"Jagain Meisha ya, Bara. Jangan sampai adik kamu kenapa-napa," pesan Mely kepada sang anak manakala Bara dan Meisha berpamitan untuk melakukan perjalanan bisnis ke Korea. Klien mereka meminta meeting dilaksanakan di negerinya. Mengingat klien tersebut cukup berpengaruh, Bara pun mengiyakannya. Lagi pula ia bisa sekaligus berlibur bersama sang kekasih nanti.
Benar, jadwal perjalanan bisnis mereka yang sudah diagendakan diperkirakan akan selesai dalam waktu empat hari. Namun, Bara sudah memesan hotel untuk satu minggu ke depan. Empat hari urusan bisnis, sisanya ia nikmati dengan berlibur bersama Meisha.
"Iya, Ma," angguk Bara. Sesudah berpamitan, mereka pun langsung berangkat ke Bandara agar tidak ketinggalan pesawat.
"Biasanya kalo ada jadwal perjalanan bisnis kayak gini, kamu pergi sama siapa?" Meisha bertanya pada Bara ketika mereka masih di dalam perjalanan menuju Bandara. Keduanya pergi menggunakan taksi yang sudah dipesan oleh Bara.
"Sama sekretarisku yang dulu."
"Cewek?" tanya Meisha ingin tahu.
"Iya. Tapi udah ibu-ibu kok, Baby. Jadi kamu jangan berpikir buat cemburu, okey?" sahut Bara seraya menatap lekat mata Meisha.
"Siapa juga yang cemburu?" ujar Meisha tak ingin mengaku. Padahal sebenarnya memang cemburu.
"Kamu emangnya nggak cemburu?" Bara tak percaya. Meisha harusnya cemburu lantaran wanita itu adalah kekasihnya. Orang berkata cemburu merupakan tanda cinta.
"Ngapain?"
"Serius, Baby? Kamu nggak cemburu? Kamu beneran masih sayang sama aku 'kan?"
"Apa sih! Geli tau dengar kamu manggil kaya begitu terus."
"Terus maunya apa? Honey? Sweetheart?"
"Panggil nama aja, kenapa sih?"
"Ya nggak bisa dong. Aku 'kan sayang kamu," sahut Bara sambil terkekeh.
"Terserah deh."
"Kamu kenapa sih? Lagi dapet?" tanya Bara yang merasa Meisha tidak seperti biasanya. Hari-hari sebelumnya, wanitanya tak pernah mempermasalahkan panggilan sayangnya. Ia pun berasumsi jikalau Meisha sedang datang bulan.
"Hmn, udah empat hari."
"Pantesan akhir-akhir ini kamu marah terus kalo aku cium. Padahal biasanya nggak gitu."
"Makanya jangan macem-macem kamu."
"Kalo cuma semacem boleh?"
"Nggak!"
Bara terkekeh mendengarnya. Tak seberapa lama, keduanya akhirnya sampai di Bandara. Mereka langsung menuju pesawat yang nanti akan membawa terbang ke negeri gingseng.
Tujuh jam penerbangan menuju Korea, waktu yang terasa cukup lama kalau biasanya Bara hanya bepergian sendiri. Tetapi menjadi beda cerita lantaran kali ini dirinya ditemani oleh Meisha. Lebih lama dari itu pun, Bara masih sanggup.
"Nanti pas kita ketemu klien, jangan dandan cantik ya," tukas Bara seraya menggenggam tangan Meisha. Meisha yang tidak mengerti dengan perkataan lelaki itu pun mengernyit heran. "Kenapa?"
"Soalnya klien kita yang ini, mata keranjang, Baby."
"Apa bedanya sama kamu?" Meisha bertanya yang membuat Bara berdecak tidak senang.
"Sejak kapan aku mata keranjang?"
"Emang bukan ya? Padahal leher sama dada aku pernah kamu bikin merah-merah."
"Aku cuma pernah ngelakuin itu sama kamu. Nggak pernah sama cewek lain."
"Iya deh."
"Hmn. Intinya nanti kamu jangan cantik. Dan jangan pakai pakaian seksi. Ngerti?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dangerous Brother
RomantikWarning 21+ Jatuh cinta pada adiknya yang ternyata juga memiliki rasa yang sama, itulah yang terjadi pada Bara. Ia diam-diam memacari adiknya. Tetapi hubungan mereka kandas karena sang adik memutuskannya secara sepihak. Lantas, pergi meninggalkannya...