11. Pura-pura Tidak Tahu

868 81 7
                                    

"Emnh," lenguh Meisha ketika Bara meremas payudaranya. Wanita itu memejamkan mata, meresapi nikmat yang kini melanda. Padahal payudaranya yang diremas oleh Bara, tetapi mengapa malah pangkal pahanya yang mulai berdenyut meresahkan? Mungkin sepertinya sudah mulai basah. Seakan-akan merindukan Bara mengisi kekosongan di sana. Wajahnya praktis merona karena pemikirannya itu.

"Udah mulai basah ya, Sayang?" tanya Bara sesudah melepas ciuman bibirnya dari bibir Meisha. Bara menyeringai ketika menyadari Meisha yang malah merapatkan kaki.

Tersadar kalau mereka masih berada di luar kamar, Bara sigap melingkarkan kaki Meisha ke pinggangnya. Bibirnya kembali mencumbu bibir sang kekasih seraya melangkah menuju kamarnya dengan Meisha di gendongannya.

Sesampainya di kamar, Bara membaringkan Meisha di tengah-tengah kasur king sizenya. Mereka yang masih berciuman membuatnya praktis menindih Meisha.

***

"Ke mana kamu ngelempar celana dalam aku, Bar?" tanya Meisha. Sebab terlalu ribet jika memakai dressnya yang semula, Meisha pun sengaja mengenakan kemeja milik Bara.

"Aku lupa," jawab Bara dengan santainya. Ia mengamati Meisha yang mengenakan kemeja kebesaran miliknya. Kemeja itu pas ketika ia pakai, namun ternyata tampak sangat besar saat dikenakan sang wanita. Terbukti dengan Meisha yang tidak perlu mengenakan celana lagi karena panjangnya sudah sampai paha.

"Kebiasaan!"

"Kamu tidur di sini aja ya, Babe," bujuk Bara sengaja agar nantinya ia dapat melancarkan aksi modus kembali. Karena sungguh, melihat kekasihnya itu yang hanya memakai kemeja tanpa dalaman berhasil membuat senjatanya kembali mengeras.

"Ogah!"

"Kok gitu sih? Emangnya kamu nggak pengen lagi? Permainanku ngebosenin ya?"

"Nggak gitu. Kamu nggak pernah ngebosenin. Aku cuma takut orang tua kita tau, apa yang udah kita lakuin."

"Beneran? Bukan gara-gara permainan pria pertama kamu itu lebih hebat dari aku 'kan, Baby?" tanya Bara seraya bangkit dari atas kasur lalu melangkah menghampiri Meisha.

"Apa sih! Ya nggaklah," sahut Meisha dengan wajah merona.

"Jadi, antara aku sama dia. Permainan siapa yang lebih hebat dan ngenakin?" tanya Bara seraya memeluk Meisha. Ayolah, Bara masih telanjang sekarang ini. Otomatis Meisha bisa merasakan kejantanan lelaki itu menyentuh pahanya.

Meisha meneguk ludah dengan susah payah. Hasrat wanita itu perlahan melonjak kembali lantaran Bara malah sengaja menggesekkan kejantanannya di sela pahanya. Merasa tidak tahan lagi, Ia segera mendorong lelaki itu ke kasur lantas berjongkok di depan milik Bara. "Kamu doang!" Setelah menjawab seperti itu, Meisha meraih dan menguasai senjata Bara dengan mulutnya.

Bara mengelus bibir yang tampak basah kala wanitanya itu sudah melepaskan kulumannya terhadap kejantanannya. Ia melumat sekilas bibir menggoda itu seraya membawa Meisha ke pangkuannya. Tanpa harus repot melepas kemejanya yang masih dipakai Meisha.

"Emhh," lenguh Meisha manakala Bara sudah memasuki kewanitannya lagi. Sekarang lelaki itu memegangi pinggangnya sambil bergerak. Ia pun ikut bergerak di atas pangkuan Bara.

Meisha membenamkan bibir di pundak Bara. Ia menggigit bahu lelakinya itu saat merasa dorongan Bara terlalu cepat dan dalam. Terasa sakit tetapi juga nikmat.

Sampai akhirnya, mereka berdua mengalami pelepasan bersama. Sebab kelelahan, Meisha bahkan langsung tertidur usai sempat buang air kecil. Sementara Bara masih belum tidur. Lelaki itu terjaga sambil memandangi wajah Meisha. Bibirnya mengukir senyuman ketika melihat tanda kemerahan di leher Meisha.

Dangerous BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang