"Papa... Una mau main mobil itu," ujar Aruna sambil menunjuk mainan mobil-mobilan yang sedang dinaiki oleh pengunjung mall lain. Kini Bara dan keluarga kecilnya tengah berada di salah satu pusat permainan yang ada di mall tersebut. Yakni Timezone. Mengingat saat ini sedang libur, Bara sengaja mengajak Meisha dan anak mereka pergi jalan-jalan.
"Ayo. Papa temenin," sahut Bara yang Aruna balas anggukkan kepala. Mereka pun segera mengantre untuk memainkan mobil tersebut. Ketika sudah tiba giliran mereka memainkan mobil-mobilan itu, Meisha tersenyum melihat binar kebahagiaan putrinya.
Meisha mengeluarkan ponsel untuk merekam pemandangan indah di depannya. Sebelum ini Meisha bukannya tak pernah membawa sang anak pergi bermain. Meisha pernah dan bisa dibilang cukup sering. Namun, baru sekarang Meisha dapat melihat senyum lepas anaknya yang seperti itu. Tentunya lantaran ditemani sang papalah yang membuat Aruna mengukir senyum bahagia.
"Mama...!" seru putrinya sambil melambaikan tangan. Alhasil, mobil yang mereka kendarai menabrak tiang. Meisha yang melihat itu pun tak bisa menahan kekehannya. Demikian pula dengan Bara yang berada di samping Aruna, lelaki itu pun ikut tersenyum. Kendati begitu, mereka tetap melanjutkan permainan sampai waktu habis.
Tidak hanya satu dua permainan yang Aruna mainkan bersama papa dan mamanya. Tetapi hampir semuanya. Alhasil tiket yang mereka dapatkan pun cukup banyak. Sebelum pulang, mereka sengaja menukarkan tiket itu dengan mainan Aruna.
Selayaknya keluarga kecil yang bahagia, kini Aruna melangkah riang dengan kedua tangan mungilnya menggenggam tangan Meisha dan Bara. Saat melewati outlet penjual es cream, Aruna berhenti sebentar kemudian menatap Meisha. "Boleh ya, Ma... pleasee...," pintanya memelas.
Meisha yang melihat raut wajah anaknya itu hanya tersenyum sambil mengangguk. "Boleh kok, Sayang."
"Horeee!"
Dengan semangat empat lima, gadis kecil itu menarik tangan orang tuanya dan memasuki outlet tersebut.
"Mau rasa apa, Sayang?" tanya Meisha yang tidak langsung dijawab oleh Aruna. Putrinya itu tampak kebingungan memilih lantaran ia menyukai banyak rasa.
"Emm... coklat sama vanila ya, Ma."
"Iya, Sayang."
"Aruna pengen rasa yang lainnya lagi nggak, Sayang?" tanya Bara yang membuat Meisha melotot.
"Udah cukup, Bar. Nanti Aruna malah batuk kalo kebanyakan," ujar Meisha. Ia mengerti kalau Bara ingin memanjakan putri mereka sebab ingin mengganti waktunya yang telah lama hilang. Namun, makan es cream yang berlebihan juga bukan hal yang bagus untuk putri mereka. Aruna rentan mengalami sakit jikalau terlalu banyak memakan yang manis. Oleh karena itulah, Meisha selalu membatasi dalam jumlah yang wajar.
"Aku 'kan nggak tau, Babe."
"Makanya aku kasih tau," balas Meisha.
Setelah menerima es cream mereka, Meisha mengajak anaknya menempati tempat duduk yang tersedia untuk memakan es cream itu.
"Pelan-pelan makannya, Sayang," tegur Bara lembut disertai usapan pada bibir sang anak yang terdapat noda es cream.
"Iya, Papa..."
Bara tersenyum manis. Ia merasa bersyukur karena diberikan anak pintar semanis Aruna. Sekarang ini mereka sudah seperti keluarga kecil yang bahagia. Di mana ada sosok papa, mama dan seorang anak di antara keduanya. Meskipun begitu, ada hal yang masih kurang, yakni Bara dan Meisha masih belum menikah untuk meresmikan hubungan mereka.
Berbicara tentang pernikahan, Bara merasa tak sabar lagi menunggu hari pernikahannya yang tinggal seminggu lagi. Rasanya ia ingin secepatnya menikahi dan menjadikan Meisha miliknya seorang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dangerous Brother
RomanceWarning 21+ Jatuh cinta pada adiknya yang ternyata juga memiliki rasa yang sama, itulah yang terjadi pada Bara. Ia diam-diam memacari adiknya. Tetapi hubungan mereka kandas karena sang adik memutuskannya secara sepihak. Lantas, pergi meninggalkannya...