakukan hal yang aneh-aneh lagi.
Saat sampai di depan pintu kamarnya, Bara sempat terdiam sepersekian detik sembari menatap pintu kamar Meisha. Ia masih tidak percaya kalau hubungannya dan Meisha tak berarti apa pun. Setelah masuk dan menutup pintu kamar, Bara kembali mengacak rambut kusutnya sambil berteriak. "Aaarrgghhss..."
Bara tidak tahu apa yang harus dilakukan. Ia memang masih sangat mencintai Meisha dan berharap Meisha juga demikian. Tapi apakah mungkin? Sementara Meisha sudah memiliki seorang anak bersama lelaki lain? Terlebih, Bara semakin frustrasi ketika teringat yang semalam terjadi kepadanya.
Pria itu bergegas menuju kamar mandi guna membersihkan dirinya. Tangannya mengepal ketika mendapati tanda merah baru di leher. Kendati sebelum permasalahan ini terjadi ia dan Meisha sempat berhubungan badan, tapi Bara masih ingat kalau Meisha tak memberi tanda apa pun di sana.
"Oh shit!"
Bara bukan tipe laki-laki yang mudah pindah hati. Setelah putus dari Meisha empat tahun yang lalu pun, dirinya masih terjebak dengan orang yang sama. Andai saja semalam ia tak mengiyakan ajakan Alan untuk pergi ke klub, mungkin peristiwa semalam tak akan pernah terjadi.
Jangan tanyakan apa yang semalam sudah terjadi kepadanya, karena Bara sendiri pun tidak begitu jelas. Yang pasti, saat pagi tadi dirinya terbangun, Bara menemukan seorang wanita tidur dengannya. Mereka berpelukan tanpa memakai pakaian. Ditambah lagi, noda kemerahan yang melekat di seprai kasur itu seolah menjelaskan apa yang sudah terjadi.
"Sial!"
Bara tidak bisa membayangkan jika dirinya pernah berhubungan seksual dengan wanita selain Meisha. Meskipun mengetahui Meisha sudah memiliki anak dengan lelaki lain, Bara tidak pernah berniat untuk membalas dengan hal yang sama. Tetapi sayangnya nasi sudah terlanjur menjadi bubur. Gara-gara ceroboh, kini Meisha bukan wanita satu-satunya yang pernah Bara gauli. Bahkan yang lebih parah, wanita itu masih perawan tadinya. Apa yang harus Bara lakukan jika ternyata wanita itu hamil anaknya? Karena dirinya benar-benar tak ingat sudah keluar di mana.
"Lo kenapa jadi brengsek banget kayak gini!" rutuknya pada diri sendiri. Selama ini Bara berhubungan badan dengan Meisha bukanlah semata karena hasrat. Tetapi karena dirinya mencintai Meisha dan pastinya bertanggung jawab. Lalu bagaimana kalau itu wanita lain?
Bara menyiram kepalanya dengan air dingin agar menghentikan pikiran-pikiran yang kini berkecamuk. Kepalanya terasa pusing sebab kesalahan semalam yang sudah terjadi. Jika saja bisa, Bara ingin waktu diputar kembali. Agar dirinya tak harus melakukan hubungan yang bahkan tidak pernah dirinya bayangkan bersama wanita lain.
Setelah mengakhiri mandinya, Bara langsung berpakaian. Ia meraih ponselnya yang sejak kemarin kehabisan daya lalu menchargernya. Sambil dicharger, Bara menghidupkan ponsel tersebut dan menerima banyak panggilan tak terjawab dari Meisha, orang tuanya, bahkan Alan.
Sejak Alan pergi dengan wanita penghibur di klub semalam, mereka memang tak bertemu lagi. Sepertinya Alan dan wanita itu bercinta semalaman.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Dangerous Brother
RomanceWarning 21+ Jatuh cinta pada adiknya yang ternyata juga memiliki rasa yang sama, itulah yang terjadi pada Bara. Ia diam-diam memacari adiknya. Tetapi hubungan mereka kandas karena sang adik memutuskannya secara sepihak. Lantas, pergi meninggalkannya...