12. Mendapat Restu?

926 80 10
                                    

"Kamu ngerasa nggak sih, kalo hari ini sikap Mama agak aneh?" tanya Meisha pada Bara saat mereka masih dalam perjalanan menuju kantor.

"Ngerasa."

"Menurut kamu kenapa? Apa jangan-jangan semalam kedengeran sama Mama? Soalnya sebelum pindah ke kamar kamu, kita sempat ciuman lama di depan kamar 'kan?"

"Entahlah, Baby. Makanya mending kita jujur sama mereka aja ya. Biar bisa bebas, nggak harus backstreet kayak gini lagi."

"Tapi—"

"Mama sama Papa tuh sayang banget sama kamu. Nggak mungkin mereka misahin kita. Percaya sama aku, Beb," bujuk Bara seraya menggenggam pergelangan tangan Meisha.

"Ya udah kita jujur."

"Beneran?"

"Hmn. Tapi nggak sekarang. Tunggu beberapa hari lagi ya."

"Ya udah. Yang penting kamu udah mau kita ngomong jujur. Soalnya aku nggak sabar lagi pengen nikahin kamu," jawab Bara sembari mengecup punggung tangan Meisha.

"Emangnya kenapa pengen buru-buru nikahin aku? Kalo kamu cuma mau ngelakuin malam pertama sama aku 'kan jelas nggak mungkin, soalnya kita udah sering kayak gitu."

"Sengaja biar kamu nggak bisa lari dari aku, Baby. Terus biar aku bisa ngehamilin kamu," jawab Bara sengaja mengedipkan matanya.

"Apaan sih!" Meisha sengaja berpaling wajah supaya tidak melihat seringaian Bara yang menyebalkan.

"Serius, Baby. Keinginan aku sekarang cuma nikahin dan ngehamilin kamu."

"Iya deh. Suka-suka kamu aja."

Meisha terlalu menggemaskan di mata Bara. Saat mereka sudah tiba di parkiran kantor, Bara langsung melepas sabuk pengamannya, tetapi tidak buru-buru keluar dari mobil. Ia malah membawa Meisha ke pelukannya lalu mengecup bibirnya.

"Bara! Bibir aku bisa dower kalo kamu cium terus-terusan!" rutuk Meisha usai sang pria melepaskan ciuman mereka lantaran dirinya sengaja menggigit bibir bawah Bara. Setelah mereka sepakat menjalani hubungan kembali, setiap hari Meisha selalu mendapat ciuman.

"Hoax itu, Baby. Ciuman nggak bakalan bikin bibir kamu dower. Yang ada malah bikin kita lebih bahagia," sahut Bara sembari mencium Meisha kembali. Awalnya Meisha hanya diam dan tidak menanggapi, tetapi lama-kelamaan ia mulai ikut berpartisipasi. Bibirnya terbuka sehingga Bara langsung melesakkan lidah ke dalam mulutnya.

Terlalu lama berciuman membuat oksigen di paru-paru Meisha mulai menipis. Wanita itu segera mendorong dada Bara agar berhenti. "Yang semalam masih kurang ya?" tanyanya sambil mengelap bibirnya yang basah dengan tisu.

"Kalo aku bilang kurang, emang kamu bakal ngasih lagi?"

"Nggak. Aku masih capek. Nggak bakal kuat ngeladenin hasrat kamu yang besar," tolak Meisha yang membuat Bara terkekeh.

"Aku cuma bercanda kok, Baby."

"Cukup sekali waktu kita masih di Korea aja ya, kamu bikin aku nggak bisa jalan. Padahal aku udah nggak virgin, tapi sekalinya digituin kamu udah kayak baru hilang perawan aja."

"Nanti kalo kita udah nikah, aku pengen bikin kamu nggak bisa jalan lagi, Baby. Biar orang tua kita nggak curiga, kalo sebenarnya udah lama kita sering main kuda-kudaan."

"Kamu mesum banget sih!"

"Ets ... Kamu ingat nggak, siapa yang duluan ngegodain aku? Sampai akhirnya aku nekat ngegaulin kamu? Terus jadinya ketagihan?"

"Aku sih," ujar Meisha tersenyum malu saat teringat pertama kali mereka berhubungan.

"Ternyata bener ya, kalo udah sekali pernah kayak gitu bakalan ketagihan. Buktinya aku."

Dangerous BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang