18. Bukan Kebohongan

835 87 4
                                    

"Mama ... nanti Nenek ke sini lagi 'kan?" ujar Aruna bertanya pada Meisha. Gadis kecil itu sangat senang bertemu dan mengetahui jika ternyata dirinya masih memiliki nenek yang tampaknya sayang kepadanya.

"Iya, Sayang," angguk Meisha tersenyum. Hal kecil seperti ini sudah lama didambakan oleh anaknya. Tetapi sayang dirinya belum dapat mengabulkan. Dan sekarang, perlahan semua mulai terlaksana.

Mely sudah pulang beberapa waktu yang lalu mengingat hari sudah semakin sore. Tadinya Aruna sempat merasa sedih ketika tahu sang nenek ingin pulang, tetapi Mely berjanji akan datang lagi besok. Sehingga gadis itu kembali ceria.

"Aruna senang ya bisa ketemu sama nenek?" tanya Meisha yang langsung dijawab dengan anggukan antusias oleh sang anak.

"Nenek cantik, baik juga. Aruna sayang sama nenek," ucapnya yang dibalas Meisha dengan kekehan.

"Sama Mama sayang nggak?"

"Sayang dong," jawab Aruna lagi. Ia langsung memeluk dan mengecup pipi Meisha.

"Mama juga saaayang ... banget sama kamu." Meisha mendaratkan ciumannya di dahi sang anak cukup lama.

"Una sekarang udah punya nenek 'kan, Ma," gumam Aruna sambil memainkan ujung baju Meisha. Meisha langsung menanggapi dengan anggukkan kepala. "Kalo Papa punya nggak? Papa di mana, Ma?"

"Kamu punya Papa, Sayang. Makanya kamu sembuh dulu. Nanti kita sama-sama ketemu Papa. Oke?"

"Yang bener, Ma?" tanya Aruna lagi dengan pandangan berbinar.

"Hmn," angguk Meisha.

"Hooreee!!!"

Meisha ikut tersenyum saat melihat anaknya bersorak bahagia. Kembali dirinya peluk dan kecup dahi sang anak. Ketika mereka sedang asyik berpelukan, pintu ruang perawatan pun terbuka dan masuklah Aaron.

"Mama kamu udah pulang, Sha?"

"Udah. Kamu habis dari mana?"

"Pulang ke rumah bentar tadi," jawab Aaron sambil duduk di sofa.

"Una mau tidur dulu ya, Ma. Biar Una cepat sembuh, terus bisa ketemu Papa," ujar gadis kecilnya yang kembali Meisha balas dengan anggukkan kepala.

"Iya sayang. Selamat tidur cantiknya Mama."

"So, gimana ceritanya sih, Sha? Papanya dia aja nggak sadar kalo udah pernah bikin anak sama kamu, tapi kenapa neneknya bisa tau?" tanya Alan yang merasa kebingungan karena tadi sempat mendengar sedikit pembicaraan Meisha dan mama angkatnya.

"Waktu itu 'kan Bara mabuk parah, jadinya dia nggak ingat apa-apa. Terus waktu kami udah selesai begituan, Mama Papa mergokin. Makanya mereka tau," jawab Meisha seraya merapikan selimut yang dipakai Aruna.

"Mereka nggak punya inisiatif nyuruh Bara buat tanggung jawab gitu? Secara mereka tau kalo Bara sudah ngapa-ngapain kamu?"

"Mereka malah pengen kami nikah. Tapi aku yang nggak mau. Soalnya waktu itu 'kan aku masih muda banget, nggak mungkin langsung nikah. Lagian, aku juga nggak nyangka bakal hamil cuma karena pernah sekali main sama Bara."

"Tokcer juga dia ya? Sekali main pas nggak sadar, tapi malah bisa jadi anak. Cantik lagi kayak mamanya," ujar Alan bermaksud untuk mnggoda Meisha.

"Bisa aja kamu," kekeh Meisha.

"Terus dari kalian balikan, udah berapa kali begituan? Jangan-jangan sekarang udah isi lagi kamu, Sha?"

"Nggaklah, aku pakai kontrasepsi soalnya."

"Yah, sayang banget. Padahal Aruna bakalan senang banget tuh kalo punya adik."

"Kamu aja deh yang kasih adik buat Aruna."

Dangerous BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang