5. Siapa yang Pertama?

3.3K 118 7
                                    

"I love you, Sha," bisik Bara sambil mengelus rambut Meisha setelah melepaskan cumbuan bibirnya. Sekarang Bara fokus mengarahkan kejantanannya menuju lembah surga Meisha. Begitu miliknya sudah tepat berada di depan pangkal paha sang kekasih, ia mencium bibir Meisha lagi agar sekiranya bisa mengurangi rasa sakit kala senjatanya perlahan bertamu masuk untuk yang pertama kali.

Meisha memejamkan mata ketika Bara mulai memasuki kewanitaannya. Dengan tangannya yang melingkari leher lelaki itu, ia berpasrah pada apa yang akan terjadi. Terbukti, kening Bara mengernyit saat lelaki itu sudah sukses masuk seutuhnya dengan mudah. Tak adanya penghalang tentu membuat lelaki itu merasa kebingungan.

Bara terdiam untuk sesaat sembari menatap Meisha. Milik kekasihnya itu memang sempit. Akan tetapi, ia tidak bisa menemukan adanya penghalang yang sering disebut selaput dara. Pun, Meisha sudah tidak berdarah lagi ketika Bara berhasil memasukinya. Bara tentu saja kebingungan dibuatnya.

Rasanya sulit dipercaya kalau ternyata sang kekasih kini sudah bukan gadis perawan lagi. Bara mencoba berbaik sangka, mungkin saja penyebab selaput dara Meisha robek terlebih dahulu bukan gara-gara pernah berhubungan seksual dengan seorang laki-laki. Siapa tahu Meisha pernah mengalami kecelakaan ketika sedang bersepeda yang tanpa sengaja malah membuatnya kehilangan keperawanan.

Benar, kemungkinan itu boleh saja terjadi. Ia tidak langsung bertanya pada Meisha karena tak ingin menghancurkan momen indah yang sekarang tercipta. Ia tersenyum manis lalu mengecup kening Meisha mesra. Sesudah itu, Bara mulai bergerak menggoyangkan pinggul agar kejantanannya dapat keluar-masuk inti tubuh Meisha.

Meisha yang semula sempat menegang sebab takut Bara tidak bisa menerimanya lantaran dirinya sudah bukan perawan, kembali rileks saat lelaki itu mencium keningnya. Lalu, Bara pun melanjutkan yang sempat tertunda.

"Nggghh," lenguh Meisha saat Bara mencium lehernya tanpa menghentikan tempo gerakan di bawah sana. Meisha mendongakkan kepala agar memudahkan aksi Bara mengeksplorasi lehernya. Bukit kembarnya diremas kencang oleh Bara. Membuatnya merasakan sengatan nikmat dari berbagai sisi.

"Baraaahh!" Napas Meisha tersengal-sengal. Tubuhnya blingsatan tak karuan ketika Bara menghentak lebih cepat dan dalam. Sembari memeluk pundak Bara lebih erat, Meisha pun mendesah saat pelepasan melandanya.

"Aahhh...," rintihnya dengan tubuh yang mulai melemas. Lelah tapi juga nikmat. Meisha tak bisa menyembunyikan rona merah di pipinya kala Bara menatap intens matanya. Akhirnya Meisha kembali dibuat mendesah ketika Bara menghujam lebih bertenaga.

Begitu juga dengan Bara, lelaki itu terpejam. Ia yang baru pertama kali menyentuh wanita dibuat ketagihan akan rasa nikmat yang kini melanda. Kejantanannya semakin membesar di dalam Meisha. Hingga rasanya dirinya tak tahan lagi. Bergegas Bara menarik lepas dan membiarkan cairan kenikmatannya keluar di atas perut Meisha.

Bersamaan dengan Bara, Meisha pun keluar lagi. Kewanitaannya yang kini tidak dipenuhi oleh senjata Bara lagi menyebabkan cairan kenikmatannya keluar hingga menodai seprai kasur.

Setelah mereka sama-sama rileks, Bara pun beranjak untuk mengambil tisu, kemudian ia mengelap perut Meisha yang dipenuhi cairan putih kental miliknya. Begitu sudah tidak ada sisa cairan di perut dan kewanitaan Meisha, Bara pun kembali menghampiri dan memeluk kekasihnya itu. Tidak lupa, ia beri kecupan di dahi Meisha.

"Makasih ya, Baby," ujar Bara sambil menyelimuti Meisha.

"Hmn," angguk Meisha sambil mengelus dada bidang Bara. Dadanya kembali berdebar kala menyadari tatapan Bara menyimpan banyak tanda tanya.

"Boleh aku tanya beberapa hal sama kamu?" tanya Bara sambil mengelus rambut Meisha.

"Hmn."

"Kamu ... pernah ngalamin kecelakaan sepeda nggak?"

Dangerous BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang