Tanggal pernikahan sepakat ditetapkan yakni satu bulan lagi. Awalnya Bara sempat protes karena menurutnya terlalu lama. Andai bisa, Bara ingin secepatnya menikahi Meisha. Jika bisa besok tentu lebih baik. Akan tetapi, yang diucapkannya tentu mendapat pelototan dari mamanya. Menurut Mely, sudah sepantasnya mereka mempersiapkan resepsi yang mewah lantaran ini pertama sekaligus satu-satunya pernikahan yang digelar di keluarga mereka. Mengingat setelah Bara tidak ada yang akan dinikahkan lagi sebab lelaki itu anak tunggal. Andaikan Bara tak berjodoh dengan Meisha, mungkin setelah ini mereka akan menggelar resepsi pernikahan Meisha nantinya. Namun, rencana Tuhan yang indah membuat mereka bersatu dalam sebuah pernikahan yang akan digelar satu bulan mendatang.
Satu bulan memang terdengar lama, namun pada praktiknya malah sangat singkat. Oleh karena itulah, Bara sekeluarga sudah sibuk mempersiapkan segala sesuatu menyangkut pernikahan.
"Menurut kamu, aku bagus pakai yang mana, Bar?" tanya Meisha pada sang kekasih saat mereka sedang berada di bridal house untuk memilih gaun serta jas yang akan dikenakan pada hari pernikahan.
"Semuanya kayaknya cocok-cocok aja sama kamu, Beb," jawab Bara yang membuat sang kekasih cemberut.
"Masa aku pakai semua?"
Bara terkekeh mendengarnya. Lalu, lelaki itu mencubit pipi Meisha karena merasa gemas. "Aku cuma bercanda kok, Sayang," ujar Bara sembari merengkuh pinggang Meisha mesra. Ia membawa Meisha melihat-lihat gaun yang terpasang di patung.
Perhatian Bara tertuju pada gaun pengantin yang cukup sopan karena tertutup hingga ke pundak. Menurutnya Meisha pastilah tampak cantik jikalau memakai gaun tersebut. "Yang ini pasti cantik banget kalo kamu yang pakai, Baby," ujarnya.
"Masa sih?" Meisha mengamati gaun itu dan memang benar cantik.
"Beneran loh."
"Tapi menurut aku, lebih bagus yang ini deh," ujar Meisha seraya menunjuk gaun yang ada di sebelah gaun tadi. "Yang ini aja gimana?"
Bara meneguk ludah. Gaun itu cukup terbuka di bagian dada karena memiliki belahan dada yang rendah. Sebenarnya Bara merasa tidak rela kalau ada yang melihat keindahan tubuh Meisha selain dirinya. Tapi pernikahan hanya dilangsungkan sekali untuk seumur hidupnya. Meisha pastilah ingin terlihat cantik tepat di hari bahagia mereka itu. Akhirnya Bara pun mengangguk menyetujui. "Boleh, Yang."
"Beneran?" tanya Meisha memastikan.
"Iya," sahut Bara sambil mengulas senyuman manis. Kemudian, ia memanggil penjaga toko untuk membantu Meisha mencoba gaunnya.
"Yang ini, Mbak," ujar Meisha yang membuat kening Bara mengernyit sebab yang ditunjuk Meisha untuk dicoba adalah gaun pilihannya.
"Bukannya yang itu, Yang?" tanya Bara pada gaun di sebelahnya.
"Aku cuma bercanda kok. Aku emang pengen yang kamu pilihin," sahut Meisha tersenyum. Yang membuat Bara berdecak gemas.
Bara menunggu Meisha yang mencoba gaun sambil melihat-lihat jas. Tak lama usai Bara mendapatkan jas yang terlihat serasi dengan gaun sang wanita, Meisha keluar dari ruang ganti. Untuk beberapa saat Bara terpana. Ia dibuat mematung karena kekasihnya tampak anggun dalam balutan gaun pengantin.
"Cantik," komentar lelaki itu usai menguasai diri dari rasa terpesona oleh Meisha.
"Bisa aja kamu. Kamu mah, aku baru bangun tidur juga dibilang cantik," ujar Meisha yang dibalas kekehan oleh Bara. Ia merasa makin tidak sabar untuk menikahi Meisha.
"Desainernya ada? Kebetulan ada yang ingin didiskusikan," ujar Bara kepada penjaga toko yang membantu Meisha tadi.
"Ada. Sebentar ya, Pak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dangerous Brother
RomanceWarning 21+ Jatuh cinta pada adiknya yang ternyata juga memiliki rasa yang sama, itulah yang terjadi pada Bara. Ia diam-diam memacari adiknya. Tetapi hubungan mereka kandas karena sang adik memutuskannya secara sepihak. Lantas, pergi meninggalkannya...