13. Siapa Sangka

793 70 6
                                    

Dimas mengernyitkan kening saat menyadari Bara yang tampak leluasa saat menunjukkan perhatian terhadap Meisha. Padahal kemarin kedua anaknya itu masih seperti sebelumnya. Tidak mengakui hubungan mereka itu.

"Kamu mau pakai sayur ini nggak, Beb?"

Kerutan di kening Dimas semakin bertambah manakala mendengar Bara menyebut Meisha menggunakan panggilan sayang. Ini lebih tak biasa, pikirnya bingung. Sejak kapan anaknya bisa terang-terangan seperti itu?

"Boleh."

Tak seperti Bara yang tampak sangat santai menikmati sarapannya, putri angkatnya lebih sering menunduk. Dengan pipi yang ternyata merona. Ada apakah gerangan?

"Kamu manggil Meisha apa tadi, Bar?" tanya Dimas memastikan. Mungkin telinganya salah dengar. Mungkin Bara memanggil Dek, bukan malah Beb.

"Bara manggil Meisha Beb, Pa."

"Beb?" Ah rupanya Dimas memang tak salah dengar.

"Iya. Dari kata baby," jelas Bara.

Menyadari suaminya yang kebingungan, Mely pun buka suara. "Semalam Bara udah ngaku, Pa. Kalo sebenarnya mereka berdua pacaran tanpa sepengetahuan kita."

"Loh, kapan? Kok Papa nggak tau?" Bingung Dimas yang merasa ketinggalan informasi.

"Semalam, pas Papa udah tidur. Mama haus 'kan, terus ke dapur niatnya ngambil minum. Eh nggak taunya malah disuguhi live adegan dewasa mereka, Pa," cerita Mely yang mana sukses membuat wajah Meisha kian merona.

"Kayak yang kita lihat waktu di depan kamar mereka itu, Ma?" tanya Dimas yang berhasil menarik perhatian Bara dan Meisha.

"Kurang lebih begitulah, Pa."

Meisha dan Bara saling tatap. Ternyata tadi malam bukan yang pertama kalinya mereka ketahuan. Meisha merasa semakin tak punya muka.

"Jadi, sebenarnya Papa sama Mama pernah mergokin kami sebelum semalam? Kapan itu Pa, Ma?" tanya Bara penasaran.

"Waktu kalian pulang dari pesta. Kami udah ngeliat kamu nyium Meisha. Sambil ngeraba badan Meisha ya, Pa," ujar Mely menyindir.

Bara menggaruk tengkuknya yang tak gatal karena merasa salah tingkah. Siapa sangka kalau perbuatan mesumnya terhadap Meisha malah dipergoki oleh orang tuanya.

"Jadi, mau dibawa ke mana hubungan kalian ini?" tanya Dimas sengaja memandang lekat mata sang anak. Tanpa bertanya pun, Dimas dapat menebak kalau Bara sepertinya serius terhadap Meisha. Anaknya bukan lelaki yang tidak tahu rasa tanggung jawab.

"Ke pelaminan dong, Pa," jawab Bara sangat antusias. Alhasil, ia malah mendapat cubitan sayang dari wanitanya.

"Meisha emangnya mau nikah sama kamu?" Sejak tadi hanya Bara yang bersuara, tidak dengan anak angkatnya yang malah terdiam. Mungkin Meisha masih merasa malu karena hubungan asmaranya dengan Bara terkuak.

"Kalo bukan sama Bara, emamgnya dia mau nikah sama siapa lagi? Ya jelas mau lah, Pa. Gimana sih?" gerutu Bara mulai kesal sebab sang papa seolah meragukan dirinya.

"Gimana, Sayang? Kamu beneran mau nikah sama Bara?" tanya Dimas sengaja menatap Meisha.

"Papa jangan manggil Meisha sayang. Cuma Bara yang boleh manggil Meisha kayak gitu," ujar Bara tak suka yang membuat sang papa mendelik.

"Apaan sih kamu, Bar? Meisha anaknya Papa juga 'kan? Lagian, Mama juga sering manggil Meisha pakai sebutan sayang."

"Mama boleh, tapi kalo Papa enggak!"

Dimas dan Mely geleng-geleng kepala karena menyadari Bara cemburu. Sedangkan Meisha hanya bisa menunduk dengan wajah semerah kepiting rebus. Ia masih belum terbiasa pada situasi ini.

Dangerous BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang