16. Bara Papanya?

937 90 6
                                    

"Jadi tuh anak beneran anak mereka?" tanya Alan takjub sebab Meisha lebih memilih pergi bersama laki-laki itu daripada menjelaskan semua yang terjadi kepada Bara.

"Berisik lo!" sahut Bara ketus. Tanpa berkata apa pun lagi, lelaki itu langsung menghampiri mobilnya untuk meninggalkan tempat itu.

"Bar. Lo mau ke mana?" tanya Alan yang tak digubris oleh Bara. Karena takut sahabatnya nekat, Alan pun segera menyusul di belakang. Ia mengumpat keras karena lagi-lagi Meisha yang menjadi alasan Bara merasa kecewa.

"Fuck you bitch," umpat Alan yang ditujukan kepada Meisha.

Jadilah Alan menemani Bara berkendara tak jelas hingga hari sudah mulai gelap. Mereka bahkan saling balapan ketika jalanan terasa kosong. Hingga akhirnya Bara menghentikan mobilnya ketika mereka sudah di luar kota.

Alan menyusul saat melihat Bara keluar dari mobil. Lalu lelaki itu bersandar di depan kap mobilnya. "Gue masih nggak percaya Meisha punya anak," gumam Bara sembari tertawa lirih. Menertawakan dirinya yang tidak tahu apa pun.

"Buktinya udah ada di depan mata lo. Lagian, lo tau sendiri doi udah nggak virgin sebelum sama lo," sahut Alan

"Lantas kenapa dia mau balikan sama gue?"

"Sorry karena gue harus bilang ini. Mungkin, dia cuma pengen manfaatin lo aja. Istilahnya dia butuh kepuasan dari lo karena cowoknya lagi nggak ada di sini."

Bara tidak dapat mempercayai ucapan Alan begitu saja. Selama bersama Meisha, ia bisa merasakan kalau Meisha masih mencintainya sama seperti dulu. Tidak mungkin kalau yang mereka lakukan hanya sebagai pemuas nafsu belaka.

"Gue masih nggak bisa terima ini."

"Udahlah. Daripada lo ngegalau di sini. Lebih baik lo ikut gue. Kita having fun, gimana?"

"Boleh deh." Bara yang pikirannya kalut pun langsung menyetujui tawaran Alan. Sekarang mereka sedang menuju salah satu bar yang tak jauh dari lokasi mereka berada.

Sesampainya di bar, keduanya pun langsung memesan minuman beralkohol dan membawa menuju meja yang masih kosong. Tidak lama setelah mereka duduk, sudah datang wanita penghibur yang berusaha menggoda mereka. Bara yang tak ingin meladeni langsung saja mengusir wanita-wanita itu. Sementara Alan sebaliknya. Lelaki itu membiarkan salah satu dari mereka duduk di atas pahanya.

Bara hanya geleng-geleng kepala melihatnya. Ia fokus meneguk minumannya seorang diri. Berbeda dengan Alan yang sibuk menerima suapan dari sang wanita penghibur. Bahkan, sesekali Alan berciuman bibir dengan wanita itu.

"Lo beneran nggak pengen ditemenin sama salah satu dari mereka, Bar? Siapa tau aja mereka bisa bikin lo lupa dari Meisha?"

"Nggak minat gue."

"Terserah lo deh." Setelah berkata demikian, Alan kembali fokus dengan wanita yang kini berada di pangkuannya. Mereka berciuman kembali dengan tangannya yang sudah mulai membelai paha mulus wanita itu.

Semakin larut malam, suara musik semakin bertambah keras. Bara sudah menghabiskan beberapa botol minuman beralkohol hingga merasa kepalanya mulai pening. Sementara Alan sibuk bercumbu di sofa.

"Oh shit!" geram Alan lantaran sang wanita penghibur sudah membenamkam wajahnya di depan selangkangannya. Alhasil, Alan dibuat mengerang rendah karenanya. Ia menjambak rambut wanita itu dan menekan agar mulut hangat sang wanita bisa masuk lebih dalam.

"Ohh yeahh..."

"Kalian berisik banget sih. Sewa kamar bisa 'kan?" sarkas Bara yang merasa terganggu. Padahal ketika bersama Meisha, dirinya pun begitu.

Dangerous BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang